Motor Lucas berhenti di salah satu rumah mewah dengan pagar cokelat bermotif yang menghiasi rumah tersebut. Ini pertama kalinya Lucas kesini, setelah hampir setahun menjadi teman Carol.
"Are you okay?" Tanya Lucas memecahkan keheningan diantara dirinya dan Carol.
"I'm okay, no need to worry." Jawab Carol sambil turun dari jok motor Lucas, dan memberikan helm milik Lucas.
"Are you sure?" Tanya Lucas lumayan khawatir, Carol tak pernah setakut tadi, Lucas bahkan tidak tahu apa yang membuat Carol takut.
"Hm, udah sana pulang." Usir Carol membuat Lucas memanyunkan bibirnya.
"Jahat! Suruh mampir dulu kek, apa kek basa-basi, ini langsung diusir aja." Protes yang keluar dari mulut Lucas membuat Carol terkekeh pelan.
"Udah mendung, nanti kamu kehujanan." Ucap Carol membuat Lucas menengadah ke langit yang mulai memunculkan warna abu-abu, Carol benar, sebentar lagi akan turun hujan.
"Iya juga, gue pulang dulu deh. See you at school." Carol perlahan mengangguk dan tersenyum.
"Too. Hati-hati, Cas." Ucap Carol yang dijawab Lucas dengan acungan jempol dan mulai menjalankan motor miliknya.
"Huft. Capek." Gumam Carol memasuki gerbang rumah miliknya, tidur di kasurnya yang empuk sepertinya pilihan yang tepat untuk saat ini.
*****
Selamat bertemu kembali di hari Senin. Hari yang membuat seluruh siswa-siswi di sekolah ini menggerutu kesal di pagi hari. Seperti biasa, sekolahnya mengadakan upacara yang membuat para murid harus berdiri selama dua jam mendengarkan pidato dari Kepala Sekolah.
Carol sedaritadi hanya bisa menggerutu dalam hatinya, ia belum sarapan, hampir telat datang ke sekolah karena terburu-buru, dan sekarang harus berdiri selama dua jam di lapangan yang membuat tubuhnya kian melemas.
"Kapan selesainya sih?" Gumam Carol memegangi kepalanya sambil memijatnya pelan.
"Pusing." Lirih Carol berusaha menyeimbangkan badannya meskipun sakit kepala menderanya.
Perlahan tubuh Carol kehilangan keseimbangan bersamaan dengan sakit di kepala yang semakin bertambah membuat tubuhnya terhuyung ke depannya hingga ia tak merasakan apapun.
"Carol, Carol? PMR! Tim PMR!" Teriak seseorang sambil menahan tubuh Carol yang mulai terhuyung jatuh ke aspal lapangan jika tak ia tahan.
Sayup-sayup suara itu terdengar di telinga Carol, dan yang terakhir Carol ingat hanyalah suara seseorang yang berteriak panik, sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.
*****
"Lo udah sadar?" Ucap Lucas ketika Carol perlahan membuka kedua matanya, sesekali dengan ringisan dari Carol.
"Aku dimana?" Lirih Carol sambil memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
"Di UKS. Tadi pas upacara lo tiba-tiba pingsan. Bikin heboh warga sekolah aja." Ucap Lucas sambil membantu Carol yang ingin duduk.
"Masih pusing? Kalau masih pusing mending tiduran aja, jangan duduk dulu." Ucap Lucas lagi, Carol hanya menggeleng pelan.
"Gapapa, cuma sedikit pusingnya." Kekeh Carol yang tetap memposisikan dirinya untuk duduk di kasur UKS.
"Nih, minum dulu teh manis hangatnya." Ucap Lucas sambil memberikan teh manis hangat yang sedaritadi ada di meja sebelah kasur.
"Thankyou." Ucap Carol perlahan meminum teh manis hangat yang membuat tenggorokannya hangat.
"Kata Dokter UKS, lo belum sarapan, jadinya lemes terus pingsan. Nakal sih lo, bukannya sarapan tadi pagi sebelum ke sekolah." Omel Lucas, jelas Lucas kesal melihat Carol tiba-tiba pingsan di pagi hari.
"Tadi telat bangun, jadi nggak sempat sarapan." Balas Carol seadanya membuat Lucas kembali mengeluarkan omelannya.
"Lo bukan orang yang suka telat bangun, jadi kenapa lo bisa telat bangun? Begadang pasti?"
"Hm, drama yang kamu saranin waktu itu, seru banget." Jawab Carol membuat Lucas mendengus pelan.
"Tau gitu nggak gue saranin tuh drama ke lo, lo jadi lupa sama kesehatan lo." Lucas lumayan kesal, ke dirinya sendiri, kalau Lucas nggak menyarankan drama yang ia tonton waktu itu ke Carol, mungkin Carol nggak akan sakit seperti sekarang.
"Sorry, next time nggak lagi deh." Bujuk Carol, Lucas sepertinya marah padanya, bahkan Lucas sekarang memasang wajah serius, yang jarang ia perlihatkan.
"Promise me?" Ucap Lucas menyodorkan jari kelingkingnya tepat di hadapan Carol.
"Promise." Jawab Carol menautkan jari kelingkingnya ke kelingking besar milik Lucas.
"By the way, makasih ya Cas, udah gendong aku ke UKS." Perlahan senyuman milik Lucas luntur, ia jadi teringat kekesalan tadi pagi.
"Bukan gue yang anter lo ke UKS." Balas Lucas membuat Carol mengerutkan keningnya bingung.
"Trus siapa?" Tanya Carol bingung.
"Adrian. Gara-gara Adrian gendong lo dari lapangan sekolah ke UKS, jadi bikin heboh satu sekolah, sampai upacara tadi jadi nggak kondusif lagi." Jelas Lucas membuat Carol terkejut bukan main, jadi suara yang ia dengar sebelum ia tak sadarkan diri itu suara Adrian?
"Bercanda." Ucap Carol sekenanya, membuat Lucas mendelik.
"Serius, nggak bercanda. That's why im telling you, lo pingsan bikin heboh warga sekolah. Lebih tepatnya, karena Adrian." Carol hanya terdiam, jarak barisan Adrian dan Carol lumayan jauh, bahkan lebih dekat dengan Lucas, kenapa Adrian yang menggendongnya ke UKS?
"Mana dia pasang muka sok panik lagi, bikin kesel aja." Gumam Lucas yang jadi teringat dengan aksi sok heroik Adrian tadi pagi, harusnya kan yang melakukan itu dirinya, bukan si Pangeran Sekolah.
"Apa, Cas?" Tanya Carol yang tak jelas mendengar ucapan Lucas.
"Nothing." Jawab Lucas sekenanya.
"Nih di makan buburnya, tadi Adrian yang beliin." Ucap Lucas lagi sambil membukakan bungkusan buburnya.
"Adrian, sekarang dimana?" Tanya Carol lagi, membuat Lucas menghentikan aktivitasnya.
"Di kelas lah, ini udah masuk jam pelajaran ke-enam. Anak rajin kaya dia, udah pasti di kelas." Jelas Lucas membuat Carol mengangguk paham, mana mungkin seorang Adrian rela menunggu dirinya di UKS, waktu milik Adrian lebih berharga daripada sekedar untuk perduli terhadap dirinya.
"Nih, makan. Perlu gue suapin nggak?" Goda Lucas membuat Carol mendelik sebal.
"Aku bisa sendiri." Ucap Carol merebut bungkusan tersebut dan memakannya perlahan.
Rasa buburnya enak, padahal bubur kantin rasanya biasa aja, mungkin karena bubur yang tengah Carol makan ini pembelian dari Adrian? Makanya rasanya bertambah lezat berkali-kali lipat?
Perlahan Carol tersenyum tipis, yah, setidaknya hanya dengan seperti ini saja Carol sudah bahagia. Tak perlu Adrian balas, perasaannya akan tetap terus tumbuh, tanpa aba-aba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...