"Carol...."
"Carol..."
"Nggak bosan apa belajar terus?" Dengus Lucas sembari menatap gadis di depannya yang fokus dengan buku yang ia baca sedaritadi.
"Carol, main yuk?" Tak menyerah, Lucas masih tetap mengganggu Carol agar menoleh ke arahnya. Hey! Lucas sama sekali tak suka diabaikan seperti ini.
"Carol! Gue ngambek nih!" Seru Lucas membuat Carol menghela nafasnya dan melirik Lucas sekilas.
"Cas, can you stop?" Ucap Carol membuat Lucas memanyunkan bibirnya, sama sekali tak berhasil mencari perhatian Carol.
"Jahat!" Cicit Lucas dengan suara yang ia kecilkan seperti anak kecil yang merajuk karena tidak diberi permen manis.
"What do you want?" Carol hanya bisa mengalah jika Lucas sudah seperti ini, sebelum Lucas menjadi sesosok pria yang semakin menyebalkan.
"Main yuk atau jalan-jalan, atau apapun! Asalkan jangan di perpus terus, bosan. Lagian ini udah jam pulang sekolah." Jelas Lucas menunjukkan jam di handphonenya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore.
"Wait for a minute, tinggal selembar lagi." Ucap Carol final, membuat Lucas hanya bisa terduduk diam menunggu.
"Sebentar lagi ujian akhir, lo mau kuliah dimana?" Tanya Lucas random membuat Carol berhenti membaca bukunya sejenak.
"Entah, yang pasti di Indonesia, nggak menutup kemungkinan juga kuliah di luar kalau aku dapat beasiswa."
"Hm, begitu ya?" Dehem Lucas membuat Carol menoleh ke arah Lucas.
"Kenapa?" Tanya Carol membuat Lucas hanya menggeleng pelan.
"Kalau udah memutuskan tempat untuk kuliah, dimanapun itu, kasih tau gue ya, biar kita sekampus!" Ucap Lucas membuat Carol terkekeh.
"Emang kamu nggak punya impian mau kuliah dimana gitu? Misalnya, NTU or Harvard? Biasa kan anak-anak populer, kayak kamu, kuliahnya pasti di luar negeri."
"I don't know, bokap nyokap gue bukan tipe yang mengharuskan anaknya berkuliah di Universitas bergengsi. It's up to me."
"It's good, then."
"By the way, gue serius yang tadi. Gue akan kuliah dimanapun kampus tempat lo kuliah, so tell me about it, later."
"Kamu ngefans sama aku ya? Pengen banget satu kuliah sama hihhhhh." Ejek Carol membuat Lucas tersenyum tipis.
"Iya, gue ngefans banget nih, minta tanda tangannya dong Kak Carol! Pleaseeee, I'm begging you!!" Seru Lucas sambil menyodorkan kertas dan pulpen yang membuat Carol menatap Lucas geli.
"Hey, stop it now! Aku gamau punya penggemar kaya kamu, ew." Ucap Carol membuat Lucas tergelak bersamaan dengan gelak tawa Carol memecahkan keheningan perpustakaan sekolah.
"Ayo kita pergi, keburu sore, baca bukunya nanti lagi aja." Ucap Lucas seraya merebut paksa buku milik Carol, dan memasukannya ke dalam tas miliknya.
"Let's go." Seru Carol membuat Lucas terkekeh, tadi gadis ini malas-malasan saat diajak keluar untuk sekedar jalan-jalan, sekarang lihat siapa yang sangat bersemangat.
"Hey, watch your step! Nanti jatoh." Teriakan Lucas hanya dianggap angin lalu yang membuat Lucas berlari mengejar langkah Carol di depannya.
*****
Suara piring berdentingan dengan sendok dan garpu yang memecahkan ruangan hening di ruang makan yang sangat mewah milik keluarga Adhitama, tidak ada seorangpun dari mereka yang mengeluarkan suara, menikmati hidangan di hadapannya dengan hikmat.
"Adrian, gimana sekolahnya sayang? Sebentar lagi ujian kelulusan kan?" Ucap seorang wanita paruh baya yang tetap terlihat anggun. Ibunda Adrian.
"Good." Jawab Adrian singkat tanpa melihat ke arah Ibunya yang menatap Adrian sedih. Selalu seperti ini.
"Dua minggu setelah ujian kelulusan, kamu akan ke Jerman untuk kuliah disana. Segera persiapkan segalanya." Ucap seorang pria dengan suara dinginnya.
"I know, no need to tell me for a thousand times." Jawab Adrian tak kalah singkat. Benar-benar malas untuk sekedar menatap dua orang di hadapannya yang membuat Adrian muak.
"Ayah dengar, dari Angel, kamu menyukai seorang gadis di kelasmu. Benarkah?" Ucapan Ayahnya membuat Adrian tertarik, namun tak lantas membuat Adrian melirik ke arah Ayahnya.
"Kamu tahu kan? Apa yang Ayah akan perbuat ke dia?" Lanjut pria itu lagi, membuat Adrian menatap Ayahnya tajam.
"Don't you even dare to touch her, Adrian sudah menuruti semua perkataan Ayah." Peringatan keras yang Adrian lontarkan dengan suara tegasnya membuat Ayahnya menatap Adrian dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Jangan buat ulah, Adrian. Kamu tahu kan, kamu pewaris tunggal Adhitama. Kamu akan Ayah jodohkan dengan putri dari Darmawan Group. Jangan pernah bermain api, apalagi dengan wanita yang bahkan kamu tidak tahu dengan jelas asal usulnya."
"Terserah, jangan pernah sekalipun menyentuhnya, atau Adrian tak akan pernah mau menjadi bagian dari keluarga Adhitama." Ucap Adrian mendorong kursi miliknya, dan melangkahkan kakinya pergi dari ruang makan keluarganya.
"Anak itu." Gumam Ayah Adrian menatap Adrian yang pergi tanpa berpamitan sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...