Hari Jumat, hari yang ditunggu-tunggu seluruh murid, karena besok adalah hari Sabtu, dimana sekolah libur. Jam pulang sekolah sudah berakhir, para murid berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.
"Heh, mau kemana lo. Jangan kabur! Kita kan mau beli bahan buat kerja kelompok." Ucap Lucas menarik tali tas Carol, membuat Carol menghela nafas sebal. Padahal dia sudah berusaha untuk berpura-pura lupa, tetapi sepertinya teman satu-satunya ini sangat semangat untuk Ujian Praktek.
"Iya, aku tau! Nggak usah ditarik tasnya." Sinis Carol menatap tangan besar Lucas yang masih setia menarik tali tasnya.
"Nggak mau gue lepas! Nanti lo kabur." Tegas Lucas yang membuat Carol balik menatap Lucas sebal, tak mau mendebat Lucas.
"Hai, jadi kan?" Sahut Angel yang dengan setia menggelayutkan tangannya manja ke lengan Adrian. Lucas hanya mengangguk setuju dan menarik tas Carol.
"Cas, tas aku putus nanti!" Pekik Carol, sedangkan Lucas hanya cengengesan tak berniat melepaskan.
"Ntar gue beliin yang baru kalau rusak, udah ayo jangan bawel." Ucap Lucas menyeret tas Carol yang membuat sang pemilik tas ikut terseret, ke arah parkiran sekolah.
"Em, Cas, kalian mau bareng kita aja? Kita naik mobil." Ucap Angel lagi, membuat Lucas jelas menggelengkan kepalanya tanda tak berminat.
"Nggak usah, gue sama Carol naik motor gue aja." Jawab Lucas, dia aja mau modus makanya bawa motor hari ini. Biar bisa dipeluk-peluk manja gitu sama Carol.
"Serius nih?" Tawar Angel lagi.
"Iya, aku sama Lucas aja naik motor." Kali ini Carol yang menjawab, gila aja dia menerima tawaran Angel untuk naik mobil bersama Adrian, bisa makan hati dia sepanjang perjalanan jadi nyamuk mereka berdua.
"Tuh kan, Carolnya aja nggak masalah. Kuy, ntar makin sore." Ucap Lucas lagi dan menarik tangan Carol pergi ke parkiran motor.
"Ian, bantu ngomong dong! Jangan diem aja kayak patung. Aku mau bantuin padahal." Decak Angel kesal, kesempatan di depan mata, tapi malah diabaikan Adrian.
"Aku nggak pernah minta kamu buat bantuin aku." Jawab Adrian membuat Angel berdecak sebal.
"Whatever, awas aja kamu nyesel di kemudian hari." Ucap Angel final sambil membuka pintu mobil Adrian.
*****
"Kita bagi tugas aja, gue sama Carol cari bahan-bahannya, lo berdua cari alat-alat yang dibutuhin." Ucap Lucas saat mereka sampai di toko perlengkapan lab.
"Gausah, aku sama kamu aja Cas, biar Adrian sama Carol aja yang cari bahannya. Soal bahan mereka lebih ngerti daripada kita berdua." Ucap Angel sambil menarik tangan Lucas menjauh dari Adrian dan Carol, tentu saja dengan penuh protes dari Lucas.
"Lo masih mau ngelamun aja disini? Ayo cari bahannya." Ujar Adrian dingin sambil melangkahkan kakinya lebih dulu, meninggalkan Carol di belakang yang tersentak dari lamunannya dan mengikuti langkah kaki Adrian.
"Aduhhh." Pekik Carol pelan, keningnya terasa sakit, karena menabrak punggung Adrian yang tiba-tiba berhenti.
"Jalan yang bener." Ucap Adrian singkat membuat Carol tak berani bicara, hanya mengusap keningnya yang terasa sakit.
Carol menatap rak-rak yang berisi bahan-bahan kimia yang harus mereka beli, namun fokusnya tergantikan menjadi wajah Adrian yang fokus melihat cairan-cairan kimia dihadapannya.
Membuat wajah Adrian bertambah kadar ketampanannya berkali-kali lipat ketika sedang serius seperti ini. Beruntungnya Carol bisa menikmati pemandangan ini dengan jarak yang sangat dekat.
"Gue udah bilang jangan ngelamun! Liat tangan lo! Hampir mau kena cairan berbahaya!" Bentak Adrian sambil menarik tangan Carol yang hampir menyentuh cairan korosif. Carol jadi gelagapan dan takut mendengar bentakan Adrian.
"Lo! Diem disitu aja, jangan kemana-mana." Ucap Adrian tegas membuat Carol jelas menciut dan menuruti perkataan Adrian, sambil memandangi Adrian yang kini memunggunginya dan fokus memilih cairan-cairan itu kembali.
Setelah memilih beberapa cairan yang dibutuhkan, Adrian bergegas ke kasir, meninggalkan Carol yang masih diam tak berkutik, takut kena bentakan Adrian lagi apabila ia bergerak dari tempatnya berdiri.
"Ian, ini alat-alatnya, udah lengkap kan?" Ucap Angel dari sebrang sana, menuju ke arah kasir diiringi Lucas yang memasang wajah bete.
"Heh, lo kenapa? Kok muka lo pucet gini?" Tanya Lucas panik seraya berlari kecil menghampiri Carol yang memasang wajah ketakutan dan terlihat pucat.
"Gapapa, Cas." Jawab Carol singkat, dia benar-benar takut ketika ada orang yang membentaknya.
"Gapapa gimana? Lo sakit? Perasaan tadi baik-baik aja." Lucas menempelkan telapak tangannya ke kening Carol, nggak ada panas-panasnya.
"Cas, ini udah semua dibayar. Mau makan dulu?" Tanya Angel membuat Lucas melirik tajam Angel.
"Kalian aja, gue sama Carol balik duluan." Ucap Lucas tanpa mendengar jawaban dari Angel, yang langsung menarik tangan Carol agar pulang ke rumah. Yang ia tahu, Carol sepertinya merasa ketakutan, entah karena apa.
"Cas, Lucas!" Teriakan Angel sama sekali tak dihiraukan Lucas yang tetap menarik tangan Carol keluar dari toko.
"Angel, ini bukan di pasar." Tegur Adrian membuat Angel menutup mulutnya.
"Ck, gagal lagi kan." Gerutu Angel, sedangkan Adrian hanya terdiam menatap kepergian Carol dan Lucas.
Diam-diam Adrian sangat merasa bersalah, sudah membentak Carol. Adrian tahu, itu kesalahannya. Wajah ketakutan Carol, terpampang jelas di matanya. Hanya saja, Adrian tak bisa mengontrol emosinya, apabila berkaitan dengan Carol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Short StoryAdrian Adhitama, seorang lelaki yang terlahir nyaris sempurna, memiliki segalanya, bahkan hanya dengan mendengar namanya, seluruh perempuan akan dengan mudahnya menjabarkan begitu banyaknya kelebihan darinya. Caroline Aurellia, seorang gadis kutu bu...