Ep.1 Part 11

790 62 9
                                    

"Aduh! Sakit woi, pelan-pelan dong." Ringis Lucas saat kapas antiseptik di tangan Carol menyentuh permukaan wajahnya.

"Ini udah pelan." Gumam Carol pelan sambil mengolesi seluruh wajah Lucas dengan kapas di tangannya.

"Lagian kenapa sih pake berantem segala? Cuma ke senggol gitu doang juga." Ucap Carol lagi membuat Lucas mendecih.

"Nyenggol gitu doang? Dia tuh sengaja! Emang dasar dia brengsek." Keluh Lucas penuh emosi.

"Serius deh, kalian ada masalah apa sih? Kok nggak pernah akur." Tanya Carol hati-hati, jujur saja Carol sangat curiga dan penasaran mengapa Lucas dan Adrian tak pernah akur.

"Biasalah, masalah cowok." Jawab Lucas sekenanya, membuat Carol menatapnya serius, semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi diantara dua most wanted di sekolahnya ini.

"Masalah cowok? Kalian rebutan cewek gitu?" Seperti tepat sasaran, Lucas terdiam sesaat, bingung harus menanggapi apa.

"Maybe?" Jawab Lucas tak yakin.

"Ceweknya, Angel kan?" Tebak Carol membuat Lucas menggelengkan kepalanya lumayan keras.

"Bukan lah. Ngapain juga ngerebutin dia?"

"Terus, siapa?"

"Kalau gue bilang lo, lo percaya?" Jawab Lucas membuat Carol tertawa sekencang-kencangnya mendengar jawaban konyol dari mulut Lucas.

"Ya nggak mungkin lah, aneh-aneh aja. Aku nggak percaya." Ucap Carol di sela-sela tawanya, lelucon macam apa yang ia dengar saat ini.

"Jangan pasang muka sok serius deh, Cas. Aku tau kamu bercanda doang kan?" Ucap Carol lagi, membuat Lucas menghela nafas frustasi.

"Gue serius, nggak bercanda." Ucap Lucas menatap Carol serius, membuat tawa Carol perlahan menghilang digantikan dengan ekspresi terkejut.

"Kita berdua naksir cewek yang sama, dan nama cewek itu adalah Caroline Aurellia. Udah paham sampai sini?"

"Tapi, gimana bisa? Why me?" Ucap Carol tak percaya, berusaha mencerna omongan yang dilontarkan Lucas barusan.

"Kalaupun gue cerita, lo nggak akan inget kan?"

"Inget apa?"

"Antara Lucas, Adrian, dan seorang perempuan bernama Caroline Aurellia, sepuluh tahun yang lalu."

*****

"Ian, itu makanan jangan di aduk-aduk gitu." Tegur Angel yang sangat risih melihat Adrian yang sedari tadi hanya termenung dalam diam dan mengaduk makanan miliknya tak selera.

"Angel, what should I do now?" Lirih Adrian, pikirannya sekarang dihantui dengan ketakutan-ketakutan yang akan terjadi.

"Ian, Lucas nggak akan se-gegabah itu menceritakan semuanya ke Carol. Chill. Everything's gonna be alright." Ucap Angel menenangkan Adrian.

"Gue takut, takut setelah ini Carol ingat semuanya dan justru membenci gue. Gue takut banget." Angel hanya bisa menatap Adrian miris, Adrian tak pernah setakut ini.

"Thing happen for a reason. Kamu punya alasan yang kuat kan? Kalaupun pada akhirnya Carol nggak terima dan balik membenci kamu, itu semua kembali ke Carol."

"I know, but what If she hates me and leave me at all after she's know the truth?"

"Kita nggak bisa paksa perasaan seseorang, Ian. Entah itu cinta, benci, senang, sedih. But one thing you should know, kalau Carol memang yang terbaik, Tuhan bakalan kasih ratusan bahkan ribuan cara untuk Carol kembali ke kamu." Omongan Angel cukup membuat hati Adrian tenang.

"Kalau kamu segitu khawatirnya, kenapa nggak kamu yang duluan bicara ke Carol perihal ini? Akan lebih baik jika dia mendengarnya langsung dari kamu, bukan dari orang lain. Apalagi dari Lucas." Lanjut Angel menatap Adrian dengan mata berbinar, ide yang tiba-tiba muncul di kepalanya barusan sepertinya bukan ide yang buruk.

"Should I?" Tanya Adrian dengan dirinya sendiri. Apakah ia harus berbicara langsung ke Carol?

"Yah, seenggaknya kamu jadi lebih tenang ketika harus meninggalkan Indonesia nantinya. Kamu nggak di hantui oleh bayangan penyesalan dari masa lalu."

"You right, Angel. Tapi kapan waktu yang pas buat bicara ke Carol?" Tanya Adrian disambut dengan senyuman yang terukir di wajah manis Angel.

"Hari terakhir Ujian Kelulusan."

*****

Hujan di hari Minggu turun lumayan deras, menimbulkan percikan air yang jatuh ke jendela ruang keluarga di rumah Carol. Suasananya sangat nyaman dan menenangkan, mendengar suara air hujan saling turun ke bumi sambil ditemani segelas cokelat hangat yang berada di tangan Carol.

"Kenapa sayang, kok melamun?" Teguran halus dari ibunya membuat Carol tersentak dari lamunannya dan menatap ibunya yang menatapnya khawatir.

"Gapapa, mom. Cuma agak sedih aja. Seminggu lagi kan aku pindah ke New York. Aku bakalan kangen sama Indonesia dan seisi-isinya deh." Ucap Carol sedih, jujur agak berat bagi Carol meninggalkan negara ini, banyak kenangan yang sudah terukir, dan juga Dia, yang menjadi penyemangat Carol selama masa mudanya.

"Jangan sedih gitu dong, sayang. Nanti kalau ada jadwal liburan, kamu bisa main lagi ke sini."

"Oh, iya, gimana persiapan kamu? Besok kan mulai Ujian Kelulusannya?" Pertanyaan Ibunya membuat Carol mengangguk dan tersenyum tipis.

"Iya mom, udah kok, tadi udah sempet baca beberapa lembar buku."

"Jangan terlalu di porsir ya, kasian tubuh kamu nanti kecapean. Mom nggak mau anak mommy yang paling cantik ini jadi kecapean terus sakit deh."

"Aku pasti jaga kesehatan, mom jangan khawatir! Masa calon dokter nggak bisa jaga kesehatan diri sendiri." Ucap Carol tersenyum lebar, membuat Ibunya tertawa dan membelai rambut Carol pelan.

"Yaudah, mom ke belakang dulu ya, kamu istirahat aja, tenangin hati dan pikiran biar besok lancar ujiannya." Ucapan Ibunya hanya dibalas Carol dengan anggukan dan kembali fokus pada pemandangan di depannya.

Pemandangan hari ini menyejukkan hatinya, seolah Sang Alam ikut mengetahui perasaan di hatinya yang tengah bercampur aduk saat ini. Setelah pengakuan yang Lucas ucapkan kemarin, sangat susah untuk menata hatinya yang berantakan, sangat susah untuk menerima kenyataan yang harus ia terima.

Tetapi, dari hujan hari ini, Carol belajar bahasa air, bagaimana ia berkali-kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada takdirnya. Carol harus belajar untuk menerima takdirnya, tanpa harus mengeluhkan segala sesuatunya. 

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang