Dan untuk kesekian kalinya kita tak sejalan.
★★★
Anabella menatap dirinya dari pantulan air kolam di depannya. Sedikit sesak di dalam sana, tapi ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlihat lemah. Ia sendiri yang salah telah mencintai seseorang seperti Richard Saunders.Kenapa Bella harus bersedih? Ia hanya seorang sahabat bagi Richard. Bahkan, mungkin kalau bukan karena Ibunya, Teresia, Bella tidak dianggap oleh empat laki-laki itu. Ya, benar yang orang-orang bilang, Bella sangat beruntung.
"Kenapa di sini?" Bella tersenyum miris ketika suara berat di belakangnya menyapa pendengarannya. Ia kenal suara itu.
"Hanya sedang ingin melihat air," jawab Bella asal.
Richard berjalan ke arah Bella dan duduk tepat di sebelah gadis itu. "Di kolam berenang?"
Bella hanya diam tak menanggapi ucapan Richard itu. Sebenarnya ... sedikit ... hmm, sifat Bella bisa dibilang kekanak-kanakan. Hanya karena ucapan Lea, ia malah berasumsi seenaknya. Ya, mau bagaimana lagi? Kalau sudah cinta, sekecil apapun luka itu, akan menjadi besar kalau sudah melibatkan hati. Hati memang sensitif, untuk itu berhati-hati dengannya!
"Masih ingin di sini?" tanya Richard.
Bella mengangguk.
Terdengar helaan napas dari Richard. Ia memang sudah terbiasa dengan sikap kekanak-kanakan dari Bella ini, ia mencoba sabar dan memaklumi sifat Bella itu, mungkin karena ... perasaan? Ah ketahuilah, di sini bukan hanya Bella yang mencinta.
"Yasudah, kalau begitu aku akan kembali pada Leon, bisa bahaya kalau dia ditinggal sendiri, kalau ada apa-apa kau tahu aku di mana."
Bella terdiam sembari menundukkan kepalanya. Apa Richard benar-benar tidak peka pada perasaannya atau hanya berpura-pura? Kalau Richard mempunyai perasaan lebih padanya, Richard tidak akan meninggalkannya di sini tanpa penjelasan sedikitpun.
"Bel."
Bella menoleh ketika suara itu terdengar kembali, tubuh tegap itu masih berdiri di ujung sana.
"Soal ucapan Lea tadi, jangan dipikirkan. Itu tidak benar!" Setelah mengucapkan itu, tubuh Richard langsung menghilang di balik dinding.
★★★
Dua bulan kemudian ....
Ashanara baru saja ingin berjalan pulang ke rumahnya setelah sekolah yang melelahkan, tapi baru saja ia memasuki tikungan yang akan langsung mengarah pada gang di depan sana, ia dicegat oleh seorang pria tak dikenal dengan alis terbelah di wajah yang ... rrr tampan itu.
Ashanara langsung terpojok ke dinding pagar rumah warga akibat pria itu maju mendekatinya.
"Ashanara?" Pria itu menelisik wajah gadis malang itu.
"Ka-kamu siapa?" Ashanara memberanikan diri menatap wajah itu. Seketika pandangan dua anak manusia itu bertemu satu sama lain.
Ashanara mengerutkan keningnya karena merasa tidak asing dengan mata itu, tapi pria di depannya malah mengeluarkan seringaiannya.
Pria itu membuka jaket hitam yang membungkus tubuhnya sehingga memperlihatkan kaos putih tanpa lengan dengan tato berbentuk mahkota di bahunya serta tulisan 'Jackson B' di bawahnya.
"Jackson, kau bisa memanggilku Son. Dan aku ... adiknya Kananta!" Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Jackson itu mengangkat dagu Ashanara, dan mengelusnya sekilas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLEON
Teen FictionBunyi tamparan yang sangat keras mendominasi di rooftop sekolah ini. "Gugurkan!" Ashanara memandang tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan laki-laki di depannya. "Tapi ini anakmu Ael!" Laki-laki yang tak lain adalah Axelleon itu memandan...