Axelleon- 35

10.2K 536 9
                                    

❝Aku juga masih memikirkanmu. Aku tak bisa saling lupa begitu saja, apa artinya berusaha melupakan? Jika kau tiba-tiba terlintas dan aku hanya memikirkanmu?❞

-When Camellia Blooms-

★★★


"Kau ingin kemana Ashanara?" Ashanara menghentikan langkahnya menatap dua orang yang sedang bercengkrama menatap penuh selidik padanya, tangannya mengeratkan genggaman pada sosok kecil di sebelahnya.

"Kenapa membawa Aleo?" tanyanya lagi.

"Leo ingin-hmmp!" Ashanara segera membekap mulut Sang Anak, takut membocorkan rencananya kepada Angkasa dan Rio.

"Aku ingin membawa Aleo jalan-jalan ke taman, Pa," ucap Ashanara yang mendapat tatapan curiga dari dua orang itu.

"Benarkah? Akhir-akhir ini sepertinya kau jadi sering pergi, dan pulangnya malam. Itupun ada seseorang dengan motor mengantarmu. Kau yakin tidak ada yang kau sembunyikan dari kami?" tanya Rio.

Ashanara menghela napasnya. "Asha benar-benar hanya ingin mengajak Leo keluar Pa, Dad, kasihan Leo tidak pernah jalan-jalan."

Angkasa dan Rio memandang satu dan lain, kemudian menghela napasnya. "Yasudah pergilah. Leo-chan, hati-hati ya sayang."

Bocah laki-laki itu mengangguk. "Iya Dada."

Setelah Ashanara dan Aleo pergi, Angkasa dan Rio memandang ke satu sama lain.

"Aku rasa kita sudah keterlaluan padanya, Rio. Ketika melihat wajah Aleo, aku merasa jadi orang paling jahat di dunia ini karena memisahkan anak dan ayahnya," ucap Angkasa.

"Tenanglah Angka, tidak usah menyalahkan diri sendiri. Kamu pun mendengar apa yang diucapkan Alastha pada hari itu," ucap Rio.

"Tapi aku merasa ini semua tidak adil Rio untuk Aleo, mau bagaimana pun Aleo tetaplah bagian dari Crawford, dia darah daging Axelleon! Kenapa Alastha begitu kejam?"

"Kita sudah membicarakan ini Angka, kita akan menyerahkan Ashanara dan Aleo nanti. Sekarang masih tidak aman, Vernand bisa menyerang kapan saja, pria gila itu masih terobsesi pada Amata." Rio mengusap bahu Angkasa.

"Aku akan mendapatkan keadilan untuk Aleo kita," ucap Rio meyakinkan Angkasa.

★★★

"Mama, Mama bilang kita ingin bertemu Daddy, kenapa Mama katakan pada Dada dan Bubu kalau kita ingin jalan-jalan? Dan kenapa kita ke rumah sakit 'kan katanya kita mau ke taman?"

Aleo, bocah kecil buah hati Axelleon dan Ashanara itu bertanya pada Sang Ibu. Ashanara tersenyum dan mengusap pipi gembil itu. "Daddy ada di sini, sayang. Aleo mengatakan ingin bertemu Daddy, 'kan?"

Bocah kecil itu mengangguk. "Tapi kenapa Daddy ada di rumah sakit? Daddy sakit?"

Ashanara hanya diam tak membalas ucapan Sang Putra, hingga langkahnya berhenti di pintu ruangan Axelleon, ruangan yang selama satu bulan ini ia kunjungi.

Ashanara menghembuskan napasnya, berusaha meyakinkan diri bahwa keputusannya mengajak Aleo ke sini sudah tepat. Ashanara tahu, Axelleon butuh Aleo karena alasannya kecelakaan adalah karena menyangka Sang Putra sudah meninggal.

Mungkin dengan adanya Aleo di sisinya, ia bisa tersadar kembali.

Ashanara membuka pintu itu memperlihatkan beberapa orang yang menatap ke arahnya.

AXELLEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang