Axelleon- 28

10K 468 4
                                    

❝Mereka mengatakan bahwa kamu mungkin tidak memperhatikan ruang yang terisi, tapi kamu selalu memperhatikan ruang kosongnya.❞
-Doctor Strange-

★★★


"Kita akan kemana Le? Kenapa Richard tidak ikut?" tanya Bella seraya memakaikan coat pada Angela yang berada pada gendongan Axelleon.

"Kita akan ke taman sakura di pusat kota Bel, kudengar di sana sedang mengadakan festival tahunan. Dan tentang Richard, dia tidak bisa ikut karena ada urusan," jawab Axelleon segera masuk ke dalam mobil yang ia pinjam dari Nyonya Matsuoka tadi setelah memberikan Angela pada Bella.

"Itu pasti tidak aman bagimu, Le!" ucap Maxim ketika mobil yang dikendarai Axelleon sudah melaju di jalanan.

"Tenang saja Ncim, aku sudah hubungi managerku dan memintanya menjadikanku salah satu pengisi acara di sana, ini juga termasuk promosi untukku di Jepang. Dari pada sembunyi-sembunyi, lebih baik langsung saja menceburkan diri," jawab Axelleon sembari menatap lurus ke arah jalanan Tokyo.

Model musim panas itu masih kepikiran tentang ucapan Richard tadi malam. Terhitung sekarang sudah kurang lebih dua puluh delapan tahun semenjak kematian Angkasa, dan tidak ada yang mengusik ingatan itu lagi. Tapi mengapa sekarang tiba-tiba Richard mengatakan bahwa Angkasa masih hidup?

"Apa iya semua ini hanya manipulasi Vernand?"

Di saat Axelleon mengendarai mobilnya menuju pusat kota, lain halnya dengan Richard yang sedang duduk di sudut ruangan kamar ditemani keheningan, jemarinya senantiasa bergerak dengan lincah di keyboard laptopnya itu.

Beberapa jam berlalu, Richard masih belum menemukan sesuatu yang akan menjawab pertanyaannya, alisnya semakin berkerut karena sedari tadi ia hanya berputar-putar di situs yang sama.

"Sepertinya ada seseorang yang memblokir informasi tentang Angkasa maupun Rio, orang yang kulihat kemarin sudah pasti Angkasa dan Rio, kalau tidak kenapa informasi tentang keduanya sama sekali tidak bisa diakses?" gumam Richard.

Richard menyalakan sebatang rokok dan terdiam sejenak. "Apa boleh buat? Terpaksa aku memakai cara 'itu.'" Jemari Richard kembali bergerak lincah di atas kotak-kotak kecil itu. Beberapa saat kemudian, seringaian terbit di bibirnya. "Pantai? Tidak buruk."

★★★

Richard menghentikan langkahnya ketika melihat hamparan putih luas di hadapannya. Angin yang berhembus dari laut membuat rambut hitamnya yang mudah memanjang sedikit berantakan.

Kepalanya menoleh ke kanan ke kiri mencari apa yang sedang ia cari. Tapi sayang, ia tidak menemukan apa-apa, padahal pantai ini lumayan sepi.

"Biasanya Chigasaki tidak sesepi ini, apa jangan-jangan karena ada festival di pusat kota, jadi semua pengunjung sedang di sana?" gumam Richard sembari melihat ponselnya yang menunjukkan sebuah postingan di sebuah aplikasi.

"Apa mereka sudah pulang?" gumam Richard.

Kakinya ia bawa menelusuri Pantai Chigasaki yang terkenal memiliki pemandangan yang indah saat matahari terbenam ini. Tanpa sengaja, matanya menatap dua orang anak Adam tengah bercengkrama dari kejauhan.

Richard bisa melihat pria yang sedikit lebih tinggi di sana sesekali mengusap kepala pria yang lebih pendek.

"Oh God, are you kidding? How could they- oh no! They kissed?!" Richard tergelak tak percaya apa yang baru saja ia lihat. Laki-laki itu segera memotret dua anak Adam yang sedang bercumbu itu.

Richard memang sudah terbiasa melihat semua ini, negaranya termasuk negara yang melegalkan hubungan sesama jenis, dan selama ini ia cukup menghormati orang-orang yang mempunyai orientasi seksual berbeda darinya.

Tapi yang ia tidak mengerti adalah, kenapa Angkasa dan Rio? Bukankah Rio juga ikut andil dalam pembunuhan Angkasa? Oh tunggu! Apa selama ini Rio lah yang menjadi misteri utamanya?

Richard dengar Rio pernah tinggal di Indonesia dan pernah dikabarkan tewas akibat kecelakaan. Itu berarti Angkasa dan Amata ... apa-apaan ini?! Kenapa semua masalah saling terkait satu sama lain? Tidak salah lagi, Rio adalah kunci dari semua ini.

Richard mengetikkan sesuatu pada ponselnya. "Halo?"

.
.

"Halo?" Axelleon mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinganya.

[Aku mendapatkan buktinya.] Terdengar suara Richard dari seberang.

"Apa-"

"Sorry Mr Crawford, you will be appearing in a moment." Axelleon menatap gadis Jepang ber-masker yang baru saja menyela hubungannya tadi.

"Can I go back a moment? I have to see how my friends are doing, I promise I'll be back on time." Izin Axelleon yang diangguki gadis yang ia yakini merupakan panitia acara itu.

Axelleon mendekatkan kembali ponselnya ke telinga. "Maaf, Richard. Sepertinya nanti saja kita bicarakan ini, sekarang aku harus menjadi ayah yang baik untuk anakmu." Axelleon terkekeh sendiri dengan ucapannya.

Umpatan Richard dari arah seberang menjadi penanda berakhirnya obrolan keduanya. Axelleon segera berjalan keluar dari ruang tunggu, menghampiri ketiga sahabatnya yang sekarang pasti tengah bersenang-senang.

"Ah sedang makan enak sepertinya." Ketiga orang yang tengah makan itu menoleh sekilas ke arah Axelleon sebelum akhirnya melanjutkan acara makannya.

"Anaknya Daddy Axelleon dibiarkan saja di sini? Mama Bella jahat ya sayang?" Axelleon menggendong balita tiga tahun itu yang berada di gendongan Alfa yang tengah sibuk makan.

"Angela sudah dikasih makan 'kan Bel?" tanya Axelleon yang diangguki Bella. "Udah, kau tenang saja. Aku tidak mungkin lupa pada anak sendiri."

"TUAN AXELLEON! ANDA HARUS SEGERA KE STAGE!" teriakan itu membuat Axelleon mau tak mau harus kembali ke panggung.

Jadwal hari ini adalah memamerkan kemampuan bernyanyinya di depan semua pengunjung festival. Memperkenalkan dirinya karena ini juga bagian dari promosi. Axelleon menyanyikan lagu milik Ikimono Gakari yang berjudul Last Scene yang merupakan soundtrack dari sebuah serial terbaik Jepang 'Your Lie in April.'

Dan dilanjutkan dengan lagu milik Fujita Maiko yang berjudul Hotaru yang diperkenalkan lewat anime populer karena Sad Endingnya 'Hotarubi no mori e.'

Semua orang terpana dengan performance Axelleon. Ditambah dengan lagu yang mellow membuat banyak pengunjung menghentikan kegiatan mereka hanya untuk melihat Axelleon bernyanyi. Wajah blesteran sekaligus bisa berbahasa Jepang menjadi daya tarik tersendiri bagi Tuan Muda Crawford itu.

"Minasankon'nichiwa! Watashinonamaeha Reondesu. Saya datang jauh-jauh dari Amerika sana untuk berkarir di sini. Ibu saya juga campuran Asia, itu sebabnya saya mendapatkan wajah ini. Salam kenal semuanya, Minasama, go aisatsu mōshiagemasu."

Axelleon membungkukkan tubuhnya, selanjutnya ia keluar dari panggung. Meninggalkan seseorang yang menatapnya datar dari kejauhan. "Axelleon Crawford, that jerk is back."

★★★

Revisi, 23 April 2022
Bersama Death Bed oleh Powfu

AXELLEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang