❝𝓐𝓴𝓾 𝓽𝓲𝓭𝓪𝓴 𝓽𝓪𝓱𝓾, 𝓭𝓮𝓽𝓪𝓴𝓪𝓷 𝓲𝓽𝓾 𝓶𝓾𝓷𝓬𝓾𝓵 𝓭𝓮𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓼𝓮𝓷𝓭𝓲𝓻𝓲𝓷𝔂𝓪 𝓽𝓪𝓷𝓹𝓪 𝓭𝓲𝓶𝓲𝓷𝓽𝓪.❞
★★★
"Bagaimana?" Axelleon mengangkat sebelah alisnya menatap seseorang yang duduk di depannya, sedangkan Maxim dan Alfa memasang telinga mereka lebar-lebar.Orang yang tak lain adalah Richard itu terkekeh dan mengangkat kedua bahunya, kemudian menyeruput minumannya lagi yang membuat Axelleon terkekeh sedangkan dua orang itu berdecak kesal.
Axelleon mengangguk. "Yasudah kalau tidak ingin memberi tahu, aku bisa bertanya langsung pada Uncle Evan."
"Sebenarnya ada apa? Masalah Richard dan ayahnya sudah selesai atau apa? Kenapa kita tidak diberi tahu?" tanya Alfa yang diangguki Maxim.
"Rahasia, kalian tidak perlu tahu, oke?" ucap Axelleon seraya menepuk pundak Alfa.
Kedua orang itu berdecak dan melanjutkan kegiatan makan mereka lagi. Suasana hening sejenak sebelum Axelleon melihat Ashanara yang melewati kelasnya. Hei? Kelas? Ya, karena masalah siapa adik Kananta telah selesai, mereka kembali beristirahat di kelas seperti sedia kala.
Mungkin ada yang bertanya kenapa Axelleon dan yang lainnya memilih tidak makan di kantin, ya karena kantin yang padat di tambah suara riuh yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Apalagi Richard tidak nyaman berada di keramaian.
Axelleon bangkit dari kursinya dan berlari ke luar menghampiri Ashanara yang tanpak seperti orang kebingungan mencari sesuatu.
"Ashanara!"
Mendengar namanya dipanggil, Ashanara menoleh ke sumber suara dan tubuhnya terpaku mendapati Axelleon yang berjalan ke arahnya.
"Ke-kenapa Ael?" tanya Ashanara takut-takut. Meskipun Axelleon berlaku baik padanya kemarin, ia tetap tidak nyaman berada di dekat Axelleon. Ya, walaupun anak yang berada di dalam kandungannya selalu menginginkan untuk berada di dekat Sang Ayah.
"Kemana?" tanya Axelleon.
"Hmm aku mencari ... Chae," jawab Ashanara yang menundukkan pandangannya.
Huh? Chae? Oh, si mata-mata itu rupanya. Hah, mendengar namanya saja Axelleon muak, ingin rasanya membeberkan fakta itu pada Ashanara, tapi Richard tidak memperbolehkannya. Baiklah, yang sekarang perlu ia lakukan adalah menjaga perempuan yang ia bawa masuk ke dalam hidupnya itu sekaligus janin yang berada di kandungannya.
Apa? Apa itu benar Axelleon? Huft, ternyata Satria sudah membukakan hati Iblis tampan ini yang membuat Axelleon secara perlahan mau bertanggung jawab atas kesalahannya. Memang sekarang belum ada cinta, tapi sebisa mungkin Axelleon menghadirkan rasa itu.
Apalagi setelah tahu bahwa sahabat cupu yang selama ini selalu berada di sisi Ashanara ternyata adalah musuh yang sebenarnya membuat Axelleon harus lebih waspada lagi. Ini bukan hanya masalah harga diri, tapi ini tentang tanggung jawab.
Axelleon juga membuka hatinya menerima semua kenyataan, apalagi setelah mendapat ceramah semalam oleh Richard tentang bahwa Maxim awalnya terlahir dari sebuah kesalahan juga, tapi Nazz mau bertanggung jawab atas Maxim yang Melissa kandung waktu itu.
Axelleon terpaku ketika melihat Ashanara terus menundukkan kepalanya. Tangan Axelleon terangkan untuk menaikkan kepala itu, ia harus lebih belajar untuk menghargai perempuan setelah ini. Seperti ia menghargai Amata dan Anabella.
"Hei, jangan menunduk. Kau mencari siapa tadi? Chaesario? Umm mungkin dia tidak sekolah hari ini, oh kau sudah makan?" tanya Axelleon sembari menggaruk tengkuknya, ia tidak terbiasa berlaku manis pada perempuan di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLEON
Teen FictionBunyi tamparan yang sangat keras mendominasi di rooftop sekolah ini. "Gugurkan!" Ashanara memandang tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan laki-laki di depannya. "Tapi ini anakmu Ael!" Laki-laki yang tak lain adalah Axelleon itu memandan...