"𝓐𝓹𝓪𝓴𝓪𝓱 ... 𝓫𝓮𝓷𝓪𝓷𝓰 𝓶𝓮𝓻𝓪𝓱 𝓲𝓽𝓾 𝓽𝓪𝓶𝓫𝓪𝓱 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓮𝓻𝓪𝓽?"
★★★
Motor merah darah Axelleon berhenti tepat di depan sebuah gedung tua yang kelihatannya memang sangat-sangat tua. Axelleon mengernyit bingung karena merasa familiar dengan bangunan ini, tapi ia tidak bisa mengingat dengan jelas bangunan apa yang berada di depannya ini. Yang pasti, si nomor misteriuslah yang menyuruhnya untuk datang ke sini.Axelleon berjalan masuk ke dalam gedung terbengkalai itu. Benar-benar berantakan, kotoran dan debu di mana-mana, suasana yang pengap juga noda hitam di dinding yang Axelleon yakini itu adalah noda darah. Apa ... ini bekas tempat pembantaian?
Axelleon berjalan lebih jauh lagi, terdapat lorong di sana, dan di dindingnya terdapat tulisan Ethiopia yang ditulis dengan cat semprot serta beberapa nama geng dari yang sangat Axelleon kenal sampai geng yang tidak Axelleon tahu sama sekali. Tulisan Allons dan WtBlack adalah tulisan yang paling besar di situ.
"Gedung Ethiopia? Oh, jadi ini gedungnya?" Axelleon membaca satu persatu nama geng yang tertera di situ. Pasti itu geng yang pernah besar pada eranya bukan?
Allons, WtBlack, Tosca, Texas, Tigro, dan nama aneh lainnya. Axelleon mengenal Allons, pastinya. Ia juga mengenal WtBlack, dan juga Texas karena Axelleon dan pemimpin Texas itu bekerja sama. Tapi Tosca, Tigro dan geng-geng lainnya Axelleon tidak pernah mendengar geng itu. Mungkin saja geng itu sudah hancur.
"Woah Axelleon, akhirnya kau datang juga." Axelleon membalikkan badannya mendengar suara berat yang ia tahu siapa pemilik suaranya.
Di sana berdiri Kananta sembari bersedekap dada dan memandang remeh ke arahnya. Axelleon benci pandangan itu.
"Jadi kau yang mengirim pesan itu? Dimana Ashanara?" Axelleon bergerak ingin memberikan sebuah pukulan di rahang laki-laki itu, tapi laki-laki itu terlalu pintar mengelak.
Kananta terkekeh. "Santai Axelleon, Ashanara tidak akan kenapa-napa. Kenapa? Kau mencintai anak Jalang itu?"
"Jaga ucapanmu brengsek! Aku tidak pernah menyukainya!" Elak Axelleon.
Kananta menaikkan sebelah alisnya. "Oh ya? Tapi kenapa matamu menjawab lain?"
Axelleon mengepalkan tangannya. Selama ia menjaga Ashanara untuk tidak dekat-dekat dengan Richard, memang terjadi sesuatu pada hatinya. Tapi dapat Axelleon pastikan itu bukanlah cinta! Axelleon tidak akan pernah tertarik pada perempuan itu, bahkan Axelleon sudah berniat untuk membunuh darah dagingnya di kandungan Ashanara itu bukan?
Kananta terkekeh melihat Axelleon. "Kalau kau tidak mempunyai rasa padanya, tidak mungkin 'kan kau datang ke sini secara sukarela?" Kananta mengangkat sebelah alisnya.
"Harusnya kau tidak perlu repot-repot datang ke sini, seharusnya kau senang kalau Ashanara tidak ada lagi di dalam hidupmu." Kananta tersenyum licik melihat bagaimana ekspresi Axelleon saat ini.
"Ah, cinta itu benar-benar bisa membuat orang gila, dasar idiot!" ucap Kananta.
"Jaga ucapanmu Kananta! Orang yang katakan idiot ini adalah Pemimpin Besar dari Allons!" Axelleon mengeluarkan smirknya ketika melihat rahang pria yang lebih tua delapan tahun darinya itu mengeras.
Axelleon akui Kananta memang pintar, bahkan sangat pintar. Tapi sayangnya Kananta sangat mudah terpancing emosi dan mudah dipanas-panasi.
"Ck, apa yang kalian lakukan di sini? Oh, Axelleon? Kau datang?" Axelleon dan Kananta kompak menoleh ke arah seseorang di depan sana yang baru saja bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLEON
Teen FictionBunyi tamparan yang sangat keras mendominasi di rooftop sekolah ini. "Gugurkan!" Ashanara memandang tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan laki-laki di depannya. "Tapi ini anakmu Ael!" Laki-laki yang tak lain adalah Axelleon itu memandan...