Axelleon- 39

9.2K 383 5
                                    

❝Menunggu itu tak dapat diukur dengan angka. Tapi sampai orang itu merasa lebih tenang dan sampai dia kembali.❞

-Are You Human Too-

★★★


Setelah Alastha yang mengetahui semuanya, Angkasa dan Rio dirundung rasa was-was kalau Alastha mengingkari janjinya dan menceritakan semuanya kepada Amata. Tapi, anehnya setelah kejadian itu berlalu delapan tahun lamanya, sama sekali tidak ada yang mengusik mereka kembali.

Nampaknya benar Alastha menepati janjinya. Kedua orang itu hanya bisa mengucap syukur, dan ya, seperti kalimat di paragraf awal tadi, sekarang memang telah delapan tahun berlalu semenjak kejadian Alastha yang memergoki mereka itu.

Itu berarti sudah delapan tahun berlalu semenjak kematian Sachiko, dan juga itu berarti Putra semata wayang Alastha sudah menginjak masa remajanya dan telah mengambil alih tahta Sang Ayah, menjadi Leader sebuah Geng terbesar di negara itu, Allons yang berlambangkan sayap Malaikat bewarna kelabu dengan motto 'Allons The Gray Winged Angels.' Allons Si Malaikat bersayap kelabu.

"Papa, aku berangkat sekolah dulu. Dimana Daddy?" Sai, bocah kecil yang kini telah beranjak remaja itu berpamitan kepada Angkasa tak lupa menanyakan keberadaan Rio yang tak terlihat sedari tadi.

Meskipun merupakan orang Jepang dan tinggal di Jepang, tapi gaya hidup Sai sudah seperti anak Eropa kebanyakan. Ia terpengaruh gaya hidup Sang Daddy yang memang kebarat-baratan.

"Daddy-mu masih tidur, dia tidak bekerja hari ini. Yasudah, belajar yang rajin!" ucap Angkasa yang masih sibuk dengan makanannya.

"Dasar Si tua bangka itu, sudah makin berkarat tapi Papa selalu memanjakannya," umpat Sai main-main yang membuat Angkasa memukul pelan kepala Sang Anak.

"Dia Daddy-mu!" kesal Angkasa.

"Wah kau mengejek Daddy, Sai? Kau benar-benar ya!" Dua orang itu menoleh ke arah Rio yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Papa, sebaiknya Papa meninggalkannya dan mencari Hot Daddy yang lebih kaya darinya," bisik Sai yang sengaja dikeraskan agar didengar Rio.

"Sai!"

Sai terkikik mendengar Daddy-nya menatapnya kesal. Mengecup pipi Angkasa sekilas dan melambaikan tangannya kepada Rio. "Bye Dad, Mata ne!"

"Sai! Jangan pergi dulu, ada yang ingin Daddy bicarakan denganmu." Langkah Sai terhenti mendengar ucapan Rio.

"Apa Dad? Daddy ingin menyuruh Sai untuk tinggal di Apartemen lagi? Tidak Daddy, Sai masih ingin tinggal bersama Papa," ucap Sai yang membuat Rio menggelengkan kepalanya.

"Bukan itu, Sai. Duduklah dulu, ada yang mau Daddy sampaikan,"titah Rio yang mau tak mau dituruti oleh Sai.

"Ada apa Rio? Apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Angkasa menatap lekat kekasihnya itu.

Rio lebih dahulu berdehem. "Besok pagi kita akan ke Amerika, ada hal penting disana. Rio, tidak apa 'kan kamu tinggal sendiri? Hanya tiga hari saja."

Sai menggelengkan. "Sai ingin ikut Papa!" Sai memeluk Angkasa, ia tidak ingin berpisah dari Papa-nya. Memang, anak itu sangat-sangat manja terhadap Angkasa.

Angkasa mengelus kepala Sai sembari menatap Rio. "Rio ... kenapa tiba-tiba?"

Rio menghembuskan napasnya. "Alastha meminta kita untuk menjemput seseorang disana, namanya Ashanara."

AXELLEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang