25 Juni 2006, saya terlahir di dunia ini di sebuah desa yang sangat tentram. Saya tumbuh dan belajar di negeri yang sangat indah, Minangkabau tanah pusako nan dicinto:)
★★★
"Hei Teresia, sudah lama aku tidak melihatmu astaga dan kau bertambah besar." Seorang wanita yang tak lekang oleh waktu dengan gaun indah nan melekat di tubuhnya menggoyang-goyangkan tubuh sahabat lamanya itu, Teresia.
Amata.
Teresia hanya menatap Amata jengkel. "Dan aku juga tidak menyangka kau bertambah bar-bar meskipun sudah menjadi nenek."
"Kau bisa saja, oh aku dengar Natasha dan Ethan datang, di mana mereka?" Amata menatap satu persatu orang yang berada di ruangan itu.
"Aku juga tidak tahu, kalau begitu ..." Teresia menatap Amata sambil tersenyum penuh arti.
"AYO KITA CARI BERSAMA-SAMA!" teriakan para nenek itu sepertinya mengambil atensi para pria di sana.
"Istrimu sepertinya sangat bersemangat, Dad," gelak Axelleon pada sang ayah.
"Dia ibumu bodoh!" Alfa meninju main-main pundak Axelleon.
"Sepertinya setelah menjadi ayah dari dua anak, sifat bodoh Axelleon tidak pernah hilang," ucap Elbarack seraya terkekeh.
"Oh ya, aku masih tidak tahu mengapa Hani mengundang kita semua di sini," ucap Maxim seraya menyeruput minuman miliknya.
"Babe, apa kau tidak membaca undangannya?" Alfa menatap Maxim dengan pandangan cinta membuat para pria di sana menatapnya sedikit errr berbeda.
"Hmm anakku, aku tahu kau adalah pria gentle, tapi tidak baik mengumbar kemesraan di sini," ucap Elbarack seraya menepuk pundak sang putra.
"Oh maaf, aku hanya tidak tahan melihat ekspresi bertanya-nya itu," ucap Alfa seraya tersenyum kikuk.
"It's ok, Man. Tidak apa-apa." Richard merangkul pundak Alfa.
"Dan ya mengenai pernyataanmu Maxim, malam ini adalah malam yang sangat berarti bagi Hani. Dia akan genap berumur enam belas tahun, dia pasti sangat senang," jelas Evan menjawab pertanyaan Maxim.
"Aku tidak tahu dia masih berumur enam belas tahun, apakah gadis menyebalkan itu tidak menua sama sekali? Bahkan ketika aku di sekolah menengah akhir, umurnya masih seperti itu," ucap Alastha, ia menggoyangkan gelasnya.
"Sepertinya kau sangat kesal dengan gadis itu." Evan terkekeh pelan.
"Bagaimana aku tidak kesal sialan? Dia membuatku berselingkuh dengan Grace, oh aku tidak bisa mengingat peristiwa menjijikkan itu. Aku benar-benar dendam dengan gadis itu." Alastha menggeram kesal.
"Aku juga Dad, dia membuatku menjadi pria paling bajingan di bumi ini. Aku pikir hobinya adalah menyiksa para protagonis seperti kita," sulut Axelleon berapi-api.
"Oh tenang bro, tokoh fiksi seperti kita tidak berhak menuntut," ucap Alfa seraya menepuk bahu Axelleon.
"Dan ya, apa itu? Protagonis? Haruskah aku ingatkan bahwa sifat kalian berdua itu sangat tidak cocok dikatakan protagonis?!" Nazz menyalak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AXELLEON
Teen FictionBunyi tamparan yang sangat keras mendominasi di rooftop sekolah ini. "Gugurkan!" Ashanara memandang tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan laki-laki di depannya. "Tapi ini anakmu Ael!" Laki-laki yang tak lain adalah Axelleon itu memandan...