20. Hukuman (2)

1.1K 103 59
                                    

Karena aku lama Update, khusus part ini lebih panjang, wkwk. Hati-hati membacanya emosi...

Happy Reading....

"Kenapa setiap diriku berkata jujur, keluargaku tidak mempercayainya?" —Nayla Felicya Raymon.

~☂☂~

Selama di perjalanan menuju rumah Neysha. Kamila dan Shasya terus saja berhenti di tengah jalan, dimulai dari Shasya yang ingin makan, minum es cendol di pinggir jalan, ataupun bahkan mau membeli buah, dengan alasan akan diberikan kepada Neysha karena sedang sakit. Tapi, yang mereka pertahankan untuk diberikan kepada Neysha hanya sekeranjang buah, selebihnya dihabiskan oleh mereka berdua di tempat penjualnya.

Perjalanan mereka masih setengah jam lagi, tetapi bagi Kamila dan Shasya itu hanyalah sebentar, terlebih Kamila yang membawa motor seperti pembalap saja. Shasya yang tidak siap reflek harus memeluk Kamila dengan erat. Mungkin lain kali, Shasya tidak akan mau diboncengi oleh Kamila lagi.

"MILAAA! Bawa motornya pelan-pelan dong! Gue hampir kejungkir ke belakang woi!" teriak Shasya di belakang Kamila. Jantungnya hampir saja copot, gara-gara kecepatan motor yang dibawa Kamila.

"Berisik! Kalau gue pelan-pelan, nanti bisa kemalaman datang ke sana. Ini semua gara-gara lo yang minta berhenti terus sejak tadi! Harusnya kita sudah sampai dari setengah jam yang lalu!" Kamila balas berteriak. Sempat kesal akan Shasya yang terus memintanya untuk berhenti, sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 17.25.

Shasya memasang wajah cemberut. "GUE KAN NGGAK MAU KETEMU SAMA KERBAU!" sahut Shasya.

Kamila menahan emosinya saat ini. Bukannya Shasya yang memberinya solusi jika bertemu Nayla cuekin saja? Tapi sekarang, lihatlah kelakuan Shasya. Andai jika Kamila sedang tidak membawa motor, maka Shasya akan dia beri pelajaran habis-habisan karena telah membuat dirinya kesal.

~☂☂~

"Mau pulang?" tanya Galang.

Citra mengangguk. Hari ini sungguh membuat dirinya merasa senang karena Galang selalu berada di sampingnya. Sejak tadi Citra dan Galang jalan-jalan bersama di taman. Galang tidak pernah menolak kemauan Citra, karena ia tidak mau Citra sedih.

Hari tampak sudah mulai malam, tidak baik bagi Citra untuk di luar lebih lama. Galang mengambil jaket yang ia simpan di bagasi motornya lalu memakaikannya pada Citra. Galang menghidupkan motornya dan menyuruh Citra naik. Suasana malam yang indah menambah kesan tersendiri bagi mereka berdua saat ini. Malam dimana, semuanya akan terulang kembali.

Citra mengeratkan pelukannya pada Galang. Nyaman. Itulah yang dirasakan Citra saat ini. Semenjak dirinya pergi ke luar negeri, ia tidak pernah merasa kehangatan. Ah iya! Citra melupakan sesuatu. Galang adalah pacar Nayla. Ada rasa aneh di dalam dirinya saat mengetahui itu. Citra harus melakukan sesuatu untuk itu!

Saat sudah sampai di rumah Citra. Galang manatap ke halaman rumah Citra. Sepi dan gelap. Hanya lampu di luar saja yang menerangi rumah itu. Galang menatap Citra yang sedang melepaskan helm di kepalanya.

"Rumah lo kenapa sepi? Nggak ada orang ya?" Galang masih celingak-celinguk menatap rumah Citra.

"Dasar pikun! Kan tadi gue udah bilang, kalau si Kamila lagi pergi ke rumah temannya. Otomatis, rumah jadi sepi. Ck, ganteng-ganteng kok pikun!" sindir Citra.

DON'T WORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang