27. Ancaman

613 48 15
                                    

DW Double Up yeee😎

Happy Reading All...

~🍬🍬~

Nayla berjalan perlahan-lahan saat ingin menuju kelasnya. Sepanjang koridor sudah sepi karena bel tanda istirahat telah selesai sudah berbunyi lima belas menit yang lalu bahkan sudah lebih dari itu. Ia  mengintip di jendela kelas dengan hati-hati, di depan sudah berdiri Bu Nara guru matematika yang sedang menerangkan materinya.

Di tangan Bu Nara sudah terdapat penghapus papan tulis yang digunakan untuk membangunkan murid-muridnya yang tidur di saat dirinya menerangkan. Bu Nara tahu, murid-muridnya tidak mengerti dengan matematika karena disaat ia menerangkan, mereka malah tidur. Maka Bu Nara harus tegas sekarang, agar murid-muridnya pintar dalam matematika.

Seseorang menepuk pundak Nayla pelan, membuatnya terkejut karena saking fokusnya memperhatikan Bu Nara. "Ngagetin lo, Na," kata Nayla saat menoleh ke belakang, disana Raya, Hana, dan Sari  tengah tersenyum tengil.

"Belum masuk lo?" tanya Sari.

Nayla menggeleng pelan. "Bu Nara lagi megang penghapus papan tulis, bisa-bisa kalau gue masuk malah gue yang kena lempar tuh penghapus atau bahkan wajah gue jadi korbannya," jelas Nayla.

"Iya juga. Pasti karena teman-teman sekelas kita pada tidur lagi," ucap Raya geleng-geleng kepala.

"Kayak lo nggak pernah tidur di kelas aja Ray," semprot Hana.

"Terus kita masuknya gimana nih? Kaki gue udah pegel berdiri terus," bisik Nayla.

Keempatnya mulai memikirkan sesuatu agar bisa masuk ke dalam kelas tanpa harus menjadi korban sasaran penghapus papan tulis. Sangat sulit masuk ke dalam kelas seperti ini, pasti mereka akan dihukum.

Di lain tempat, Carel dan teman-temannya akan menaiki tangga menuju kelasnya, untuk pelajaran terakhir mereka tidak akan membolos. Salman yang hendak melewati tangga terakhir di cegah dengan cepat oleh Carel membuat Salman hampir terjungkal.

Salman yang hendak protes hanya bisa membungkam mulutnya tatkala Carel memberi isyarat lewat mata. Satria dan Fadlan juga ikut melihat kearah yang ditunjukkan oleh Carel lewat mata.

Fadlan lantas memalingkan wajahnya sambil menghela nafas saat tahu siapa yang Carel lihat. Nayla dan teman-temannya. Ia pikir ada suatu hal yang amat penting sampai-sampai Carel menghentikan langkah Salman melewati tangga terakhir.

"Mau apa sih lo sama dia?" tanya Fadlan malas. "Lo baru kenal dan pertama kali ketemu sama dia tapi lo seakan-akan udah kayak kenal dia sejak lama," lanjutnya.

Carel diam sejenak sebelum menjawab, "Gue emang baru pertama kali ketemu dia, tapi gue udah kenal dia sejak lama. Apa lo lupa dia siapa? Semua siswa-siswi SMA Garuda juga tahu siapa dia, bahkan guru sekalipun. Dari kelas sepuluh dia udah tenar di SMA ini, bahkan lo, Satria, dan Salman kenal sama dia juga 'kan," jelas Carel panjang lebar.

"Gue tahu!" balas Fadlan cepat. "Yang gue bingungkan, lo mau ngapain sama dia? Kenapa lo terus gangguin dia?" Fadlan terus bertanya.

"Bagi gue kalau dia preman sekolah disini, maka gue pembuat onar. Jadi gue bakalan bikin onar sama dia, lo paham 'kan sekarang?"

DON'T WORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang