15. Hukuman

1.1K 97 88
                                    

Jangan lupa vote sama comment...

Happy Reading....

Kekerasan hanya membuat anak terluka dan tertekan. Jika mereka benar-benar salah, nasehatilah mereka, bukannya melakukan kekerasan.

💙Don't worry💙

~🐼🐼~

Dengan perlahan Nayla memasuki rumahnya setelah meletakkan motor besarnya di halaman rumah. Hal pertama yang ia rasakan adalah sunyi. Tiada satu pun anggota keluarga yang ia lihat.

Nayla pun tidak melihat keberadaan Bik Ayu, mungkin Bik Ayu sedang sibuk sekarang, atau Bik Ayu pulang ke kampung. Nayla dengan segera menaiki tangga untuk pergi ke kamarnya.

Saat sudah berada di depan kamar, Nayla masuk dan langsung mengunci pintunya. Ia meletakkan tas sekolahnya dan langsung merebahkan dirinya di kasur miliknya.

"Capek." Kata-kata itulah yang Nayla ucapkan. "Kapan semua ini akan berakhir?" tanyanya pada diri sendiri.

Nayla mengambil sebuah foto di meja samping tempat tidurnya. Keluarganya dulu sangatlah harmonis, tiada tatapan kebencian, tiada perbedaan. Hanya kasih sayang yang terpancar. Tetapi sekarang kenapa harus berbeda.

Hatinya begitu sakit saat mengingat dimana dirinya diperlakukan berbeda. Diperlakukan secara tidak adil, dan diiperlakukan layaknya bukan seperti anak kandung sendiri. Namun, dirinya diperlakukan seperti anak pungut! Kapan semua ini berakhir?

Nayla bangkit, ia meletakkan kembali foto keluarga ke tempatnya semula. Ia melihat ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 17.38. Sepertinya Nayla sudah cukup lama berada di rumah Galang, mengingat ia pulang sekolah pukul 14.50. Saat hendak menuju ke kamar mandi, pintu kamarnya diketuk.

"Sebentar." Nayla bergegas membukakan pintu. Wajahnya tiba-tiba pucat seketika, saat orang yang mengetuk pintu kamarnya adalah Aurel. Kalau sudah Aurel yang mengetuk pintu kamarnya, berarti ia dalam masalah besar.

"Mamah!"

"Sini kamu!" Aurel menarik pergelangan tangan Nayla dengan erat. Ia menyeretnya turun ke bawah.

"Mah, sakit Mah," rintih Nayla kesakitan.

Aurel tak menggubris. Ia tetap menyeret Nayla turun ke bawah dengan paksa. Wajahnya kini memerah menahan amarah yang siap diluapkan kepada anaknya ini.

Saat sampai di bawah, Aurel terus menyeret Nayla sampai ke sebuah ruangan, tepatnya ruangan yang ia datangi adalah, gudang.
Aurel menghempaskan tubuh Nayla hingga jatuh tersungkur. Nayla hanya meringis, ia tidak berani melawan Mamahnya. Karena ia tahu, melawan orang tua adalah dosa yang sangat besar.

"Mah. Nay salah apa lagi, sama Mamah?" tanya Nayla.

"Kamu masih nanya kesalahan kamu?!" Aurel balik bertanya.

"Karena Nay nggak ngerasa bersalah, Mah," kata Nayla.

Perkataan Nayla membuat Aurel semakin marah. Ia kemudian mengambil sesuatu di sisi kanan gudang. Nayla ketika tahu apa yang diambil oleh Aurel, mendadak sangat pucat.

"Sepertinya kamu memang harus dikasih hukuman atas kesalahan yang kamu lakukan. Saya nggak akan pernah ngasih kamu ampun, Nayla!" bentak Aurel. "Bersiaplah."

DON'T WORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang