Happy Reading....
Jangan lupa vote dan comment..
~🌼🌼~
Galang dengan hati-hati mengompres pipi Citra yang memerah akibat tamparan Nayla. Di dalam UKS tidak ada orang membuat Galang dan Citra hanya berduaan disana.
"Masih sakit?" tanya Galang.
"Udah nggak. 'Kan udah di kompres sama lo," jawab Citra tersenyum.
Galang mengangguk. "Maafin Nayla karena udah nampar lo ya? Gue sendiri nggak nyangka Nayla bakalan lakuin itu ke lo," ujar Galang sambil meletakkan wadah yang berisi air hangat untuk mengompres pipi Citra ke atas nakas.
"Nggak papa. Mungkin dia nggak suka gue deket sama lo sampai-sampai nampar gue kayak gini," tutur Citra.
"Udah selesai semuanya 'kan? Sekarang kita pergi ke kelas yuk, udah telat nih," ajak Galang lalu membantu Citra berdiri kemudian keduanya berjalan meninggalkan ruangan UKS.
Di tempat lain—tepatnya di rooftop Nayla dan Carel duduk di salah satu sofa tua yang berada di tengah-tengah roftoop. Walaupun sudah tua, sofa tersebut masih layak untuk dipakai.
Hanya mereka berdua yang berada di roftoop karena bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.
Suasana masih hening, tidak ada yang memulai pembicaraan. Nayla dan Carel sama-sama hanyut dengan pikirannya masing-masing.
Nayla berdiri dari tempat duduknya, tas yang ia sandang diletakkannya di atas sofa lalu berjalan menuju pembatas roftoop. Nayla melihat pemandangan dari atas, menghirup udara pagi yang segar.
"Bagus ya pemandangan dari sini," kata Carel yang sudah berada di samping kanan Nayla.
"Iya."
"Lo suka ketinggian?" Carel memandangi wajah Nayla dengan seksama.
"Suka."
"Kenapa?"
"Karena menurut gue dari ketinggian kita bisa melihat dengan jelas keadaan di bawah sana. Dan dari situ gue belajar, bahwa hidup memang tidak selalu berjalan mulus," jelas Nayla menatap lurus ke depan, seperti mengisyaratkan sesuatu di dalam kata-katanya.
"Lo punya masalah?" Carel bertanya serius. "Cerita ke gue."
Nayla menoleh, tersenyum kecil. "Kalaupun ada apa lo bisa bantu?" Nayla malah balik bertanya.
"Bisa," jawab Carel dengan pasti, tidak berpikir dua kali untuk menjawabnya.
"Aneh ya, Rel. Kita baru bertemu beberapa hari tetapi kenapa lo sangat peduli sama gue? Lo, kasihan sama gue kan Rel?" ujar Nayla kembali menatap keadaan di bawah roftoop.
"Baru beberapa hari? Apa dia lupa?" batin Carel.
"Apa perlu sebuah jawaban untuk peduli dengan seseorang? Gue rasa itu nggak perlu karena selama ada orang yang peduli terhadap lo, berarti orang tersebut sayang sama lo," jelas Carel ikut menatap keadaan di bawah roftoop.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T WORRY
Teen Fiction{Follow Sebelum Membaca} Nayla harus kehilangan segalanya hanya karena kesalahpahaman. Di mulai dari kepercayaan sang Ayah, kedua Abangnya, hingga kehilangan kasih sayang sang Ibu. Keluarganya terus membandingkan Nayla dengan kembarannya Neysha ya...