Happy Reading..
Jangan lupa vote dan comment sebanyaknyaaaa....
"Hidup itu mengajarkan, bahwa ada saat dimana seseorang merasakan hal serupa, seperti dia memperlakukan orang lain." — Nayla Felicya Raymon.
~😈😈~
Enjel merapikan piring-piring kotor saat semua anggota keluarganya telah selesai makan. Nayla ingin membantu tetapi ditolak mentah-mentah oleh Enjel. Enjel tidak ingin Nayla terlambat datang ke sekolah.
"Nay belum telat Kak," kata Nayla memelas.
"Nggak ada! Sana kamu pergi sekolah. Sekarang sudah pukul 6.00, nanti kamu terlambat Nayla," ujar Enjel melotot.
"Mas!" panggil Enjel kepada Tio. "Suruh Nay berangkat sekarang, daritadi dia ngekorin aku mulu," lanjut Enjel.
Tio mendekat kearah Enjel dan Nayla. "Ini uang jajan kamu Nay." Tio menyerahkan selembar uang 50.000.
"Kok banyak banget, Om?"
"Memangnya kamu nggak butuh buku atau keperluan sekolah lainnya? Bahkan Om rasa itu masih sedikit," jawab Tio tersenyum. "Ini." Tangan Tio mengambil tangan Nayla lalu meletakkan uangnya.
"Sana berangkat," titahnya.
Nayla mengangguk. Wajahnya cemberut saya melihat Enjel karena tidak diizinkan membantu. "Nay berangkat dulu Kak, Om." Nayla menyalami keduanya.
"hati-hati ya, jangan ngebut," nasehat Enjel dan Tio bersamaan.
Nayla berjalan keluar rumah. Saat di ruang makan Nayla bertemu dengan Chika yang tengah mengunyah roti.
"Chika! Kak Nay berangkat dulu ya," pamit Nayla yang diacungi jempol oleh Chika.
Nayla memasang sepatunya dan mengeluarkan motor dari perkarangan rumah. Tidak lupa sebelum itu memakai jaket dan celana bewarma hitam miliknya.
Dengan kecepatan sedang, Nayla menjalankan motor ninjanya meninggalkan perkarangan rumah.
~😈😈~
Sesampainya di sekolah, Nayla memakirkan motor ninjanya. Nayla melepaskan helm, jaket, dan celana hitamnya.
Setelah melipat jaket dan celana hitamnya dengan rapi, Nayla memasukkannya ke dalam jok motor.
Pandangannya menatap sekeliling tempat parkiran dan bertemu dengan Galang yang baru saja tiba dengan Citra yang membonceng di belakang.Nayla melangkah pergi—tidak memperdulikan pemandangan yang membuat hatinya terasa sakit.
"Nayla! Tunggu." Suara seseorang membuat langkah Nayla berhenti. Nayla berbalik, menatap Citra yang kini datang menghampiri dengan gayanya yang sombong, sedangkan Galang masih sibuk mengecek tasnya.
"Kenapa lagi?" tanya Nayla malas dengan tingkah Citra.
"Bagaimana? Apa lo belum nyerah juga? Harusnya lo tuh sadar diri, Galang lebih mentingin gue ketimbang lo. Bagi Galang lo itu cuman sampah yang bisa dibuang seenaknya," ucap Citra.
"Jadi lo manggil gue cuman mau bilang begitu. Gak penting banget," balas Nayla lalu berbalik ingin pergi.
"Kalau yang gue bahas tentang orangtua lo, apa masih nggak penting?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T WORRY
Teen Fiction{Follow Sebelum Membaca} Nayla harus kehilangan segalanya hanya karena kesalahpahaman. Di mulai dari kepercayaan sang Ayah, kedua Abangnya, hingga kehilangan kasih sayang sang Ibu. Keluarganya terus membandingkan Nayla dengan kembarannya Neysha ya...