Happy Reading...
Jangan lupa vote dan comment..
"Lo dan gue itu sangat berbeda. Lo yang suka mengancam dan gue yang tidak takut dengan ancaman," — Nayla Felicya Raymon.
~🐣🐣~
Pagi hari semua orang telah berkumpul di ruang makan. Hanya saja, kali ini kursi yang biasanya penuh sekarang malah tersisa satu yang tidak diduduki.
Keheningan menyelimuti keluarga Raymon saat ini dengan ekspresi yang berbeda-beda.
Ayu hanya melirik kursi kosong itu dengan tatapan sedih, biasanya Nayla lah yang mengisi kursi itu tetapi sekarang Nayla sudah tidak ada lagi di rumah ini.
Ayu menyemangati dirinya sendiri, setidaknya Nayla tidak perlu diperlakukan buruk lagi dan tidak perlu dihina serta dikucilkan. Besok-besoknya jika Ayu pergi ke pasar, ia akan pergi pagi sekali agar bisa mampir untuk menemui Nayla dan keluarganya terlebih dahulu.
"Bang Alan. Itu wajah Abang kenapa bengkak-bengkak gitu?" tanya Neysha memperhatikan wajah Alan dengan seksama.
Alan yang diperhatikan hanya bisa menatap datar, tidak menjawab apa-apa. Bahkan Alan terlihat tidak begitu peduli dengan pertanyaan sang adik.
"Alan. Kenapa diam? Itu adik kamu bertanya," tegur Aurel.
"Hanya menjawabnya sebentar tidak membuang waktu 'kan Alan?" timpal Aksel.
Kesalahpahaman antara Neysha dan Aksel sudah berakhir. Awalnya Neysha tetap tidak percaya dan mengatakan bahwa Aksel kini menaruh perhatian kepada Nayla hingga disaat Aksel menawarkan jika Neysha memaafkan dirinya maka Aksel akan membawa semuanya pergi jalan-jalan ke luar negeri.
Neysha yang mendengarnya saat itu langsung bersorak senang dan bertanya kapan mereka akan pergi. Aksel hanya membalas jika ujian telah selesai dan hasilnya keluar.
Alan menatap malas Neysha. "Gara-gara dipukul," ujarnya lalu pergi dan tidak mengatakan sepatah kata apapun lagi.
Neysha hanya diam, Alan sedari dulu memang bersikap begitu kepadanya. Padahal kemaren Alan ikut membela Neysha tetapi sekarang kenapa Alan berubah?
Di sisi lain, Nayla memakan makanannya dengan tenang menikmati setiap rasa yang ada. Enjel, wanita itu membuat Nayla sangat kagum padanya. Sekitar pukul 04.48 Enjel sudah bangun dan langsung menyetrika pakaian sekolah Nayla yang kusut akibat berada di dalam koper begitupun baju sekolah Cika.
Seharusnya Enjel tidak melakukan itu tetapi karena Nayla tidurnya tidak begitu cukup membuat Enjel melakukannya. Enjel takut Nayla akan mengantuk di kelas atau akan susah bangun.
"Nayla, Cika mau nambah?" tanya Enjel.
Nayla menggeleng begitu ditanya sedangkan Cika ikut menggeleng.
Selesai makan, Tio mengeluarkan dompetnya dan memberi Cika uang saku begitu pula Nayla.
"Ini uang jajan buat Cika, dan ini uang jajan buat Nayla," ujar Tio menyodorkan uang itu terlebih dahulu kepada Cika baru Nayla.
"Nggak usah, Om. Nay punya uang kok," tolak Nayla. Sudah cukup baik Nayla bisa tinggal dan makan di rumah ini, tetapi jika uang jajan sekolahnya juga ditanggung Nayla tidak akan mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T WORRY
Ficção Adolescente{Follow Sebelum Membaca} Nayla harus kehilangan segalanya hanya karena kesalahpahaman. Di mulai dari kepercayaan sang Ayah, kedua Abangnya, hingga kehilangan kasih sayang sang Ibu. Keluarganya terus membandingkan Nayla dengan kembarannya Neysha ya...