Happy Reading....
Jangan lupa vote, comment, dan follow...
"Jangan hanya karena kesalahpahaman kecil membuat persahabatan kalian berdua menjadi retak!" — Farhan Panji Sutarso.
~🦋🦋~
Nayla mempercepat langkahnya saat terdengar jelas suara kegaduhan di dalam Gudang. Tatapannya yang semula khawatir berubah menjadi marah saat melihat Farhan hanya menyaksikan di balik jendela gudang—tidak berniat membantu sedikit pun.
Suasana di sekitar sangat sepi, tidak ada satupun siswa maupun siswi yang melintas. Gudang memang bukanlah tempat yang baik untuk didatangi disaat bel istirahat berbunyi.
Tanpa sepatah katapun Nayla langsung membuka pintu gudang, tetapi pintu tersebut tidak terbuka. Nayla lupa bahwa Farhan telah menguncinya.
"Farhan! Buka pintunya!" ujar Nayla memerintah.
Farhan mengangkat bahu tidak peduli. Farhan masih terus memperhatikan Galang yang sudah babak belur begitupun Guntur. Nafas keduanya sama-sama memburu.
Merasa diacuhkan Nayla menghampiri Farhan. "Lo bilang sama gue buat nyelesain kesalahpahaman antara gue dengan Galang. Terus kenapa lo malah nggak biarin gue ngebuka pintu gudang?!" Nayla berteriak marah.
"Emangnya lo yakin bisa buat emosi Galang membaik?" Farhan balik bertanya sambil terus menyaksikan Galang dan Guntur yang berkelahi.
"Gue nggak yakin. Tapi setidaknya gue mencobanya 'kan? Gue nggak bisa biarin mereka bertengkar terus," jawab Nayla.
Farhan tidak membalas lagi. Tangannya perlahan merogoh sesuatu dari saku celana dan memberikannya kepada Nayla. Kunci pintu gudang. Wajah Farhan terlihat tidak peduli, ia sudah memperingatkannya bukan?
Nayla dengan tergesa-gesa membuka pintu tersebut dan berlari masuk. Tubuhnya dijadikan sebagai penengah antara Galang dan Guntur. Keduanya sama-sama terkejut melihat kedatangan Nayla—sejenak berhenti berkelahi dengan nafas masih tersengal.
"Cukup! Gue mohon sama kalian berdua jangan berkelahi lagi." Nayla berbicara tegas.
Galang tertawa meremehkan. "Terus biarin lo deket-deket sama cowok lain?! Peluk-pelukan sama cowok lain disaat lo sekarang berstatus pacar gue? Lucu banget lo," seloroh Galang. "Apalagi, lo pelukannya sama sahabat gue sendiri."
"Berita yang kesebar di grup sekolah itu bohong. Guntur cuman ingin nolong gue yang saat itu hampir ketabrak motor." Nayla mencoba menjelaskan.
"Dengar nggak lo?! Gue nggak bakalan nikung lo dari belakang," timpal Guntur. Napasnya kian memburu, tangannya masih terkepal kuat begitu pula Galang.
"Berapa kali gue harus bilang sama lo, dan sekarang Nayla udah ngejelasin semuanya, apa lo masih meragukan gue?" Guntur berusaha bersikap tenang, sedari tadi Guntur sudah mencoba menjelaskan namun Galang tidak mau mendengarkan dan malah memukulnya. Hingga Farhan datang dan menyeret dirinya dan Galang ke gudang.
"Dasar penghianat!" seru Galang marah. Matanya kini beralih menatap Nayla dengan tajam, kilat amarah terpancar disana. "Dan lo? Lo pasti bakalan ngedukung Guntur 'kan. Harusnya gue sadar dari awal, waktu itu di kantin lo ngomong ke gue bakalan nerima Guntur ketika nembak lo secara terang-terangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T WORRY
Roman pour Adolescents{Follow Sebelum Membaca} Nayla harus kehilangan segalanya hanya karena kesalahpahaman. Di mulai dari kepercayaan sang Ayah, kedua Abangnya, hingga kehilangan kasih sayang sang Ibu. Keluarganya terus membandingkan Nayla dengan kembarannya Neysha ya...