Happy Reading Wahai Kalian..
Jangan lupa buat follow, vote, dan comment yaa...
~🔥🔥~
Ringisan kecil terus keluar, Nayla dengan susah payah berjalan kearah pintu. Baru saja ingin mengetuk, pintu langsung terbuka dan terlihat jelas Enjel memandang Nayla dengan raut wajah marah.
"Kak," panggil Nayla pelan dan menunduk.
"Masuk," ketus Enjel dan Nayla menurut. Kembali berjalan susah payah dengan tangan kini memegang benda sekitarnya untuk menjadi penompang tubuh.
Enjel terus memperhatikan gerak-gerik Nayla. Ia melihat sesuatu yang aneh dari cara berjalan Nayla.
"Kamu kenapa?"
"Ini Nay tadi jatuh Kak, tapi nggak parah kok," jawab Nayla jujur.
Enjel melihat ke arah kaki Nayla. Ia menatap ngeri darah yang keluar. Harusnya Enjel memperhatikan jika celana Nayla sejak tadi digulung hingga mencapai lutut. Dengan sigap Enjel membantu Nayla untuk duduk kemudian bergegas ke dapur untuk membuatkan minum dan mengambil obat merah.
Tangan Enjel dengan hati-hati meneteskan obat merah ke lutut Nayla yang terluka. Enjel merasa ngeri melihatnya, bahkan ia juga ikut meringis saat obat itu menyentuh lutut Nayla yang terluka.
"Ada lagi nggak lukanya?" tanya Enjel.
"Telapak tangan Nay doang sih Kak. Cuman ini tuh nggak terlalu parah jadi Kakak nggak usah kasih obat," jelas Nayla.
"Sini liat." Enjel melihat telapak tangan Nayla.
"Nggak parah ndasmu!" celetuk Enjel. "Ini sampai berdarah Nay, gimana sih. Tuh liat darahnya juga lumayan banyak keluar," lanjutnya.
Nayla tertawa pelan-takut membangunkan Dimas, Tio, dan Cika. "Kakak dapat bahasa 'ndasmu' dari mana?"
"Kakak kan masih muda, jadi tau dong bahasa anak remaja sekarang," balas Enjel.
"Berarti Kakak nikah muda dong dulu," ujar Nayla bercanda.
"Enak aja kalau ngomong."
Saat sadar telah melupakan sesuatu, Enjel langsung menatap tajam dan penuh seledik kearah Nayla. "Kamu tadi pulang kenapa nggak langsung masuk dan malah lari kayak ngejar orang?" tanya Enjel sambil membereskan kotak obat.
Nayla diam tidak menjawab. Berarti tadi Enjel terbangun karena mendengar suara motornya atau Enjel memang menunggu Nayla, begitu isi pikiran Nayla saat ini.
"Kok diam?"
"Oke, nggak papa. Pertanyaan kali ini harus dijawab. Kamu kenapa pulangnya larut malam? Nggak kasih kabar lagi sama Kakak atau barangkali sama Papah atau om Tio gitu. Kamu itu cewek Nay, nggak baik pulangnya larut malam," jelas Enjel menasehati sedangkan Nayla menunduk.
Nayla mengakui bahwa dirinya memang salah tidak memberitahu siapapun. "Kalau gue kasih tau Kak Enjel, dibolehin nggak ya gue kerja? Tapi ntar kalau nggak dikasih tau masalahnya makin rumit," batin Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
DON'T WORRY
Roman pour Adolescents{Follow Sebelum Membaca} Nayla harus kehilangan segalanya hanya karena kesalahpahaman. Di mulai dari kepercayaan sang Ayah, kedua Abangnya, hingga kehilangan kasih sayang sang Ibu. Keluarganya terus membandingkan Nayla dengan kembarannya Neysha ya...