Aku duduk di samping ranjangnya yang cukup kecil. Gadis itu masih memejamkan matanya dengan wajah yang tertutup perban. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksinya nanti ketika terbangun. Yang jelas, aku tau kalau rasanya aku harus mempersiapkan mentalku untuk menerima reaksinya.
Ini sudah malam hari dan aku memutuskan untuk berjaga di Hospital Wing sekalian menjalankan tugasku sebagai prefect. Untungnya madam Pomfrey tidak keberatan ketika aku bilang padanya kalau aku ingin menemani Rosie disini.
Tentu saja aku memastikan dulu kalau semua sahabatnya itu sudah kembali ke Dorm Ravenclaw. Aku malas harus berada di tempat yang sama dengan mereka. Tujuanku kesini hanya untuk Rosie.
Ya, gadis itu kembali dengan kebodohannya.
Bagaimana bisa dia ceroboh dan membiarkan dirinya terjun bebas dari ketinggian ribuan kaki ?
Awalnya aku berencana ingin memarahinya ketika ia terbangun nanti, tapi aku sadar kalau itu sama sekali bukan ide bagus.
Aku tidak mau melihatnya malah menangis dan aku tidak mau kalau sampai akhirnya dia marah padaku lagi. Aku tau betul bagaimana sifat gadis itu dan sepertinya aku mulai terbiasa dengan semua sikapnya padaku.
Semoga saja dia bisa cepat sadar dan membuka kedua matanya. Karena hanya aku dan Tuhan 'lah yang tau bagaimana panik dan khawatirnya aku ketika melihat dia tiba-tiba saja terkena Quaffle dan jatuh dari sapu terbangnya.
Sebenarnya apa yang gadis itu fikirkan? mendaftar menjadi pemain Quidditch tanpa memberitahuku dulu? apa mungkin dia tidak berani memberitahuku karena dia tau aku pasti tidak akan mengizinkannya untuk mendaftar?
Aku menoleh kearah pintu dan melihat tidak ada tanda-tanda Pansy yang mencoba masuk kedalam sini. Sebelumnya aku sudah menyuruhnya untuk berpatroli seorang diri karena aku beralasan tidak enak badan. Dengan polosnya dia langsung mengangguk dan menuruti ucapanku. Padahal aku sama sekali baik-baik saja. Aku hanya membuat alasan itu supaya tidak perlu berpatroli bersama Pansy dan bisa menjaga Rosie disini.
Saat aku sibuk dengan pemikiranku, tiba-tiba saja tubuh gadis itu mulai bergerak. Aku terkejut dan langsung memajukan tubuhku kearahnya, bertanya dengan pelan, "Rose, kau sudah bangun?"
Rosie menggumam dengan alis mengerut. Aku khawatir kalau dia merasa sakit, aku pun segera mengusap wajahnya yang masih diselimuti perban. "Eunghh~" gadis itu mendesah sambil menggelengkan kepalanya---dia pasti bermimpi buruk.
"Rose~" bisikku berusaha membangunkannya. Rosie akhirnya membuka kedua matanya dengan pelan. Dia terlihat terkejut begitu melihatku.
"Dra--draco?" lirih gadis itu dengan suara serak.
"Kau tidak apa-apa 'kan? apa ada yang sakit?" tanyaku pelan. Gadis itu tidak menjawabnya dan malah menatap kesekeliling. Seolah tidak sadar dimana dia sekarang.
"Kenapa aku ada disini?" tanyanya sambil berusaha untuk duduk, namun tiba-tiba saja dia meringis dan kembali menjatuhkan tubuhnya keatas kasur.
"Kau baru saja terjun bebas dari ketinggian ribuan kaki, kalau kau lupa." ujarku padanya. Rosie kemudian seakan tersadar dengan kejadian apa yang baru saja dialaminya.
"A-aku----"
"Ya, dan jangan banyak bergerak. Lukamu masih belum sembuh." ujarku. Rosie kelihatan masih mengumpulkan nyawanya. Gadis itu bahkan belum sadar bagaimana kondisinya sekarang.
"Aku terjatuh karena aku melihatmu menontonku."
"Maksdumu?" tanyaku bingung.
"Ya, aku melihatmu duduk di kursi penonton ketika aku sedang latihan. Kau membuatku tidak fokus."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Bitter • [Draco Malfoy] ✔️
Fanfiction•finished• Ayla Rosie Lockhart adalah murid Ravenclaw yang cantik, pintar, ceria, dan terobsesi pada seseorang. Seseorang yang arogan dan ditakuti di Hogwarts. Draco Malfoy. Awalnya gadis itu hidup dengan bahagia dan selalu mendapatkan apapun yang d...