#27

142 10 0
                                    

"Aku seneng loh, bisa ketemu Kak Eva lagi", ucap gadis tujuh belas tahun itu saat mereka menyusuri area stand makanan. Sudah menjelang malam sekarang. Perut Eva memang sudah berdendang sejak sore tadi tapi ia tahan karena setumpuk foto yang harus diunggahnya dilaman tempatnya bekerja.

Mereka memesan makanan dan minuman. Duduk dikursi yang telah disediakan sambil menunggu makanan dihidangkan. Memainkan game online di ponselnya, membuat Eva bisa menahan gejolak demonstrasi diperutnya sedikit lebih lama.

"Permisi, Mba", ucap seorang perempuan dengan meletakkan dua mangkuk soto ayam beserta dua gelas es teh manis yang terlihat menggoda.

"Makasih, Mba", ujar Eva singkat. Meletakkan ponselnya, menyemprotkan cairan antiseptik beraroma jeruk nipis di kedua telapak tangannya, dan bersiap menyantap makanan yang harumnya sudah membuat laparnya tak tertahan.

"Pasti laper banget ya, Kak? Lahap banget", ujar gadis yang rambutnya dijepit itu.

"Ya, lo pikir aja. Ga mungkin gue ajak lo kesini kalo bukan ngajak makan karena laper. Lucu, lo", sahutnya santai.

Gadis belia itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Kak.."

"Hm"

"A-ada yang kangen sama Kak Eva-"

"Siapa?"

"Papa"

Eva melepas alat makan yang dipegangnya dengan kasar hingga menimbulkan bunyi.

"Bisa ga sih, gausah ngomongin orang itu dihadapan gue?", ucapnya kemudian

"M-maaf, kak. Aku ga maksud"

Eva kehilangan selera makannya. Padahal masih separuh porsi lagi. Tapi selera makannya sudah terlanjur hancur hanya karena ucapan gadis cantik dihadapannya itu. Sama halnya dengan Zara, ia juga kehilangan selera makannya. Merasa khawatir dan takut sekarang.

"Kak, mau kemana?", ucapnya saat Eva bangkit dan memasang lagi topinya.

"Kerja", balas perempuan berkacamata itu. Ada pekerjaan yang masih menunggu memang dan harus ia selesaikan.

"Dan lo, langsung balik", perintahnya sebelum benar-benar pergi.

Eva kembali menyusuri Istora, hendak menuju ruang kerjanya. Berjalan dengan langkah seribu dan mulut yang masih saja mengoceh dibalik maskernya.

"Gila kali? Setelah sekian tahun, baru bilang gitu. Selama ini kemana aj-"

"Va!"

Panggilan itu menghentikan aktivitas mulut Eva. Ia berhenti dan membalik badannya ke arah suara yang muncul. Seorang pria dengan setelan kaos dan celana latihannya. Menggendong tas panjang disisi tangannya.

"Apa?"

Pria itu menghampiri Eva yang tak bergerak dari tempatnya. Dengan mengulum senyum manis khas miliknya.

"Dari mana lo?"

"Abis makan. Kenapa?"

"Ya gapapa. Eh, lo belum balik?"

Eva menghela napas. Ia berbalik dan kembali meneruskan langkahnya ke tujuan awal.

"Ih, ditanya malah melengos"

Pria itu mengejar langkah Eva.

"Ya lo pikir aja. Kalo gue udah balik, siapa yang lagi lo ajak ngomong sekarang, hah?"

Pria itu tertawa kecil dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Eva tak menggubris, ia masih melanjutkan langkahnya.

"Ih, apaan sih", ujarnya saat pria itu menarik tangan Eva yang hendak memasang earphone ke telinganya.

W.U.N.D.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang