#39

200 13 0
                                    

"Lo resign?!", pekikan itu terlontar dari seseorang yang sedang pemanasan di sisi kiri Eva. Gadis itu hanya menunjukkan helaan napas sebagai respon.

"SERIUS?!", tambah yang lain sebab belum percaya atas kabar yang tersebar.

Lagi, Eva hanya merespon seperti biasa. Sekedar helaan napas ditambah mengendikkan bahunya secara bersamaan. Seperti tak pernah bergairah dengan apa yang menjadi pembahasan, apapun itu.

"Cepet banget deh Va?"

"Yoi Bang Ucok, ga perlu lama-lama", akhirnya ia melontarkan jawaban sambil terkekeh kecil. Macam bukanlah hal yang berat untuknya. Merasa gerah juga sebetulnya karena semua orang selalu menanyakan hal yang sama selama beberapa hari ini.

Perempuan itu.. Eva Dwikurnia. Kalian tahu? Dia begitu sering menyembunyikan banyak hal. Sosok ceria yang misterius. Tidak, tidak selalu ceria sebetulnya. Justru terkadang dingin. Orang-orang akan sering melihatnya dari beragam sisi.

"Terus yang gantiin siapa???", celetuk orang lain. Fajar Alfian.

"Ya mana gue tau", selorohnya singkat. Kemudian ia mengambil posisi di sisi lapangan, bersiap memotret para atlet yang sedang pemanasan dan latihan. Sudah masuk bulan Desember sekarang. Tinggal menghitung hari bagi Eva menyelesaikan tugasnya sebagai bagian dari tim humas PBSI.

Seperti yang pernah ia katakan pada orang yang akrab disapa Butet, mungkin setelah ini Eva akan sering membuka file-file randomnya selama bersama para aset negara ini. Sekedar di pinggir lapangan, bermain kartu di asrama hingga wajah penuh dengan coretan bedak, bercanda saat menuju arena pertandingan, keributan saat hendak melaksanakan sesi wawancara, atau serunya mereka menjelajahi kota hanya untuk mencari makan malam.

🏸🏸🏸


Eva bangun dari tidurnya, matahari pagi ini begitu menelisik kaca jendela. Hari sudah terang. Ia melihat kalender yang menempel di tembok kamarnya.

21 Desember 2018.

"Heuh", hembusan pelan dari napasnya kala menyadari waktunya makin sempit. Ia baru beberapa hari pulang dari tempatnya bertugas untuk terakhir kali sebelum resmi angkat kaki dari tim yang kini jadi tempatnya bernaung.

Duduk di atas ranjang, memperhatikan seisi kamar. Banyak barangnya yang berantakan. Belum dibereskan, padahal sudah mendekati habis waktu.

Diam. Eva hanya diam. Termenung beberapa waktu. Dia begitu menikmati diamnya, entah berapa lama hingga disadarkan dengan alarm yang biasa ia setel. Beranjak, menuju kamar mandi. Mengguyur tubuhnya, mungkin akan membuatnya lebih segar. Tak berbohong, tubuhnya lelah dan staminanya terkuras hebat. Ia baru menyadarinya.

"Oiii, naon???", sahutnya kala suara telah terhubung. Sebuah panggilan telpon masuk saat ia baru saja hendak memasukkan suapan pertama makanannya ke dalam mulut. Makanan instan yang ia simpan di dalam lemari pendingin, membuatnya tak perlu repot pergi ke kantin pelatnas hanya sekedar memenuhi perutnya.

"Lo di mana??"

"Di kamar. Kenapa?"

"Oh, masih di asrama??? Gue pikir lo udah engga di asrama, Sist"

"Nope, Kak. Mungkin lusa atau tiga hari lagi. Barang belom gue packing semua soalnya"

"Oh, oke. Eh, udah makan lo?"

"Ini lagi makan. Kenapa sih??"

"Ya gapapa, nanya aja gua haha. Oke, bye-bye orang jutekk!", ejek orang di ujung telpon membuat panggilan suara berakhir. Eva hanya menggeleng pelan dan tertawa kecil.

W.U.N.D.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang