#31

133 8 0
                                    

"Tentara kok ngaret", celetuk gadis berkacamata yang tengah duduk dengan segelas es jeruk perasnya saat seorang lelaki datang dengan setelan kaos dan celana panjang hitamnya.

Lelaki itu tak menjawab, ia justru memesan minuman untuk melepas dahaga.

"Ada apa?"

"Ya nanti dulu tah, Va. Baru nyampe loh saya"

Eva mengerlingkan matanya. Beralih membuka layar ponselnya dan menuju aplikasi media sosial miliknya.

"Setengah jam ya gue nunggu di sini, Yer", gerutu Eva.

Lelaki itu menghela napasnya.

"Siap, baik, saya memang terlambat. Saya minta maaf"

"Enak aja maaf doang"

"Ya, terus? Saya harus apa?", lelaki itu menautkan kedua alisnya. Menatap perempuan di hadapannya dengan dahi yang berkerut

Sedangkan Eva, tersenyum miring. Sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanda ia siap untuk melakukan sesuatu.

"Lo ikut gue"

"Loh, tapi minuman saya-"

"Iya udah, biarin aja. Nanti ke sini lagi, ih", potong Eva.

Lelaki itu masih termangu di posisi duduknya. Menatap heran sosok yang sudah berjalan sedikit menjauh dari posisi awalnya

"Buruan!!!", gumam Eva dengan mengentakkan kakinya. Lelaki itu akhirnya bangkit dari duduknya, mengikuti langkah perempuan di depannya. Entah akan dibawa ke mana dan diapakan dia.

"Sekarang, lo push-up di sini", ujar Eva dengan menunjuk tanah sebuah taman.

"Hah?", balas pria yang bersamanya. Wajah bingungnya terlihat jelas meski keadaan gelap dan hanya ditimpa cahaya lampu taman yang menggantung beberapa meter dari posisi mereka.

"Iya, push-up. Hukuman buat lo karena telat"

Tanpa banyak bicara, lelaki itu langsung bersiap dengan posisi yang diperintahkan.

"Berapa banyak?"

"Seratus"

Lelaki itu diam sejenak. Menatap Eva dan kembali menghela napasnya. Tak berbicara, langsung memulai sesi push-up nya.

"Satu", ucap Eva tanda mulai menghitung. Pierre mengikuti hitungannya. Eva justru dengan santainya duduk di kursi yang tak jauh dari tempat Pierre melakukan push-up nya. Bahkan Eva sempat-sempatnya menghitung sambil membuka aplikasi burung gendut miliknya, melihat isi timeline yang sedang ramai.

"Sembilan puluh enam", ucapnya setelah sekian lama menghitung.

"Sembilan puluh tujuh"

"Sembilan puluh tujuh"

"Sembilan puluh delapan, bukan tujuh", protes Pierre saat Eva mengucapkan dua bilangan yang sama secara berulang.

"Ih, bawel deh lo, terusin!"

Pierre hanya mendengus dan tetap meneruskan perintah gadis itu.

"Sembilan puluh delapan"

"Sembilan puluh satu"

Pierre berhenti melakukan gerakannya, bangkit dan menghampiri Eva

"Kok balik jadi sembilan puluh satu?! Kan tadi sudah sampai sembilan puluh sembilan seharusnya, Eva!", protes lelaki itu dengan napas terengah.

Eva menaikkan bibirnya.

"Terserah gue dong", balasnya.

"Loh, ndak bisa gitu. Enak saja. Curang namanya"

W.U.N.D.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang