#6

215 7 0
                                    

Setelah bergelut dengan Indonesia Masters 2018 dan India Open 2018, 20 putra putri pilihan bangsa kembali berjuang atas nama Merah-Putih. Kali ini,kembali ke tanah Jiran. Mereka harus mengikuti kualifikasi Thomas dan Uber Cup 2018 zona Asia di Alor Setar,Malaysia.

"Sebelum berangkat,mari kita berdoa. Berdoa menurut keyakinan masing-masing dimulai" ucap Cik Susi sebelum semua anggota tim keluar area pelatnas

"Berdoa selesai. Sekarang,silakan naik ke bus dan kita akan langsung ke bandara" lanjutnya. Semua mengikuti instruksi sang legenda.

"Mba,nanti disana kalo gue ada salah apa-apa tolong ditegor ya. Gue kan masih baru,perlu tegoran kalo salah" ujar Eva pada Mba Wid didalam bus

"Yaelah,santai aja kali. Lagian,tanpa lo bilang juga gue bakal tegor kalo emang lo salah"

Mereka kemudian mendiskusikan tentang turnamen ini. Eva harus mempelajari turnamen ini agar bisa menulis berita dengan tepat.

"Iya, dua tahun lalu tim putra kita juara" ucap Mba Wid

"Tim putri?" sahut Eva

"Quarterfinal" timpal Mba Wid. Eva mengangguk,ia sudah memahami materi liputannya kali ini. Dapat dia simpulkan,turnamen ini adalah turnamen yang cukup penting bagi Indonesia.

"Ga tau apa-apa soal bulutangkis,tapi jadi wartawan bulutangkis. Gimana sih?" celetuk salah satu atlet putra dikursi belakang mereka, Kevin.

Mba Wid dan beberapa atlet lain termasuk Kak Gel pun menoleh aneh kearahnya. Sedangkan Eva,hanya menarik napasnya untuk mengatur tempo emosinya. Baginya, Kevin tak tau bagaimana kisahnya dengan bulutangkis. Wajar bukan,jika Eva ketinggalan banyak informasi karena sudah belasan tahun tak berkecimpung dan mencampuri dunia tepok bulu.

"Yaelah,bercanda kali. Serem amat pada ngeliatin gue nya" ucap Kevin setelah mendapat tatapan tajam dari Mba Wid dan Kak Gel

"Gausah didengerin Va. Orangnya kadang-kadang" celetuk Mba Wid.

Sesampainya dibandara,mereka melakukan beberapa pemeriksaan sebelum terbang. Bagi Eva,ini adalah penerbangan ketiganya ke luar negeri. Malaysia Masters,India Open,dan kali ini Badminton Asia Team Championship. Dia masih selalu didampingi Mba Wid atau Mba Naf dalam setiap tugas.

Perjalanan ke Malaysia tak memakan banyak waktu,hanya sekitar dua jam perjalanan udara. Mereka masih harus melalui perjalanan darat menggunakan bus selama beberapa menit dari Bandara Sultan Abdul Halim menuju hotel tempat mereka menginap.

"Koper gue dimana ya?" gumam Eva ketika mereka sudah tiba dihotel

"Va,udah belom?cepetan dong. Ngantri nih" ujar yang lain dibelakangnya

"Eh,sorry,duluan aja deh" ucap Eva mempersilakan mereka duluan mengambil koper masing-masing. Ia memperhatikan bagasi bus itu dengan serius. Sama sekali tak menemukan koper berwarna cokelat miliknya.

"Va,kenapa sih? Buruan ambil koper lo. Biar cepet istirahat" ujar Mba Wid

"Gimana mau ngambil koper,kalo kopernya aja ga ada Mba" sahut Eva kebingungan.

"Koper gue ilang,Mba. Gatau kemana,kayaknya tadi udah gue masukin kok. Abis motretin mereka,gue langsung masukin koper ke bagasi. Naronya juga paling akhir,harusnya ada dipaling pinggir sini. Tapi kok ga ada ya?" jelasnya

"Serius udah ditaro? Coba diinget-inget lagi. Takutnya emang belom lo masukin. Jangan jangan ketinggalan di bandara"

"Ih,serius Mba. Ya Allah,gimana dong kalo beneran ilang? Laptop dan satu kamera gue ada disana Mba. Aduh,gimana nih gue? Cicilannya belom lunas lagi" tutur Eva semakin panik dan duduk diatas trotoar dengan putus asa. Dia menangkupkan telapak tangannya untuk menutupi wajahnya yang mulai basah dengan air mata.

"Eh,Va. Yah,jangan nangis. Cari dulu,barangkali dibawain sama yang lain" ucap Mba Wid mencoba menenangkan Eva

"Mba Eva,kenapa?" tanya Apriani menghampiri mereka

"Ini,Pri. Kopernya Eva ga ada. Lo liat ga?" ucap Mba Wid

"Koper lo yang kayak gimana Mba?"

"Warna coklat,gedenya ampir sama kayak ounya Mba Wid" kini Eva menyahut

"Oh,koper coklat? Tadi dibawa sama Kevin. Dia lari-lari sambil cengengesan bawa dua koper. Yang satu koper dia,yang satu lagi koper warna coklat" tutur Apri

Mata Eva dan Mba Wid seketika membulat. Eva segera bangkit dari duduknya,lari mencari jejak Kevin.

"Gila itu bocah. Gue udah panik,dia malah bawa kabur koper gue seenaknya" gerutu Eva

"Jar!" panggil Eva ketika melihat sosok Fajar didepan sana

"Liat Kevin ga?" lanjutnya dengan terengah-engah

"Udah masuk kamar dul.."

"Kamarnya dimana?" potong Eva

"Tar dulu ngapa sih? Ada apaan emang?panik amat lo"

"Iihh,koper gue dibawa sama dia. Udah deh,cepetan,kamar dia dimana?"

"Tuh orangnya" tunjuk Fajar ke belakang Eva. Spontan Eva langsung menengok dan mengejar Kevin yang tengah berjalan dengan santai membawa sebuah koper berwarna coklat. Bisa dipastikan,itu milik Eva

"Kevin!" pekiknya

"Apaan sih? Malu maluin aja dinegara orang. Jerit-jerit" yang punya nama justru mengoceh

"Elo tuh yang malu-maluin. Ngapain sih koper gue dibawa-bawa?astaga,Vin. Gue tuh udah panik tadi. Ga kebayang kalo itu koper beneran ilang"

"Yaelah,cuma dibawa doang aja panik lagian masih untung gue bantuin bawa itu koper. Mana koper gede banget,kebanting sama yang punya" ledeknya

Eva menarik napasnya dalam sebagai caranya menahan kesal,"udah,mana koper gue. Lo tuh ya,kerjaannya ada ada aja."

"Haha,gapapa,biar lo belajar kayak Mba Wid" sahut Kevin dan menyerahkan koper coklat itu kemudian pergi dengan tawa tak bersalah. Eva memicingkan matanya,meneliti apa yang salah dari sosok tadi.

"Eh,thanks ya Jar" ucap Eva kemudian berjalan ke arah kamarnya

"Gila,manusia itu kurang kerjaan banget. Segitu ga butnya apa ya? Atlet nomor satu dunia kelakuannya begitu? Kayak bocah banget astagfirullah" gumam Eva saat menyusuri lorong hotel menuju kamarnya dengan menggeret kopernya yang sempat hilang tadi.

"Eh,Va. Gimana? Ada?" ucap Mba Wid menyamai langkahnya

"Ya lo pikir,barang segede gaban yang lagi gue geret ini apaan Mba?" sahutnya

"Ya sorry,kan gue basa basi. Kenapa sih?" tambah Mba Wid lagi saat mereka berhenti didepan kamar

"Udah deh,buka dulu pintunya. Capek nih gue. Kan kuncinya ada di lo"

"Oh,iya. Lupa. Ayo" ujar Mba Wid

"Gila ya Mba,si Kevin itu manusia apa bukan sih? Mba,lo betah ya kerja ada dia? Astaga,sumpah gue aja eneg ngeliatnya. Gabut banget segala mau ngumpetin koper gue" oceh Eva yang tak habis pikir dengan tingkah jahil Kevin

"Ya,Va. Kevin mah emang gitu,usil. Sabar aja sama dia. Ini baru permulaan. Istilahnya,baru lapisan pembuka. Lo harus siap sama tantangan alias kejailan dia kedepannya.Bukan cuma Kevin,atlet yang lain juga gitu. Cuma emang ya dia ibarat biang keroknya"

"Astagfirullah" ujar Eva.

Entah,bagaimana Eva harus menghadapi manusia manusia unik bin aneh ini kedepannya. Bahkan Eva berpikir mungkin tak akan sanggup meladeni tingkah mereka. Mau tak mau,dia harus bertahan hingga kontraknya selesai. Tahun depan.

W.U.N.D.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang