"Kehidupan dipenuhi kebohongan memang menyenangkan tapi, juga lebih menyakitkan dibanding kesenangan itu sendiri."
~
Bab Tujuh
"Benar, lebih baik berbohong dari pada jujur yang berakibat kekacauan."
. . . . . .
Deruman motor serta teriakan yang tentu saja terdengar jelas sampai ke dalam sekolah mampu membuat Violet berhenti melangkah. Ia mengernyit, umpatan dan makian terlontar begitu saja yang bagi Violet itu sangat menjijikan.
Pelan-pelan Violet berjalan ke arah gerbang, ada lubang kecil di sana yang bisa dimanfaatkan Violet untuk mengintip apa yang terjadi di luar. Jikalau ia Spongebob si busa berwarna kuning yang hidup di bawah air, sudah dipastikan matanya akan keluar hingga dapat masuk ke lubang kecil saking kagetnya.
Apakah di luar sana sedang mengadakan tawuran? Jujur saja dalam 17 tahun Violet hidup, mana pernah melihat ada yang bertengkar menggunakan cerulit, kayu, rantai, apa-apaan itu, sangat mengerikan. Mungkin hari ini bukan hari keberuntungan dirinya, jadi semesta sedang jahil sampai dengan sengaja memperlihatkan bagaimana tawuran itu sebenarnya.
Violet mengutuk, bukan kepada siapa-siapa, melainkan dirinya sendiri. Ia pulang telat karena harus membantu bu Chiki memindahkan nilai dari kelas Ipa 1 sampai Ipa 6, bisa kalian bayangkan sendiri banyaknya seperti apa dan perlu membutuhkan waktu lama.
Ah, ya, ia melupakan jika harus mampir sebentar ke foto copy di seberang sana yang tak jauh dari sekolah tapi, jika keadaannya seperti ini bagaimana ia harus lewat? Seketika Violet melihat ada jalan kecil yang mungkin saja bisa ia lewati, sayangnya ketika ia hendak mengambil langkah, di antara kerumunan orang itu berujar yang mampu membuat Violet berhenti.
"Kalo mau ngejatuhin gak usah pake ngefitnah orang, kesannya lo pada pengecut." Suara itu ... sontak saja Violet membekap mulut. Dia Edgar, Violet yakin itu Edgar. Bisa-bisanya pria itu ikut-ikutan hal yang tidak berguna.
"Banyak bacot lo, bilang aja gak mau tanggung jawab. Guys, serang!"
Ketika pertempuran telah dimulai, kontan Violet mundur sedikit. Dadanya bedebar, ia tidak harus melakukan apa. Kembali mengintip, suasana sudah kacau balau. Ada yang terbaring dengan darah bercucuran, ada ada yang sedang memukul brutal sang lawan, ada yang mengacungkan benda tajam. Tapi, di mana Edgar?
Violet terus berpikir akan sesuatu agar mereka semua berhenti berkelahi. Jarinya menjentrik, ada satu metode yang sering kali film-film atau drama-drama supaya orang yang tengah adu jotos langsung berhenti karena takut.
Bunyi sirine terdengar, Violet melihat dari celah kecil bahwa mereka tengah berpencar mencari tempat aman. Terutama anak Whildhest. Kebetulan satpam baru datang, dan selanjutnya mereka semua dibawa ke dalam untuk mempertanggung jawabkan kelakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [COMPLETED]
Teen FictionTerlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlih...