Bab Dua Belas
"Cinta itu ... membingungkan."
. . . . . .
"Edgar..."
Violet membenamkan wajahnya di dada Edgar yang bidang, melingkarkan tangan di pinggang berisi lelaki itu, menumpahkan tangis keras-keras, persetan yang namanya permusuhan, Violet hanya ingin menemukan tempat untuk menyembunyikan luka saja.
Dengan gugup Edgar membalas pelukan Violet, menepuknya pelan memberi ketenangan untuk gadis itu, bergumam kecil agar Violet merasa nyaman. Entahlah ia pun tidak tahu apa yang sedang ia lakukan sekarang, namun yang pasti dirinya sudah gila saat ini. Tapi, melihat Violet yang seperti ini pun kasihan juga, Edgar tidak mau membuat anak orang semakin menangis karena bentakannya.
"Violet lo--"
"Edgar please, diem dulu..." sela Violet dengan tangis yang kian kencang. Sontak saja Edgar kelabakan, ia tidak tahu caranya membuat orang berhenti menangis. Terutama seorang gadis, Edgar tidak memiliki pengalaman.
"Ayah..."
. . . . . .
Klek
Seusai membuka tutup botol cairan isotonik dan menenggaknya rakus, Violet mengatur napasnya yang memburu. Matanya bengkak, itu sangat tidak enak jika dilihat, menyimpannya memakai tenaga seolah Violet sedang melampiaskan emosi.
Sementara Edgar hanya menontonnya dalam diam, ia tidak mau bertanya lebih. Tapi, saat Violet mengucapkan ayah tadi justru membuatnya kepikiran. Apa gadis itu kabur dari rumah dengan berpakaian yang begitu berlebihan?
Edgar tidak bisa berbohong, malam ini Violet nampak cantik. Malah lebih dari kata cantik, karena itu pula netranya terus mencuri pandang ke arah Violet.
"Abis ngelonte?" tanya Edgar tidak berperasaan.
"Heh!" Violet mengangkal. "Jaga omongan!"
"Omongan gak ada penjaganya Violet, emang elo ke mana-mana dijaga bodyguard."
"Berisik!"
Hening, keduanya lebih menikmati angin malam yang membelai lembut kulit mereka yang tereskpos. Di saat-saat seperti inilah tubuh menjadi rileks, di luar dengan udara segar juga dingin yang tak terlalu menusuk tulang.
Violet memainkan gelang yang tersemat di pergelangan kirinya, memikirkan segala macam kemungkinan yang ditakuti Violet. Hal itu pula mengundang Violet yang mulai merinding. Violet sempat mengalami agoraphobia, namun sekarang ia sudah sembuh. Hampir sepenuhnya sembuh, meski terkadang sering kambuh.
"Gue lari dari pesta," ucap Violet tiba-tiba, lalu Edgar menoleh padanya dengan alis tertaut bingung.
"Pesta? Lo lagi cosplay jadi Cinderella terus lari dari acara biar dikejar Pangeran?" Memang bukan Edgar namanya jika tidak mengatakan bukan hal yang macam-macam. Lelaki itu sungguh tidak tepat waktunya bercanda.
Tapi Violet menghiraukan, dia tersenyum tipis seraya menunduk. "Ayah ngomong macem-macem tentang gue, diceritain ke temennya di depan gue. Jelas gue gak terima, terus gue milih kabur dari sana dengan berdalih izin ke toilet." Napasnya terdengar berat, Edgar bisa merasakan itu. "Ayah bilang gue orang yang pemales, gak berguna, gak bisa apa-apa, gak bisa diandelin, gak bisa--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [COMPLETED]
Novela JuvenilTerlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlih...