Bab Dua Puluh Lima
. . . . . .
"Jangan bohong sama Ayah, Violet!" bentak ayah di hadapan Violet yang terkejut akan nada tinggi ayah.
Violet menggeleng cepat dengan raut memelas. "Vio gak bohong Ayah, buat apa Vio bohong coba? Kan, Ayah sendiri yang ngajarin Vio buat selalu jujur," dalih Violet agar ayah percaya.
"Terus kenapa semalem telpon Ayah sama bodyguard kamu gak kamu angkat-angkat?" Ayah masih menintrogasi Violet yang hilang semalaman tanpa kabar.
"Hape Vio dicharger dalam keadaan mati, Ayah. Terus Vio langsung tidur pas pulang dari kafe sama Blaire."
Arik beralih menatap Blaire yang berdiri di samping Violet. "Kamu Blaire, kenapa kamu gak bilang sama Om?"
Blaire yang semula diam tersentak sebab, pertanyaan tiba-tiba yang diajukan ayah Violet untuknya. "Maaf, Om, aku juga lupa, emang, sih, waktu malem kita capek banget abis belajar jadi gak buka-buka handphone," jawab Blaire sesuai rencana.
Jika telah mendengar pengakuan dari Blaire barulah Arik percaya, pria tersebut melirik Violet yang menatapnya harap dimaafkan.
"Ayah ke dapur dulu, kamu ke atas, mandi terus siap-siap sekolah, kita sarapan bareng sama Blaire." Seusai mengatakan itu Arik melenggang dari peredaran Violet.
Akhirnya Violet bisa bernapas lega, lantas Violet menghadap Blaire. Meraih tangan Blaire dan menggenggamnya penuh dengan kelopak memejam. Senyumnya Blaire balas, seraya menepuk punggung tangan Violet yang menyisakan keringat dingin.
"Udah gak usah dipikirin lagi, udah beres," ucap Blaire memeluk singkat Violet yang dipenuhi kekhawatiran.
"Makasih yah, Blaire, kalo gak ada lo gue gak tau harus apa. Makasih banyak, makasiiiihhhh banget, nanti gue traktir deh!"
Blaire mengacungkan jari telunjuk tepat di depan Violet. "Asal lo ceritain apa yang udah terjadi sampe gue harus bohong kalo lo nginep di rumah gue semalem."
Violet mengangguk setuju. "Iya gue janji, sekarang mau mandi dulu takut telat."
Violet melenggang ke lantai atas diikuti Blaire di belakangnya. Perihal tadi memang Violet meminta bantuan Blaire. Setelah menginap di Vila yang berada di Puncak Violet langsung meluncur ke rumah Blaire sembari meminta pertolongan untuk membantunya berbicara dengan Arik, tentunya disertai kebohongan. Blaire bingung, dalam perjalanan terus mengoceh meminta penjelasan namun, Violet tak berhenti menjawab "nanti saja".
Berakhir seperti ini yang membuat Blaire dipenuhi benyak pertanyaan tanpa sebuah jawaban, Violet seolah sengaja mengulur waktu hanya demi paparan alasan.
Sebelum pergi keluar jalur Jakarta memang Blaire merasa ada yang janggal ketika Nasfi tiba-tiba menarik Violet paksa dengan wajah lebam, maka dari itu Blaire terus melakukan sambungan telpon yang tidak terbalas. Tapi, kejadian itu tidak menjadikan Blaire untuk memberitahu ayah Violet.
"Cepet mandinya, kalo telat salahin lo yah, Vio," ucap Blaire kala Violet baru menginjakkan kaki di lantai kamar mandi.
. . . . . .
Jika hari sebelumnya akan ada pertengkaran di tengah keramaian kantin, kini justru terjadi sebaliknya yang mana setiap orang dilanda keheranan serta terkejut. Tidak terkecuali Blaire, ia masih membuka lebar mulutnya sebab, tidak menyangka akan Violet dan Edgar yang nampaknya seru pada perbincangan mereka yang menghadirkan tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsTerlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlih...