Bab Sebelas
"Dia datang tanpa diduga."
~ Princessa Violet ~
. . . . . .
Tidak ada di benak Violet jika keduanya akan bertemu di waktu yang sesuai, berbulan-bulan lamanya semesta memberi kesempatan untuk mereka bertemu. Sulit memang sekedar saling menyapa langsung sebab, semenjak bunda meninggal nenek tidak lagi berkunjung ke rumah. Terlebih pada ayah yang begitu ketat menjaga Violet, sehingga gadis itu makin susah bersilaturahmi dengan nenek.
Tak henti-hentinya Violet menyunggingkan senyum, seraya bergumam kecil ia memeluk nenek dari samping. Setelah pindah tempat ke restoran yang tak jauh dari TPU, Violet semakin lengket kepada nenek seolah ia tidak mengizinkan nenek pergi lagi. Violet butuh nenek, wanita yang sama persis seperti bunda.
"Semalem Vio mimpi, Nek!" Antusias Violet membuat nenek ikut tersenyum.
"Mimpi apa?"
"Kepatok uler, katanya kalo mimpi gitu membawa sebuah keberuntungan. Nah, sekarang ini aku lagi beruntung, Nek, bisa ketemu Nenek, seneng banget!"
Nenek tertawa kecil dibuatnya, surai lebat selegam kegelapan malam itu Nenek usap penuh kasih sayang. Ia tahu nasib cucunya ini di bawah tangan Arik, sungguh memyedihkan. Namun, ia pun tidak bisa berbuat lebih, ayah Violet yang sangat berkuasa membuatnya hanya bisa diam seribu bahasa.
"Bukan gitu, keberuntungan mendapat rezeki, Sayang."
"Rezeki? Ya sama dong! Ketemu Nenek aja menurut aku itu sebuah rezeki yang berlimpah-limpah," ucap Violet.
"Kamu ini bisa aja. Abisin dulu makanannya nanti dingin gak enak buat dimakan," titah Nenek yang diangguki Violet.
Violet mulai melahap spaghetti carbonara yang dipesannya, seperti teringat sesuatu ia mendongak kembali memandang nenek dengan binar mata yang terang. "Nek, boleh gak aku nginep di rumah Nenek?"
Sempat tersentak sebab, keinginan Violet yang begitu tidak mungkin diizinkan Arik, Nenek membawa Violet untuk tidurkan kepalanya di bahu Nenek. "Lain kali yah Sayang, jangan sekarang."
"Emang kenapa?" tanya Violet menuntut jawaban. "Pasti gak dibolehin sama Ayah." Suaranya merendah.
"Di rumah juga lagi ada masalah Sayang, Nenek gak bisa bawa kamu kalo cuma liatin hal yang gak berguna. Kalo kamu mau nginep, Nenek bakalan persiapain semuanya sampe kamu betah," tutur Nenek dengan air mata yang ia tahan mati-matian.
"Aku tau masalahnya ada sama Ayah, sampe kapan pun Vio akan terkurung di rumah itu."
. . . . . .
Violet menengadahkan wajahnya menatap langit yang kini sepi, minim akan kehadiran bintang. Rembulan yang senantiasa menemani Violet kala malam, sekarang seakan menyembunyikan wujudnya untuk menghindari Violet yang penuh permasalahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [COMPLETED]
Fiksi RemajaTerlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlih...