Grow Up [Sembilan Belas]

44 10 0
                                    

Bab Sembilan Belas

"Kenangan itu membekas, memberi luka dalam yang sulit terlupa, hingga aku sadar tempat di mana seharusnya aku perpijak. Jauh dari kamu."

. . . . . .

Satu hal yang membuat Violet merengut kesal, Nasfi datang tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. Cowok itu sama sekali tidak mengabari jika akan menjemput Violet di rumah Edgar. Hatinya merasa bersalah pada Ibu yang awalnya menyuruh Edgar saja yang mengantar.

"Lo tau rumah temen gue?" tanya Violet pada Nasfi yang masih mengenakan almamater kampus dengan kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.

"Ya taulah, Vi, jaman sekarang apa, sih, yang gak tau."

"Terus kenapa lo tau kalo gue gak ada di rumah?" Violet bertanya lagi.

"Tadi gue ke rumah lo, terus kata om Arik lo belum balik, yaudah gue cari lo aja." Nasfi meraih lengan Violet yang menganggur. "Kita ke perpustakaan kota dulu yah, kata om Arik lo harus belajar dulu biar pinter."

Violet perlahan melepaskan genggaman Nasfi pada lengannya, ia agak risih. Rasa itu hanya singgah sesaat, kini Violet menganggap Nasfi sebagai teman saja. Tidak lebih. Tanpa melibatkan perasaan.

"Tapi gue capek, pengen langsung pulang," kata Violet menolak ucapan Nasfi.

"Ini perintah dari ayah lo, kalo gak gue laksanain amanat beliau nanti yang ada gue berdosa," tutur Nasfi mencoba merayu Violet agar ikut bersamanya ke tempat tujuan.

"Sejak kapan lo peduli tentang jam belajar gue? Gue capek, Fi, gue pengen langsung istirahat. Bodoh amat kalo kena marah ayah nanti, yang penting gue pengen tidur!"

Bukannya mendengarkan Nasfi justru memegang rambut Violet yang basah, ia mengerutkan kening. "Lo mandi di rumah orang?"

Violet mengalihkan pandangan. "Bukan urusan lo."

"Kalo om Arik tau gimana?" pungkas Nasfi terdengar khawatir.

"Ya biarin itu jadi urusan gue, lo gak berhak ikut campur." Sekuat tenaga Violet menahan decakan yang ingin sekali keluar, matanya memerah, sungguh emosi yang tidak meledak lebih sakit dibanding sebuah pengkhianatan.

"Vi, kok lo jadi sensian gini?" papar Nasfi mengungkap kebenaran.

Violet menghela kecil agar tak disadari Nasfi. "Udah gue bilang gue lagi capek." Tangannya memijit singkat pelipis yang terasa nyut-nyutan.

"Emang capek bisa bikin sikap orang berubah? Dari lembut jadi sensian?"

"Nasfi, gue capek. Kalo lo niat buat jemput gue ayo langsung balik, jangan ngundur waktu," ujar Violet tidak tahan.

"Gue gak ngundur gue cuma nanya." Nasfi justru membuat Violet semakin memanas.

"Pertanyaan lo bikin gue gak mood." Violet bersedekap, pandangannya mengitari sekitar pekarangan rumah Edgar. Lebih baik begitu dari pada menatap Nasfi yang melihat Violet penuh harap.

Edgar tiba di tengah pertengkaran kecil mereka, seraya menjinjing tas Violet yang lupa tak gadis itu bawa. "Nih tas lo ketinggalan," ucap Edgar menyerahkan.

"Tau," desis Violet mengambil cepat barang miliknya dari tangan Edgar.

"Sama dia?" tanya Edgar menunjuk Nasfi yang kembali mengenakan kacamata hitam, bergaya sok anak sultan di depan Edgar.

Grow Up [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang