Bab Dua Puluh Satu
"Tidak perlu menyakiti diri sendiri untuk melampiaskan emosi. Jangan berpikir ingin mati dengan cara membunuh diri. Ingat masih banyak hal seru yang belum kamu lakukan sebelum benar-benar pergi meninggalkan bumi."
. . . . . .
Sekarang sedang masa musim hujan, setiap ke mana-mana diharuskan membawa payung untuk berjaga-jaga jika di tengah perjalanan hujan mengguyur. Sama seperti yang Violet rasakan saat ini, ia terjebak hujan sehingga harus menunggu reda di depan toko buku.
Sebab, hanya memakai black shirt dipadu celana kulot kotak-kotak berakhir Violet kedinginan, ditambah gemercik air yang mengenai sepatu dan bawah celananya. Violet seakan sedang mandi es. Tak hentinya Violet menggesekkan tangan supaya hangat itu menjalar meski dalam waktu satu detik saja.
Hampir Violet tersiram air yang disebabkan oleh pengendara motor melewati genangan air jalanan, dewi fortuna masih mengasihaninya.
"Woy! Ngapa lo di situ?" Tidak usah berpikir keras untuk mengetahui siapa yang bertanya, tentu saja Edgar. Pria yang selalu ada di mana pun Violet berpijak. Entah ini sebuah kebetulan atau kesengajaan.
Violet mengabaikan, telapaknya masih mengusap otot tangan agar menghindari dingin walau itu sebuah perbuatan yang sia-sia.
"Heh gue nanya ke elo, Sableng! Jawab napa!" Edgar yang sekujur tubuh basah karena tidak memakai jas hujan masih setia menunggu jawaban.
"Lo pikir aja sendiri gue lagi ngapain!" balas Violet sewot.
"Gue cuma nanya anjir, ngegas mulu kalo ngomong!" Edgar tak kalah sewotnya.
Bukannya melanjutkan perjalanan Edgar justru menghampiri Violet yang berdiri sendirian. Jaraknya berjauhan, karena Edgar peka bila ia diam di samping Violet maka gadis itu akan marah-marah.
Violet melirik dengan sinis. "Mau apa lo?"
"Gak baik cewek cantik sendirian di sini, mana hujan lagi, yaudah gue temenin aja," jawab Edgar seadanya.
"Gak perlu!"
"Harus dong, kalo lo kenapa-kenapa gimana? Nanti gue gak bisa liat muka cantik lo lagi deh," goda Edgar membuat Violet risih.
"Bacot!" Sontak Violet menutup mulut kaget saat mengeluarkan kata yang tak seharusnya ia utarakan. Kepala Violet melihat ke sekeliling, tidak ada orang mencurigakan seperti biasanya, lagi pula sekarang sedang hujan, mana bisa orang suruhan ayah untuk menguntit Violet mendengarnya.
Violet memukul kepalanya sendiri, Edgar yang melihat itu terbahak keras.
"Lebay lo, ngomong gitu aja pake nyesel. Lagian gue gak kesinggung, tenang aja, apalagi ngomongnya orang cantik kek elo, beuh imut bangetttt!"
"Berisik!"
Edgar berniat ingin berdempetan dengan Violet namun, sebelum itu terjadi Violet sudah melotot lebih dulu.
"Jangan deket-deket!"
"Mending ikut gue." Violet sama sekali belum menanggapi ucapan Edgar tapi, lelaki itu sudah menarik Violet menerobos hujan. Kini Violet pun ikutan basah kuyup, beruntung rambutnya ia ikat.
Violet menampik lengan Edgar yang mencekalnya, lantas menatap garang.
"LO GILA YA!??" teriak Violet, sayangnya suaranya hampir teredam oleh suara hujan.
"Gak kok, ikut aja yuk."
"Gak mau!"
"Wajib mau dong, cepet eh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up [COMPLETED]
Fiksi RemajaTerlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlih...