Bagian 24

8.4K 798 21
                                    

Ada yang rindu? maaf baru bisa update sekarang. inspirasinya baru datang soalnya wk. aku siapin dua bab. publish satu part dulu kalau responnya banyak aku update lagi malam ini. oke, hehehe... 

selamat baca semoga suka.

Balikpapan, 20 Januari 2021

Rabu, 20: 58 wita. 

***

Diana menyendokkan cotonya ke arahh Aldi yang sedang menikmati makanannya. Aldi menengok dan melihat sendok berisi lontong dan kuah coto, ia melirik Diana yang mengangguk seraya tersenyum harap. Matanya seolah berbicara ''Cobain.''. dengan penuh ragu Aldi memakannya dan apa yang dibilangnya tadi.

''Hm, Uhuk...Uhuk.'' Aldi merasakan lidahnya mati rasa karena sambal bersampur pedas. Diana tertawa sembari membantunya mengambil minuman Aldi. Aldi memegang gelas yang masih di pegang Diana dan menyedot es jeruk dengan kuat.

''Diana! Gila ni anak. Sakit perutmu.'' Aldi mengambil mangkuk Diana dan menyingkirkannya.

''Heh, punyaku.'' Kata Diana tak terima.

''Kecut Din pedas pula.'' Kata Aldi kesal ia bahkan menyuruh pelayan disitu untuk membawa mangkuk bekas Diana.

''Tolong gantikan yang baru ya.'' Kata Aldi sopan. ''Ketumpahan sambal tadi.'' Lanjutnya. Pelayan itu mengangguk dan membawanya untuk diganti.

''Al.'' Diana berdecak kesal namun Aldi tidak menghiraukannya.

***

Setelah makan coto mereka segera ke melawai untuk membelikan Eja sate ayam. Karena para orang tua ini sudah kenyang maka Aldi dan Diana hanya menunggu Eja makan.

''Ke lapmer yuk, lapangan merdeka situ.''

''Capek.'' Keluh Diana.

''Baru jam delapan.'' Kata Aldi sambil melihat jam tangannya.

''Mau ngapain disana?''

''Beli kincir mainan yang terbang di langit itu nah, warna warni xixi.'' Jawab Aldi.

''Udah tua juga.''

''Buat Eja kok.'' Kilah Aldi. ''Kan Eja.'' Ujar Aldi mencari pembelaan. Eja mengiyakan sambil bermain kesana kemari.

''Alasan Eja.'' Diana tertawa dan Aldi tersipu malu.

***

Siapa bilang Keffan menyerah, sekarang ia berada di dalam kosan Diana sedang keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya yang basah. Keffan masuk ke kamar Diana dan memakai kaosnya yang masih tertinggal disini. Keffan tertawa pelan saat berfikir gimana reaksi Diana saat melihatnya disini.

Keffan melihat jari manisnya yang terpasang cincin, cincin itu adalah miliknya ketika menikah dengan Diana. Dianapun pasti masih menyimpannya, kalau di tanya kapan mereka menikah itu sudah lama dan sah.

Sayup- sayup suara mereka terdengar, Keffan segera menutup pintu lemari dan berbaring di kasur. Ia memakai selimut dan memeluk guling dan bantal.

Disisi lain Diana memasukan kuncinya namun tidak bisa terputar dengan pelan ia menarik handle pintu dan terbuka. Diana mengerutkan keningnya aneh ia kemudian membukanya lebar dan melihat di balik pintunya. ''Kunci.'' Gumam Diana. Diana menyuruh Aldi masuk sambil membawa Eja yang sudah tidur di gendongannya.

''Taro aja di situ dulu, nanti aku angkat masuk ke kamar.'' Kata Diana. Diana menuju kamarnya dan terbuka. Diana langsung masuk dan meletakan tasnya ia tak sadar dikasurnya ada Keffan.

Clek

Diana mengunci pintunya dan menghidupkan lampu, ia merenggangkan badanya sambil membuka pintu lemari. Diana melepas baju kerjanya dan celana hingga menyisakan dalaman bewarna merah.

''Panas.'' Gumam Diana tak lama ia berbalik untuk mencari remot Ac, Keffan dengan santai terlentang seraya tersenyum ia menjadikan kedua tangannya sebagai bantal.

''Hai.'' Sapa Keffan. Diana seketika terbelalak ia ingin berteriak namun Keffan membiarkannya tetapi wanita itu menahan amarahnya dan segera mencari handuknya. Keffan membuka selimutnya dan memperlihatkan handuk Diana yang terpasang di pinggangnya. Diana langsung mendekati Keffan dan menarik handuk lelaki itu.

''Apa,mau?'' bisik Keffan. Tangan Keffan langsung menarik Diana dan mendudukannya diatas. ''Stttss, teriak aja paling tetangga berdatangan dan hakimi kita untuk nikah.'' Kata Keffan.

''Kamu ngapain disini, kok tiba- tiba ada disini sih.'' Diana berusaha melepas tangan Keffan dari pinggangnya. Tonjolan keras itu pas menyentuh miliknya.

''Ya disini, ini rumahku dan kamu istriku.'' Jawab Keffan enteng.

''Sejak kapan kamu jadi suamiku, ada suami sembunyikan istrinya lalu di buang ketika hamil anaknya.'' Singgung Diana.

''Kamu mau mereka kenal kamu? Oke.''

''Gak gitu Keffan, gak semudah ini kamu kemballi.''

''Kamu mau apa? Mau aku setres, nangis histeris, gila dan jatuh. Gitu?'' tanya Keffan serius. ''Sekarang aku tanya, kamu mampu gak jadikan Eja jadi laki- laki yang sukses hingga dewasa nanti? Mampu gak berikan dia pendidikan yang memadai? Enggak kan? Oke kalau kamu gak butuh biaya, tapi psikis dan kondisi jiwa Eja gimana? Kamu mau Eja kerja jadi OB, kuli, pegawai, kasir atau jualan di pinggir jalan? Mau? Apasih Din? Sampai kapan mau gini terus? Menghindari aku tapi hatimu masih mencintaiku.''

Diana terdiam ia menghapus air matanya karena perkataan Keffan.

''Kalau gitu bawa aja Eja dan biarkan aku pergi.''

''Kamu tau aku Syco kan? Kamu mau aku kurung hm? Kamu tau aku kan? Aku posesif. Aku emang ego tapi tolong kasih aku satu kesempatan untuk perbaiki semuanya. Kita pelan- pelan jalani kesempatan ini Din.''

Diana menangis pelan ia menarik nafasnya sesenggukan. ''Aku butuh waktu Fan, aku butuh waktu, tolong. Kamu kira gak sakit dibuang pas sayang- sayangnya pas cinta- cintanya, aku tulus Fan mencintaimu dulu, aku rela dibawa kemana aja asalkan sama kamu tapi kenapa kamu buang aku saat hamil Eja. Aku cewa sekali, benar- benar kecewa. Aku sakit Fan...'' jujur Diana. Keffan merapikan rambut Diana yang terurai.

''Aku takut saat itu, pikiranku pendek. Aku tidak bermaksud seperti itu... aku hanya mengancammu dan tidak menginginkanmu pergi. Aku tidak sepenuhnya berniat membuang anak itu. Di hari kamu pergi aku merasa sepi merasa kehilangan tak lama kepergianmu istriku diberitahukan selingkuh dengan video yang tersebar. Kupikir memilih yang kedua adalah pilihan yang tepat. Maafin aku, kita mulai dari awal ya.''

Diana menghembuskan nafasnya ia kemudian bangun dari badan Keffan dan menuju lemarinya. Keffan ikut bangun ia duduk di pinggir kasur, kalau ia pria hyper sex mungkin sudah bercinta tapi ini Keffan menahannya.

Menurut Keffan tidak semua masalah di selesaikan dengan bercinta justru akan membuat perempuan semakin sakit dan merasa rendah.

''Pakai baju sudah, aku bisa pulang kalau gak diterima disini.'' Kata Keffan pelan. Diana menutup wajahnya dan menangis tak lama ia mendekati Keffan dan memukulnya menjambak rambut lelaki itu. Diana meluapkan kekesalannya yang ia pendam selama lima tahun.

''Aku besarkan Eja sendiri, hidup susah dan harus bersembunyi dari keluarga istrimu dan keluargamu! Aku tidak ada artinya karena menjadi yang kedua, aku merasa diriku ini pelakor. Aku selalu menyalahkan diriku! Kamu seenaknya kembali! Aku membenci dirimu tapi kenapa Allah kasih kedekatan lagi kenapa kamu gak mati beneran aja hah! Biar kamu gak ganggu hidupku.'' Kata Diana pelan. Keffan hanya melerai tangan Diana. Lelaki itu merasa kesakitan tapi gak ada daya. Diana menjauh ia meraih sesuatu di meja rias. 

Diana: The Ex-wife mitressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang