Bagian 19

9.9K 876 31
                                    

Hai, semoga suka selamat baca.

Balikpapan, 04 Januari 2021
Senin, 11:45 wita

***

Diana hanya diam sambil menatap makanan. Keffan menemani Eja yang sedang berbaring istirahat. Lelaki itu bersikeras tidak ingin pulang atau pergi dari rumah ini, alasannya karena Eja tidak mau ditinggal. Sekarang lelaki itu berbaring sambil menemani Eja.

''Aku sudah bisa ditinggal begitupun dengan Eja. Kamu bisa pergi dari sini. Terima kasih sudah panggilkan dokter kesini untuk dia.'' Kata Diana seraya mendekati mereka.

''Kenapa ngomong begitu? Apa aku salah disini?''

''Salah, pergi sana.'' Kata Diana tak suka.

''Apaan Sih Dey, anak lagi sakit kamu ajak ribut.'' Keffan bangun ia membawa Diana kekamar. Diana melepas pegangan Eja dan melipatnya ke dada.

''Bukan anakmu! Enak aja datang- datang ngaku anakmu! Tanggung jawab aja enggak, biayain Eja aja enggak, emang kamu bayar uang lahiran aku hah? Enggak kan! Emang kamu mau punya Eja? Enggak kan. Kenapa kamu datang- datang malah mau sama Eja, segampangnya dekat sama Eja. Ingat ya Fan, kamu gak biayain anak kamu sepeserpun! Jangan mengaku Papah di depan Eja atau kamu menyesal seumur hidup! Sana pergi! Aku gak mau liat kamu lagi. baikmu terlambat! Aku gak mau nanti di labrak istri dan kedua orang tua kalian. Aku gak mau di cap pelakor dan perusak rumah tangga!'' Diana mendorong Keffan dan memilih keluar dari kamar. Keffan menahan pundak Diana dan mendudukannya di kasur.

''aku menyesal Dey, Aku menyesal makanya buat berita kematian agar bisa sama kamu. Aku tinggalkan semua dan bangun yang baru demi kamu dan Eja.'' Bujuk Keffan. Diana tersenyum sumbang matanya berkaca- kaca.

''Kenapa? Kenapa bisa buat berita kematian! Gak etis Keffan kamu buat gitu. Bangkai yang tersimpan gak selamanya bertahan! Kalau istrimu tau kamu masih hidup gimana! Gak ada otak sama sekali. liat sana istrimu di Bali. Kalau kamu memang benar- benar mau sama aku dan Eja harusnya kamu bercerai dan akhiri semuanya baik- baik bukan begini.'' Kata Diana sambil menunjuk. Keffan menghembuskan nafasnya sabar.

''Kamu bisa gak sih nurut sama aku kaya dulu hah! Ikutin semua kemauanku, please Im Begging you.'' Keffan menatap mata Diana memelas sambil memegang tangan Diana. Diana melerai pegangan Keffan dan menghapus air matanya.

''Aku mau berduaan sama Eja, aku gak mau sama kamu! Jangan buat penderitaanku bertambah. Kalau pekerjaanku di sini karena kamu aku akan berenti dan pergi. Aku tidak suka di kasihani, lima tahun aku hidup tanpamu tapi masih bisa kok makan.''

''Apa hatimu mencintai lelaki itu, Aldi.'' Tanya Keffan. Diana tertawa pelan sambil mengelap sisa- sisa air matanya.

''Jangan buat masalah baru. Dia laki- laki yang baik, dia sahabatku yang membantuku selama ini. Eja mendapatkan sosok Bapak dari dirinya bukan kamu. Memang aku sayang sama dia tapi dia lebih mencintai pacarnya. Jangan buat perspektif ngasal yang akhirnya menjatuhkan dirimu sendiri.'' Kata Diana.

''Jadi, apa gunanya aku kesini kalau kamu tidak menerimaku hm? Baiklah, kalau kamu mau aku pergi. Aku yang salah membuat pilihan itu tapi aku tidak menyangka kalau kamu pilih anak daripada aku.''

''Iyalah aku pilih anak! Eja bisa menjadi milikku seutuhnya sedangkan kamu?'' Diana memilih pergi dari situ dan mendekati Eja. Keffan terdiam ia tidak bisa berkata apa- apa.

***

Malam ini Keffan berpamitan untuk pulang ke rumahnya. Eja sedang tidur dan hanya Diana yang terjaga.

''Kalau Eja tanya aku gimana?''

''Bilang aja kamu sedang kerja! Toh dia gak tau kamu Bapaknya.'' Jawab Diana. Perasaan Keffan terasa sakit oleh kata- kata Diana.

''Baiklah, aku pergi.

Keffan berbalik tak rasa matanya memerah ia segera menuju mobilnya dan menjalankannya ke jalan raya.saat sampai di jalan besar ia menepikan mobilnya dan menangislah dia.

''Haaaaaakkksss.'' Keffan memukul setir mobil berkali- kali ia membanting kepalanya ke stir mobil. ''Keffan bodoh! Goblok! Goblok! Andaikan aku gak kasih pilihan itu! Haasshhh!.'' Bentaknya ke diri sendiri. ''Aku menyesal....Aku menyesal!'' rengeknya.

Disisi lain Diana menangis di balik pintu ia melipat kedua kakinya dan memeluknya sambil menangis.

''Takdir apa ini.'' Diana menatap anaknya yang tertidur di depan tv, ia merangkak mendekati anaknya dan berbaring disamping Eja. Aroma kepala Keffan membekas di bantalnya.

***

Keffan pulang kerumahnya disana ada kak Louis yang sedang membaca email di Ipad, berduduk santai di ruang tengah diatas sofa buludru bewarna biru dongker. Ia menengok ke sang adik yang nampak frustasi, ditangannya terdapat minuman keras yang bekas diminumnya. Keffan meletakan minumannya di meja dan terduduk tatapannya kosong dengan mata sembab.

''Hei kamu kenapa, mana kopermu. Ada apa.'' Tanya ka Louis panik ia meletakan tabnya dan menatap sang adik.

''Apa salahku ya kak, aku rela meninggalkan semuanya supaya bisa sama Diana tapi kenapa wanita itu menolakku.'' Tanya Keffan tak lama ia menangis seperti anak kecil. Kak Louis mendekat dan memeluk adiknya.

''Perempuan itu sifatnya tergantung dari laki- laki. Sebagaimana ia diperlakukan maka itulah hasilnya. Gak semudah ini menaklukan Diana, kamu tau kan wanita kalau sudah tersakiti melewati ambang batas pasti sudah mati rasa. Diana itu mati rasa sama laki- laki, dia sudah gak mikirin cinta tapi mikirin anak. Namanya seorang ibu apalagi single parent kaya Diana pikirannya berbeda. Kalau kamu mau sama dia harus punya usaha lebih.'' Kata kak Louis. Sang kaka mengusap belakang adiknya.

''Katanya aku salah, aku kabur dari istriku. Harusnya aku ceraikan dia supaya Diana gak di katain perebut suami orang.''

''Iya memang benar. Bayangin kalau mereka tau kamu masih hidup dan masuk berita terus sama Diana dan Eja. Pasti Dianalah yang disalahkan, dibully dan di katai aneh- aneh bukan istrimu. Istrimu ngerasa kalau suaminya selingkuh dan punya anak dari wanita lain, gitu.''

''Aku gak mungkin kan bongkar aib istriku sendiri kak, kamu taulah alasannya kenapa, selama ini aku cuma diam. Aku bingung kak. Ya ampun.'' Keffan melepaskan pelukan kakaknya dan mengusap wajahnya frustasi.

''Istrimu selingkuh kan, main sama laki- laki lain dan punya anak dari dirinya. Sedangkan kamu sibuk kerja untuk bahagiakan istrimu, kamu rela bayar mereka yang punya video syur istrimu dan laki- laki itu agar tidak terbongkar dan menjadi keadaan baik- baik saja. Kamu setres karena Diana hamil dan melampiaskan ke Diana untuk mengugurkan anak itu. Ujung- ujungnya kamu menyesal saat Diana tiada dan membuat berita kalau kamu sudah mati untuk membuat hidup yang baru.'' Jelas kakaknya. Keffan mengangguk mengiyakan.

''Iya karena dulu aku mencintainya, istriku. Tapi aku gak tau kalau cintaku di balas seperti itu. Banyak orang- orang yang ingin menyebarkan video itu namun aku menahannya, menemui mereka satu- satu dan memberikan mereka uang sebagai tutup mulut.'' Jelas Keffan.

''Emang kamu sudah nonton videonya?''

Keffan mengangguk ia mengambil hpnya dikantong dan membuka G-Drivenya, disana ia menyimpan video itu. Keffan memberikan hpnya ke kakaknya.

''Hm. Liat aja sendiri! Siapa yang gak sakit melihatnya.''

Louis mengambil hp Keffan dan menonton video itu. Lelaki itu menggeleng pelan melihat istri Keffan berlengguh manja dengan lelaki itu.

''Jadi apa rencanamu? Jangan buat wanita ini menang. Akui dirimu kalau masih hidup dan ceraiakn dia setelah itu jelaskan secara gamblang masalahnya apa. Demi Diana dan EJa.'' Louis meletakan hp Keffan di meja dan menepuk bahu adiknya. ''Aku akan membantumu.'' Kak Louis berdiri dan mengambil ipadnya di meja ia kemudian melangkah pergi untuk tidur dikamar.

Keffan terdiam matanya menatap layar hp yang masih menyala, ia mengambil hp itu dan membantingnya ke lantai. 

Diana: The Ex-wife mitressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang