Bagian 3

18.9K 1.4K 53
                                    

Yang nunggu kisah Diana selamat baca ya. Semoga suka, maaf baru bisa update lagi. Jangan lupa responnya.

Thank you.

Balikpapan: 07 November 2020
Sabtu, 16:21 wita

***

Reza dan teman- temannya pergi menuju hutan, mereka hendak mencari buah- buahan disana. Bocah itu berjalan paling belakang sambil melihat- lihat pepohonan yang lebat. Ia berniat untuk mencari buah yang banyak untuk Diana, uminya. Tak jauh dari mereka ada petani karet yang sedang bekerja.

''Julak.'' Tegur Reza saat berpapasan.

''Iya, Eh mau kemana?'' tanya Julak Iwah sambil berdiri, ia mengenakan topi.

''Handak kemana? Eja, nanti Pian di cariin Umi.'' Tanya Julak lagi . Eja tersenyum dan terus berjalan

''Kada Julak, Stumatlah Julak.'' Jawabnya. Handak adalah mau dan Pian adalah kamu dalam Bahasa banjar. Kada artinya enggak atau tidak sedangkan stumatlah artinya tunggu ya atau tunggu lah. Biasa orang Kalimantan teruma Kaltim memiliki tiga Bahasa campuran Jawa, Banjar, Bugis dan lainnya tapi yang mendominan tiga bahasa tersebut.

Eja sampai di tengah hutan yang dipimpin temannya kemarin, hutan itu cukup rindang, tanahnya lembab dan daun- daun menghitam serta serpihan ranting yang tak sengaja jatuh. Mata Eja berbinar saat melihat Rambai yang bergelantungan dan bewarna cokelat. Dengan semangat ia mengambil kayu yang Panjang lalu menyenggetnya, ia ingat betul buah ini kesukaan Umi karena rasanya manis asam. Satu persatu buah itu jatuh dan Eja memungutnya di kaus yang ia singkap di perut. Samar- samar mereka mendengar suara alat berat, biasa para pekerja yang menangani proyek jalan toll. Karena Eja terlalu fokus dengan buah di perutnya ia hampir ketinggalan jauh oleh segerombolan teman- temannya tadi, Eja kemudian berlari dan berseru.

''Hei, Tunggu.'' Pekiknya tak lama teman- temannya hilang di balik semak- semak, Eja terdiam ia celingak celinguk mengingat jalan pulang. "Haaah, gimana... Eja takut.'' Lirihnya sambil berjalan berlawan arah. Lelaki berusia 6 tahun itu terus berjalan seraya membaca ayat- ayat suci. ''Umi Eja taku.'' Kata Eja ia duduk di bawah pohon perutnya terasa lapar ia membuka membuka singkapan berisi rambai dan tersenyum lebar. ''Rambai.'' Katanya sambil membuka kulit rambai dan memakannya, wajahnya berkerut karena asam. Ia berharap teman- temannya segera kembali dan menemukannya.

***

''Sudahkah? Buah- buahannya. Cukup nih. Ayo balik, udah mau senja.'' Ucap teman Eja yang membawa mereka.

''Sudah nih, ayo bulik.'' Seru yang lain. Mereka awalnya biasa saja sampai akhirnya teringat teman yang satu lagi yaitu Eja.

''Eja kada ada. Dimana weh.'' Serunya panik. Mereka langsung menyusuri jalan pulang yang tadi hingga keluar dari hutan, disana ada Diana yang khawatir dengan anaknya ekspresinya bahkan hampir menangis.

''Itu mereka.'' Seru Julak Iwah. Diana mendekati mereka matanya melihat mereka yang tertunduk takut.

''Dimana Eja.'' Tanya Diana.

''Eja ilang tante ta--- tadi di belakang kita kok.'' Jawabnya. Diana langsung langsung menangis, hari mulai maghrib ia segera masuk kehutan namun julak menahannya.

''Ini sudah malam Ana, dihutan gelap nanti ada binatang buas keliaran.'' Tahan Julak. Diana menggeleng ia menghapus air matanya sungguh hatinya teremas takut sekarang.

''Gak bisa Julak, dia anak saya. Apapun saya harus menemukannya. Awas ya Eja Umi kasih pelajaran kamu.'' Kata Diana. Diana takut anak semata wayangnya tiada hanya dia pemberian dari orang yang dicintainya.

''Eja anak pinter kok pasti dia gak macem-macem, Diana duduk dulu ayo.'' Bujuk Julak. Warga setempat khususnya laki- laki menyalakan obor dan berniat habis maghrib mencari Eja.

''Tuhan, lindungi anakku cukup aku kehilangan dia tapi jangan Eja.'' Pinta Diana dalam hati.

***

Mesin alat berat berhenti para karyawan sudah berhenti dan beristirahat. Lelaki tampan dan gagah berdiri ia bernafas lega karena pekerjaan hari ini sangat cepat dibandingkan yang lalu. Lelaki itu melepas helm kerja dan berbalik untuk kembali ke mess bersama karyawan lain, namun sekelebat ia mendengar suara tangisan anak- anak. Lelaki itu melihat jam tangannya dan masih jam setengah enam karyawan lain sudah berjalan duluan hingga menyisakan dirinya. Lelaki itu mendekati hutan dan masuk kedalamnya, pendengarannya ia tajamkan hingga suara anak itu terdengar.

''Umi...Umi.'' Panggilnya. Lelaki itu masuk semakin cepat dan melihat di balik pohon.

''astaga, are you oke.'' Kata lelaki itu sambil berjongkok, ia melihat anak lelaki belasteran, tampangnya lusuh, pipinya merah dan basah karena air mata belum lagi karena tanah. Satu tangannya memegang ujung kaus singlet dan didalamnya ada buah rambai.

''Hei, ayo kita kembali.'' Bujuk lelaki itu sambil menggendongnya, kulitnya bentol- bentol merah divurigai ia digigit nyamuk dan betisnya seperti bekas gigitan hewan mungkin semut hitam. Eja menangis menerima gandongan lelaki ber kemeja biru itu dan Eja langsung menyandarkan kepalanya di lekukan lehernya.

''Kamu gak ingat jalan pulang hm?''

Eja menggeleng.

''Eja ketinggalan sama temen tadi.'' Jawab Eja. Lelaki itu mengusap kepalanya dan melihat jalan- jalan setapak yang dilalui para pekebun buah hutan. Setelah melewatinya sampailah mereka dan banyak warga yang menunggu anak ini.

''Eja...Eja.'' Panggil Diana saat melihat ia berada di gendongan pria asing. Eja langsung menengok dan berdiri ia berlari dan mendekati anaknya.

''Umi bilang jangan main dihutan hah! Jangan! Kamu gak tau kan seberapa bahaya! Kamu mau buat Umi mati.'' Kata Diana sambil memukul pantat anaknya. Lelaki itu dengan sigap melindungi Eja dan menahan tangan Diana.

''Diana.'' Panggilnya. Diana membeku ia melihat lelaki itu dan...

Degh.

Perasaan iini....

Diana: The Ex-wife mitressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang