Part 11

405 67 20
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING ❤️

______

Pagi hari Jennie sudah bermandikan keringat karena harus mengejar bus yang akan mengantarkannya ke kampus. Jisoo tadi menawarkan untuk menjemputnya lebih dahulu karena arah dari rumah Jisoo menuju kampus itu melewati apartemen Jennie. Namun Jennie menolaknya karena belum siap, iya dia kesiangan karena mimpinya semalam yang membuatnya sulit untuk kembali menutup mata.

Jennie menunggu bus selanjutnya karena bus yang tadi tidak terkejar. Dan menurut jadwal yang tertulis busnya akan sampai 5 menit lagi. Jennie membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai ke kampus nya, sedangkan kelas akan dimulai 15 menit lagi. Silahkan kalian hitung berapa lama Jennie akan memakan waktu untuk sampai, dan berapa lama Jennie ketinggalan kelas.

Tepat waktu, bus itu kini sudah ada dihadapannya dan Jennie langsung bergegas masuk. Mencari tempat duduk, namun ia tidak mendapatkannya. Alhasil dia berdiri disamping seorang laki-laki paruh baya.

Seharusnya kalau kau ikut dengan appamu, hidup mu tidak akan sesulit ini Jennie. Ucap batinnya. Jennie cepat-cepat membuang pikiran itu. Bagaimana bisa ia ikut dengan sang ayah, jelas-jelas yang tersakiti adalah ibunya. Dan yang menghianati adalah ayahnya.

20 menit berjalan, akhirnya ia sampai di kampus dan langsung berlari mencari ruangan yang kini dipakai untuk kelasnya.

"Kau dari mana saja, kenapa sangat lama?" Ucap Jisoo setengah berbisik yang melihat Jennie kini duduk disampingnya dengan nafas yang tidak teratur.

"Aku telat bangun" ucap Jennie dengan memamerkan gummy smile nya.

Dihadapannya ada seorang dosen yang menjelaskan tentang pembuatan seni tekstil untuk bahan pakaian. Jennie memperhatikannya dengan cermat begitupula Jisoo. Keduanya adalah mahasiswa terbaik di jurusan design untuk angkatannya. Mereka selalu memperebutkan nilai, namun tak pernah sekalipun bertengkar. Mereka bersaing dengan hebat, jelas saja karena sejak Sekolah dasar mereka selalu ada di posisi ini.

Lebih parahnya saat masa sekolah mereka harus berjuang memperebutkan nilai degan Seulgi juga. Untung saja sekarang mereka ada di kampus dan jurusan yang berbeda, jika masih sama mungkin rasanya bosan hanya memiliki lingkup teman yang itu itu saja.

Sebenarnya walaupun Jennie sudah kuliah dan lumayan dikenal banyak mahasiswa di kampusnya, ia tetap tidak punya banyak teman. Dia terlalu pandai menutup diri, hingga membuat orang sungkan untuk berteman.

"Ayo ke kantin, Suho sudah menungguku, dia sudah menempati meja kosong untuk kita makan" ucap Jisoo saat dosen sudah meninggalkan ruangan.

"Ah, Sooya kalau aku hanya menjadi celah diantara kalian. Biarkan aku makan siang sendiri untuk kali ini" ucap Jennie, sebenarnya ia tidak masalah jika harus makan bersama Suho dan Jisoo. Tapi rasanya ia seperti mengganggu waktu Jisoo.

"Kau merasa terganggu ya? Baiklah aku akan bilang ke Suho untuk makan lain kali saja. Ayo cepat makan, kalau telat kau akan sakit Jen" ucap Jisoo

Jennie menggeleng "bukan begitu, aku hanya takut mengganggu waktu kalian" ucap Jennie, namun tidak diindahkan oleh Jisoo karena ia sudah menyeret tangan Jennie. Keduanya memasuki kantin kampus dan berjalan melewati meja yang sudah Suho tempati, tapi lelaki itu tidak menahannya. Sepertinya Jisoo sudah bicara melalui pesan.

Dan Jisoo benar-benar membuktikan omongannya, kini mereka hanya makan siang berdua dan diselingi candaan seperti biasa. Apakah ada teman yang lebih baik dari Jisoo? Sepertinya ada, tapi bagi Jennie, Jisoo adalah yang terbaik.

.
.
.
.

"Kau akan kemana sekarang? Biar ku antar" ucap Jisoo

Kuliah hari ini selesai lebih cepat, membuat waktu mereka tersisa banyak untuk hari ini.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang