Bab 33

504 54 33
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

_______

Kalimat tentang, jangan terlalu bahagia karena nanti akan menangis itu benar adanya. Dan itu sedang terjadi pada Jennie, setelah bersuka riang di perjalanan menuju tempat abu tadi, kini ia lebih banyak diam. Terutama setelah permintaan maaf Lisa dihadapan ayah dan ibunya. 

Selama perjalanan pulang menuju rumah, tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Bahkan Lisa memilih memejamkan matanya dikursi belakang, gadis itu tidak berniat melancarkan perilaku konyolnya seperti biasa.

Jessica menoleh kearah Jennie yang sedang memperhatikan jalanan melalui kaca, ia merasa ada yang tidak beres dengan anaknya itu. Tapi ia sadar tidak akan bisa bertanya pada Jennie di dalam keadaan mobil yang berjalan, ia takut terjadi sesuatu.

Tak butuh waktu lama mereka tiba dirumah, Lisa langsung terbangun dan masuk ke kamarnya setelah izin dengan Jessica. Sedangkan Jennie, dia mendatangi ruangan yang tersedia sajian-sajian untuk peringatan sang ayah. Ia memasuki ruangan itu dan menyalakan kedua lilin yang tersedia di pinggiran foto Soo Hyun dan Yeji.

Jennie duduk menghadap kearah foto itu dengan posisi seperti akan melakukan sujud, ia menatap kedua foto itu nanar. Jennie kembali mengingat permintaan maaf Lisa pada ibunya, itu membuat hati Jennie memanas.

"Appa, Yeji eomma. Maaf karena tidak bisa menerima Lisa sedari awal"

"Appa maaf karena aku telah membencinu dan menolak semua takdir yang terjadi. Aku terlalu curang karena tidak bisa menerima kenyataan dengan baik, aku lemah" ucap Jennie dalam tangisnya.

"Seharusnya aku saja yang pergi dari sini, seharusnya aku saja yang mati"

"Kenapa kau bicara seperti itu Jennie?" Ucap Jessica dengan marah, sedari tadi ia memperhatikan Jennie yang memasuki rumah tanpa bicara apapun. Dia juga mengikuti langkah Jennie tanpa gadis itu ketahui.

"Aku pengecut eomma, aku berubah menjadi diri orang lain untuk menyakiti diriku sendiri. Aku melupakan Lisa yang jauh lebih sakit dibandingkan apa yang aku rasakan. Aku yang menghina Lisa, aku yang menyebabkan Appa meninggal, aku yang..."

"Sttt tenangkan pikiranmu sayang, tarik nafasmu. Tenangkan hatimu" Jessica berusaha menenangkan Jennie. Ia tahu Jennie sedang dikuasai dirinya yang lain, ini adalah Jennie yang selalu menyalahkan dirinya. Sebenarnya Jessica panik, karena sudah sejak gadis itu kambuh, Jennie sudah lama tidak seperti ini.

Jennie mengikuti perintah ibunya, ia menarik nafasnya dalam walau rasanya sangat sulit dan sesak. Jennie seperti ikan yang kehabisan air karena sesak di dadanya.

"Minumlah, atur nafasmu sayang" ucap Jessica memberi air minum kemasan yang memang ada diruangan itu. Jennie meminumnya dan berhasil mengendalikan diri, hatinya menenang dan matanya menutup perlahan. Jessica mengelus dada Jennie yang bergerak dengan cepat, tapi nafasnya melambat.

Jessica pun membangunkan Jennie dan membawanya menuju kamar gadis itu untuk beristirahat. Sebelum meninggalkan Jennie, Jessica memberi obat yang biasa Jennie konsumsi. Lalu mengecup kening anaknya dengan lembut, membuat mata Jennie terpejam dengan tenang.

.
.
.
.

Seluruh keperluan untuk pemotretan sudah tersedia, hari ini Jennie dan tim akan melakukan pemotretan dengan Rosé. Seluruh pakaian yang akan digunakan sudah tersusun rapih di hanger yang tersedia. Kebetulan tubuh Rosé memiliki ukuran yang sama dengan ukuran manequin. Bisa kalian bayangkan betapa sempurnanya tubuh gadis itu.

"Semuanya tampak luar biasa, kau sangat hebat eonnie" ucap Rosé saat mencoba salah satu pakaian yang menurutnya sangat indah itu.

"Kau yang menambah keindahan bajunya Rosé" ucap Jennie menatap kagum pada tubuh Rosé yang sangat sempurna.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang