Part 49

592 53 35
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

________

Suasana ruang rawat Jennie yang sepi menambah rasa nyamannya dalam beristirahat, dengan sebuah selang oksigen yang menghiasi wajahnya, karena sesekali Jennie masih kesulitan untuk bernafas.

Saat ini hanya ada Kai dan Jennie diruangan, tapi lelaki itu sibuk degan berkas laporan yang entah apa. Karena Jennie tidak tahu menahu.

Wajah tegas Kai tampak sangat serius dihadapannya laptopnya, membuat Jennie ingin tahu apa yang sebenarnya sedang lelaki itu kerjakan.  Jennie mengernyit saat merasakan perutnya bergemuruh, seperti ada yang ingin dikeluarkan tapi tidak bisa. Nafasnya berubah menjadi sesak dan dadanya naik turun dengan cepat.

Tangan Jennie berusaha meraih apapun yang bisa diraihnya, hingga suara piring yang pecah terdengar. Kai bangkit dari posisinya, dan berjalan kearah Jennie dengan khawatir. Dengan reflek Kai menekan tombol darurat yang ada di dekat ranjang.

"Kau kenapa sayang? Mana yang sakit, katakan padaku" ucap Kai panik, ia mencoba memegang perut jennie karena matanya menangkap wanita itu terus meremas bajunya.

"Sa..kit" lirih Jennie, air matanya mulai turun karena tidak kuasa menahan sakit yang dirasakannya.

Seorang dokter dan perawat memasuki ruangan itu, Kai menghindar memberi celah untuk dokter itu memeriksa istrinya. Namun matanya tidak pernah berpindah dari mata Jennie yang terus menatapnya dengan takut, Jennie seperti tidak mau ditinggal kemanapun oleh Kai.

"Apa yang kau rasakan, nyonya Jennie?" Tanya dokter itu.

"Perutku.. terasa seperti melilit" dokter itu memeriksa Jennie dengan telaten, seperti tidak mau berbuat sedikitpun kesalahan ketika memeriksa pasiennya itu.

"Apa kau sering merasa mual, akhir-akhir ini?" Jennie tampak berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengangguk.

"Sepertinya itu karena obat yang kau konsumsi, tolong berhenti mengonsumsi obat diluar dosisnya. Tubuhmu tidak kuat dengan efek yang ditimbulkan, itulah yang membuatmu sering merasa mual dan merasakan jantung berdetak lebih cepat" ucap dokter itu, Jennie mengangguk tanda mengerti. Tapi ia tidak yakin untuk berhenti mengonsumsi obat yang bisa membuatnya menjadi tenang itu.

"Nanti akan saya resepkan obat yang baru, istirahatlah yang cukup. Selamat siang" ucap dokter itu dengan ramah.

"Khamsahamnida, dokter" ucap Kai dengan ramah, ia juga membungkukkan badannya saat dokter itu pergi.

Sepeninggalan dokter, Jennie masih diam dan menatap lurus kedepan. Netranya sudah tidak lagi menatap Kai. Tangannya masih meremas perutnya dengan kuat, rasa sakit itu belum hilang, karena dokter hanya memeriksanya tanpa melakukan apapun, mungkin sebentar lagi perawat akan kembali untuk menyuntikkan obat penahan sakit pada Jennie.

"Bagian mana yang sakit?" Tanya Kai menarik perhatian Jennie. Wanita itu tidak menjawab, dia hanya menarik tangan Kai, membuat laki-laki itu mendekat dan menaruh tangan hangat Kai diatas perutnya.

"Disini?" Tanya Kai, lagi-lagi Jennie hanya mengangguk. Hal itu membuat Kai tersenyum, karena ia merasa Jennie sedang bermanja padanya. Wajah wanita itu tampak menggemaskan degan bibir yang sedikit mencebik karena menahan sakit.

Kai melarikan tangannya untuk mengelus lembut perut Jennie, sangat lembut membuat si empunya memejamkan mata karena rasa nyaman. Kai belum memberhentikan gerakan tangannya, hingga seorag perawat datang dan menyuntikkan obat penahan sakit pada tabung infus Jennie.

"Maaf saya mengganggu, sekarang sudah selesai. Istirahat lah kembali" ucap perawat itu.

Jennie membuka matanya karena merasakan tangan Kai yang berhenti mengelus perutnya.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang