Part 36

462 55 12
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

_______

Hal gila baru saja terjadi, Jennie tidak habis pikir dengan apa yang Kai katakan diruang tengah tadi. Kini keduanya sudah memasuki kamar yang tersedia, sebenarnya malam ini Jennie tidur dengan ketiga perempuan menyebalkan di kamar lain, tapi ada hal yang perlu Jennie urus sebentar dengan Kai.

Ia menatap Kai dengan tajam, ia tidak bisa menerima keputusan sepihak yang Kai ucapkan tai. Oh ayolah, Jennie hanya bicara tentang dare yang Jisoo berikan, bukan benar-benar mengajak lelaki itu menikah.

"Kenapa kau mengatakan itu dengan mudah, kau tahu kan Kai? Aku memiliki trauma tentang pernikahan. Kumohon jangan berikan keputusan sepihak seperti itu" tatapan Jennie melunak menatap lelaki dihadapannya yang sedang duduk di sisi ranjang. Ia berdiri dihadapan Kai dengan seluruh tenaga yang tersisa, jujur saja dia lemas mendengar keputusan sepihak yang Kai berikan.

"Itu tidak sepihak sayang, kau menerima lamaranku kemarin, apa salahnya jika kita mempercepat pernikahan, tidak ada yang bisa menyangkal seseorang bisa bertahan hanya dengan sebuah ikatan lamaran. Aku ingin mengikatmu dalam hubungan yang lebih serius Jennie. " ucap Kai dengan menatap Jennie. Ia tahu Jennie takut mengalami kegagalan pada pernikahanmya, tapi Kai berjanji tidak akan melakukan itu, terlalu jahat jika ia harus menghancurkan wanita yang dia cintai, setelah ibunya. Jika dia membuat Jennie kecewa, maka sudah dapat dipastikan hidupnya lah yang akan hancur.

"Tetap saja, kau tidak boleh mengucapkan itu dengan mudah Kai" ucap Jennie frustasi. Tidak bohong, dia ingin melanjutkan hidupnya dengan Kai dalam ikatan yang lebih serius, tapi ia tidak bisa menerima ini jika Kai mengucapkannya dengan sepihak.

Kai mengulas senyum manis dibibirnya membuat mata tajam itu melengkung bak bulan sabit. Ia menarik kedua tangan Jennie yang terlihat begitu kaki disisi tubuh gadisnya. Menarik tangan Jennie lembut dan membawa gadis itu untuk duduk disampingnya, ia pun mengubah posisi duduknya agak menyerong kearah Jennie, agar bisa melihat gadis itu lebih intens.

"Apa yang mengganggu pikiranmu? Aku mencintaimu Jen, kau pun begitu bukan? Hubungan kita sudah berjalan selama 5 tahun, dan tidak ada hal yang membuat aku maupun kau bertengkar hebat, hingga memutuskan untuk berpisah. Lantas alasan apalagi yang harus kita buat untuk menunda pernikahan? Harusnya kau bisa mempercayaiku untuk ada terus bersamamu." Ucap Kai dengan lembut, ia ingin meyakinkan Jennie kalau dirinya benar-benar serius. 

"Aku takut tidak bisa menahan emosi ku Kai, aku takut ketika pada akhirnya tuhan memberikan kepercayaan dan aku hamil. Aku tidak bisa menerima anak itu, bagaimana jika anak yang aku lahirkan bisa memicu perpisahan kita? Bagaimana jika kau tidak lagi mencintaiku setelah tubuhku berubah? Bagaimana jika..."

Ucapan Jennie terhenti dengan kecupan singkat yang Kai berikan di bibirnya.

"Berhenti menerka-nerka, aku sudah sering mengatakan padamu bukan? Jangan memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi, aku akan berusaha sebaik yang aku mampu untuk terus ada disampingmu hingga maut memisahkan. Aku tidak memiliki alasan apapun untuk menyakitimu, Ruby. Kau terlalu berharga, sama seperti eommaku" ucap Kai sambil terus menatap mata indah Jennie, ia tidak mengalihkan pandangannya. Ia menatap mata itu agar Jennie tahu, tidak ada kebohongan yang Kai berikan selama laki-laki itu berbicara. Jennie membalas tatapan itu, tatapannya nyalang mencari kejujuran dari semua kalimat Kai, tapi ia tida melihat sedikitpun kebohongan. Jennie tahu Kai serius dengannya.

Jennie terdiam cukup lama, apakah ia harus menerima keputusan ini? Jika ia tidak menerimanya apakah ia akan menjadi wanita paling jahat, menolak lelaki baik yang selalu menemaninya bahkan ketika Jennie ada di titik terendah. Gadis itu pun menganggukkan kepalanya kearah Kai.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang