Part 41

699 56 23
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

_____

Bunyi gemericik air terdengar bersamaan dengan deru nafas dua manusia yang tengah berdiam didalam bathtub.

Bathtub yang sudah dipenuhi air hangat itu berhasil membuat dua insan yang lelah sedari diperjalanan itu menjadi jauh lebih tenang, Jennie melamun didalam pelukan Kai yang ada di belakangnya, lelaki itu memeluk perut Jennie sambil memberikan usapan-usapan lembut yang membuat Jennie memejamkan matanya. Keduanya sama sama polos, hanya saja tertutupi oleh busa yang penuh hingga menutupi dada mereka.

Dengan didampingi pemandangan malam hari melalui kaca besar dihadapan mereka, membuat segala ketenangan semakin hinggap dan membuat rasa lelah yang dirasakan hilang seketika.

"Ruby" bisik Kai di telinga Jennie, bahkan lelaki itu memberi jilatan-jilatan sensual di telinga wanitanya. Jennie hanya menjawabnya dengan deheman, karena ia tengah sibuk menikmati perlakuan Kai.

"Kau ingat pesan eomma kan?"

"Yang mana" Jennie membuka matanya, menghentikan seluruh fantasi yang tadi bersarang di pikirannya.

"Mereka meminta cucu dari kita, kau sudah siap untuk itu semua?" Tanya Kai, pembicaraan mereka mulai serius. Jennie masih menyandarkan tubuhnya di dada bidang Kai. Dia tampak menimang-nimang jawaban yang akan ia keluarkan, matanya menyalang jauh.

"Entahlah, aku masih ragu untuk membagi rasa sayangku padamu dan anak kita nantinya. Aku takut tidak bisa berlaku adil, Kai" ucap Jennie.

Jika bisanya hal itu dipikirkan oleh laki-laki, maka kali ini berbeda. Jennie jauh lebih memikirkan Kai, karena ia takut sewaktu-waktu gangguannya kembali dan dia tidak bisa adil dalam mengurus Kai dan anaknya. Bukan, bukannya ia berniat menunda kehamilan, toh jika Tuhan memberikan itu pada mereka. Semuanya adalah rezeki yang harus mereka syukuri. Jennie hanya takut, bukankah kalian tahu kalau Jennie memiliki banyak trauma.

"Kenapa berpikiran begitu? Kau memang memiliki tugas untuk melayaniku sebagai seorang istri. Tapi kau memiliki kewajiban untuk mengurus anak kita nantinya, yang harus kau ingat adalah kewajiban mengurus anak itu bukan hanya untuk dirimu, aku juga turut ada dalam kewajiban itu.."

"..kita yang menginginkan keberadaannya, kita yag mengusahakan mereka agar hadir dalam hidup kita. Jangan berpikir kalau kau akan mengurus mereka seorang diri, kau tenang saja. Aku akan selalu ada disisimu apapun yang terjadi, kau tahu itu" jelas Kai dengan lembut, ia melarikan tangannya untuk menggenggam tangan Jennie. Memberi keyakinan pada wanita itu, Jennie memang selalu membutuhkan keyakinan dalam mengambil segala hal.

Tidak hanya Jennie sebenarnya, semua orang pun begitu. Tapi yang membedakan adalah Jennie memiliki banyak pertimbangan didalam otaknya yang tidak kita ketahui.

"Jika tubuhku berubah karena mengandung anakmu, apakah kau akan meninggalkanku?" Tanya Jennie, dia bahkan mengubah posisi duduknya agar bisa menghadap kearah Kai.

Lelaki itu tertawa dengan lembut.
"Kenapa harus meninggalkanmu? Yang membuat tubuhmu berubah adalah aku sayang. Seharusnya aku bangga melihat perubahan pada tubuhmu, bahkan membayangkan perutmu yang membuncit saja bisa membuatmu semakin terlihat seksi" Jennie menunduk mendengar jawaban Kai, entahlah dia memerah mendengar jawaban dari lelaki itu.

"Jika aku tidak bisa melayanimu, karena melahirkan. Apa kau akan mencari wanita lain?" Pertanyaan yag ada dibenak Jennie sedari tadi akhirnya keluar dengan mulus melalui mulutnya. Kai tersenyum lembut, ia tahu pertanyaan ini akan keluar dari mulut Jennie.

Kai menggeleng

"Tidak, tidak akan. Bagaimana bisa aku mencari wanita lain, jika istriku saja bisa membuatku bahagia? Bagaimana aku bisa menyakiti wanita yang memberikanku seorang anak, yang akan mewarnai kehidupan kita"

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang