Part 20

459 58 22
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING..

_______

Sudah seminggu Jennie melewati rasa berkabungnya. Tidak ada yang berubah sebenarnya, karena sejak dulu pun kehidupannya hanya berdua dengan sang ibu. Tapi hatinya berubah, hampa seluruh semangat dalam dirinya menghilang entah kemana.

Dalam budaya yang ada di Korea, Setiap orang yang ditinggal oleh keluarganya, harus berkabung hingga 3 tahun kedepan. Berkabung disini bukan berarti tidak boleh melakukan apapun. Namun entahlah apa yang dimaksud dengan berkabung disini.

Karena di zaman kuno, seorang istri yang ditinggal suaminya akan membangun sebuah pondok kecil di dekat pemakaman dan tinggal di sana selama tiga tahun. Akan tetapi, tradisi tersebut sudah jarang dipraktikkan, hanya peringatan ulang tahun pemakaman yang terkadang masih dihormati.

Jennie hanya mengikuti apa yang sudah menjadi budaya di negara tempatnya ia tinggal. Lagipula tidak ada hal apapun yang harus ia kerjakan yang membuatnya terlihat tengah bersenang-senang.

Minggu depan Jennie harus disibukkan dengan tesisnya karena ini adalah tahun terakhirnya kuliah, dan rasanya ia belum siap untuk menyiapkan dirinya ada dalam sidang skripsi.

Sepertinya Jennie harus menemui Lisa hari ini, ada rasa aneh yang sedikit mengganjal hatinya dan itu membuat Jennie tidak tenang. Hatinya seperti ditimpa beberapa beban berat sekarang, begitupun otaknya. Ia tidak bisa berpikir dengan baik.

Perlu 20 menit untuk bersiap-siap Jennie pun berangkat ke tempat dimana Lisa berada, sebelumnya ia sudah bertanya pada Lisa dan Lisa menjawab ia sedang ada dirumah sakit. Jennie pun menjalankan mobil milik Jessica menuju Wooridul Hospital.

Setelah sampai, Jennie langsung menghampiri ruangan dimana ibu Lisa dirawat. Tapi ketika ia sampai didepan ruangan itu dan sudah siap degan pakaian khusus, Jennie mendengar Isak tangis yang sangat menyayat. Tangisan itu benar-benar mencerminkan kalau orang itu menyimpan rasa sakit yang amat sangat.

Tanpa berniat menghancurkan waktu bicara orang itu, Jennie memilih untuk tetap berdiri pada tempatnya. Samar-samar suara itu terdengar lagi.

"Eomma, apa kau tahu? Rasanya sangat hancur ketika melihat orang yang aku hancurkan hidupnya meminta maaf padaku. Kau tahu? Aku menyayangimu dan Appa. Sangat"

"Tapi aku juga menyayangi Jennie eonnie, walau aku tidak dekat dengannya seperti dulu sebelum semua kebenaran terungkap. Apa aku boleh bilang, kalau aku lebih baik tidak dilahirkan?"

Ucapan itu terdengar jelas oleh Jennie, begitupun suara tangis sesak di sela-sela ucapannya. Itu adalah suara Lisa, Jennie tahu itu.

"Eomma, jika kau sembuh dan bisa kembali beraktivitas. Apakah aku boleh meminta satu hal padamu? Ayo kita pergi dari Seoul sebelum rasa benciku pada diri ini memuncak"

Jennie langsung membuka pintu itu setelah dirasa ia tidak kuat dengan semua kata-kata Lisa. Ini adalah salahnya yang sudah membenci Lisa. Sehingga membuat Lisa membenci dirinya sendiri.

"Lisa-ya, berhenti mengucapkan kalimat itu. Mianhae, ini semua salahku" ucapan Jennie membuat Lisa mematung. Jelas saja ia terkejut karena Jennie masuk tanpa terdengar suara apapun.

Lisa menoleh kearah dimana Jennie berada, sebelumnya ia sudah menghapus air matanya agar Jennie tidak melihat linangan air mata itu.

Jennie menghampiri Lisa dan memeluk gadis itu, keduanya menumpahkan tangis yang terdengar sangat pilu jika didengar orang lain.

Tangisan yang seolah memberi tahu, bagaimana rapuhnya seorang anak perempuan yang ditinggal oleh cinta pertamanya. Tangisan yang juga penuh akan penyesalan, hanya mereka berdua lah yang tahu kalau semua yang sudah berlalu hanyalah sebuah kesalahan, tangis yang dominan dengan rasa kalut dan penyesalan.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang