Part 15

474 67 27
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING ALL ...

CLICK ⭐ BEFORE READ THIS CHAPTER

_______

Pagi hari Jessica sudah disibukkan dengan persiapan karena dirinya akan kembali pergi meninggalkan Seoul, untuk menyelesaikan beberapa jadwal fotonya dan bisnis yang sedang ia rintis kecil-kecilan.

Jessica memasuki kamar bernuansa hitam putih yang memiliki harum strawberry. Perhatiannya beralih pada seorang gadis yang masih tertidur di ranjang kesayangannya. Jessica mendekat dan mengelus lembut gadis yang kini ada di hadapannya.

Mata yang terpejam itu, selalu mengingatkan Jessica dengan semua kenangan indah yang pernah ia lalui. Mata yang ketika terbuka menyiratkan kebahagiaan bagi dirinya, mata yang ketika menatap menampakkan banyak kesedihan tapi tertutupi senyum manisnya.

"Sayang, bangunlah eomma harus pergi sekarang" belum ada pergerakan apapun dari sang anak. Jessica tersenyum, ia tahu bahwa anaknya memanglah seorang putri tidur.

"Jennie, cepat bangun. Eomma harus berangkat, jangan sampai kau mencari eomma, saat eomma sudah berangkat" ucap Jessica terus berusaha membangunkan Jennie.

Mata yang semula terpejam itu membuka perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk dari celah jendela, namun terhalang dengan tubuh wanita yang di depannya.

"Kenapa eomma sudah rapih pagi-pagi begini?" Tanya Jennie yang sudah mendudukan tubuhnya di pinggir ranjang, dan Jessica yang sudah pindah duduk di sebelah Jennie.

"Eomma harus menyelesaikan beberapa pekerjaan. Lagipula eomma sudah lebih 3 hari dirumah, banyak yang harus eomma lakukan sayang" ucap Jessica yang membuat Jennie menatapnya tak rela. Jennie pun memeluknya ibunya dan langsung dibalas dengan pelukan hangat sang ibu.

"Jangan terlalu lama, aku merindukanmu eomma"

"Bahkan eomma belum berangkat sayang" jawab Jessica dengan tawa lembutnya. Ia melepas pelukannya dengan Jennie dan memegang kedua pipi anaknya, seolah memaksa agar Jennie menatapnya

"Jennie-ya eomma minta satu hal padamu. Datangilah Appa mu sayang, jangan sampai kau menyesal"

"Eomma, aku memang berniat untuk mengunjungi nya, tapi bukankah kau tau.."

"Jen, eomma mohon turuti eomma kali ini. Lupakan semua kesalahannya dimasa lalu, semua adalah ketidaksengajaan. Dia sangat menyayangi mu Jen" ucap Jessica yang kini menatap mata Jennie dengan tak, seolah meminta Jennie menuruti semua perkataannya.

Jennie hanya menggeleng dan melepas tangan sang ibu yang ada di pipinya.
"Aniya eomma, aku mau lanjut tidur. Aku kuliah siang hari ini, kau berhati-hatilah" ucap Jennie yang kembali merebahkan tubuhnya, kali ini ia membelakangi Jessica. Dan menutup tubuhnya dengan selimut hingga leher.

"Eomma harap kau mau mendengarkan eomma kali ini sayang" ucap Jessica lalu pergi keluar setelah mengecup lama kening Jennie.

Jujur, Jennie ingin mengunjungi sang ayah namun hati kecilnya belum mengizinkan. Lalu apa yang ibunya bilang tadi? Menyesal? Entahlah Jennie takut jika akan menyesal nantinya. Tapi ia harus teguh pada pendiriannya untuk tidak mengunjungi sang ayah.

Ia pun kembali memejamkan matanya untuk menghilangkan pikiran yang menggangu, sepertinya tidur 30 menit sebelum berangkat ke kampus akan sedikit menenangkan pikirannya.

.
.
.
.
.

Sebuah suara kencang menginterupsi Jennie yang baru saja kembali memejamkan matanya, tak ada niat sedikit pun dari dalam dirinya untuk membuka mata dan mencari tahu asal suara tersebut. Karena ia tahu siapa yang kini tengah membuat kegaduhan.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang