Part 48

527 49 31
                                    

Sorry for typo
HAPPY READING

_______

"Ah, gomawo Nayeon-ah" ucap Jennie dengan senyum tipis, Nayeon meninggalkan Jennie diruangannya setelah memberi kotak itu.

Jennie berjalan kearah sofa dan berniat untuk membuka kotak itu, sebelumnya ia melihat kearah ponselnya yang sangat sepi tanpa notifikasi dari siapapun. Nafasnya terdengar.

Bodoh, siapa juga yang mau menghubungimu jika tidak ada yang mengetahui nomor barumu -batin Jennie. Ia memang belum memberi tahu siapapun, karena niatnya ia ingin memberi tahu Kai lebih dulu, tapi hal yang tidak diinginkan terjadi padanya.

Dengan perlahan Jennie melepas pita yang menghiasi kotak itu, membuka tutupnya dan matanya membulat dengan sempurna. Senyum diwajahnya hilang berubah dengan wajah panik, cemas, dan khawatir.

Terdapat sebuah pecahan kaca dengan berlumur darah buatan, dan foto Jennie didalamnya. Sepertinya itu adalah pesan dari orang yangs selama ini menerornya, bau saja Jennie merasa tenang karena ponselnya tidak menerima pesan apapun. Tapi ternyata orang itu tidak tinggal diam.

Tangannya mulai gemetar cepat tanpa diduga, secepat itu perubahan pada dirinya, dengan sesak yang dideranya. Jennie meraih obat dari tasnya. Panik membuat seluruh obat itu berhamburan, Jennie meminumnya tanpa melihat jumlah yang ada ditangannya. Ia meminum obat itu tanpa memperdulikan efek samping yang akan dideritanya.

Masih dengan tubuh gemetar, Jennie berusaha berjalan kearah ruangan Jisoo. Keringat sudah membasahi tubuhnya, terutama wajah dan bagian leher yang terus mengeluarkan keringat.

Klek...

Brakk

Suara pintu terdengar bersamaan dengan suara benda jatuh yang sangat kencang. Jisoo yang berada didalam ruangan pun bangkit dengan panik, menghampiri Jennie yang terjatuh di depan pintu ruangannya.

"jendeukiiii" teriak Jisoo berlari kearah Jennie, membalik tubuh sahabatnya itu dan langsung berteriak dengan kencang. Mulut Jennie mengeluarkan busa dan tubuhnya mengejang.

Jennie collapse..

"Kumohon tetaplah sadar Jen" ucap Jisoo pada Jennie, matanya mulai berkaca-kaca melihat tubuh Jennie yang terus saja mengejang dengan mata terbuka dan mulut yang mengeluarkan cairan berwarna putih.

"NAYEON, HUBUNGI AMBULAN SEKARANG. CEPATT!!" teriak Jisoo kearah Nayeon, yang terdiam kaku melihat atasannya itu. Ia bingung harus melakukan apa, tapi tangannya dengan cekatan langsung menghubungi ambulan setelah mendapat perintah dari Jisoo.

Dengan tubuh yang mulai melemas, Jisoo memindahkan kepala Jennie yang sedari tadi bertumpu dilengannya untuk pindah ke lahunannya.

Bertepatan dengan itu, beberapa petugas medis datang dengan sebuah tandu yang ada di tangan mereka. Tubuh Jennie melayang bersamaan dengan petugas medis yang mengangkut tubuhnya untuk menuju ambulan. Jisoo berjalan dengan panik mengikuti para petugas itu membawa Jennie.

Ia terus memegang tangan Jennie yang mendingin, air matanya sudah tidak bisa lagi dibendung. Ia sangat takut melihat keadaan Jennie saat ini. Walau panik, Jisoo tetap bisa berpikir jernih, ia mencoba menghubungi keluarga Jennie dengan sebelah tangannya yang kosong.

Tujuan utamanya adalah Kai, Kai adalah suami dari sahabatnya dan tentu saja dialah pertama kali perlu mengetahui kondisi Jennie saat ini.

"Halo" sapa seorang lelaki dari seberang sana, siapa lagi kalau buka Kai. Jisoo menarik nafas panjang guna menghilangkan parau pada suaranya, ia tida ingin membuat Kai panik. Walau nyatanya ku tidak akan berjalan dengan baik.

rêver (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang