16%

1.6K 187 31
                                        

Vote 🌠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote 🌠

Comment 💬

Follow 👥

Typo bertebaran!
___________________________________________________________

"IBU!! Hiks, hiks. Kenapa bisa seperti ini, Nek!!" Kai berteriak histeris kala melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring tak bernyawa di kamar jenazah.

Ibu Kai mengidap penyakit gagal jantung stadium akhir. Dan tadi penyakit itu kumat secara tiba-tiba hingga membuat Yuri langsung dilarikan ke rumah sakit. Pihak rumah sakit juga sudah berusaha sebaik mungkin untuk menolong nyawa ibu Kai. Namun, sepertinya Tuhan berkata lain.

"IBU JANGAN TINGGALIN KAI!! IBU BANGUN, HIKS!!" Kai meraung-raung sambil menggoyangkan tubuh kaku ibunya.

"Kai yang sabar ya, Sayang. Kita ikhlaskan saja ya, Nak. Ini sudah ketentuan sang Kuasa," nasehat sang Nenek sambil merengkuh penuh sayang tubuh cucunya tersebut.

"Nenek, hiks, kenapa Ibu pergi secepat ini?" lirih Kai.

"Hyung, Ibu, hiks, hiks, ...." Seorang gadis kecil yang sedari tadi terisak tanpa suara di balik punggung sang Nenek ikut mendekati sang Kakak.

"Lisa ... hiks, hiks." Kai langsung menubruk tubuh sang Adik yang juga tak kalah terpukulnya karena harus kehilangan sosok ibu mereka.

"Kalian yang sabar ya, Sayang. Ibu kalian sudah tenang di atas sana. Sekarang dia sudah tak merasakan sakit lagi," ucap Nenek Kai mencoba memberi pengertian pada kedua cucunya tersebut. Walaupun sebenarnya ia juga tak kalah sedihnya.

Tentu saja ini berat bagi Kai. Namun, saat melihat sosok adiknya yang masih kecil tersebut, ia harus kuat. Ia tak boleh kelihatan lemah seperti ini. Bagaimanapun masih ada adiknya yang harus ia bahagiakan dan memberinya kekuatan.

Kai langsung menghapus kasar air matanya dan mencoba tersenyum pada sang Adik. "Lisa ... dengerin hyung. Lisa gak boleh sedih, Lisa harus ikhlasin Ibu ya, Sayang," ucap Kai sambil menghapus lembut air mata sang Adik.

"Sebentar lagi jenazah Ibu kalian akan di bawa pulang dan kita harus segera langsung memakamkannya," ucap Nenek Kai.

"Baik, Nek," jawab Kai.

Sedari tadi Sehun hanya berdiri di ambang pintu. Ia juga tak bisa menahan air matanya saat melihat Kai yang begitu tabahnya menerima kenyataan bahwa ibunya telah tiada. Sehun tak bisa membayangkan jika posisinya sekarang ada di posisi Kai.

Saat Kai menerima telepon dari pihak rumah sakit tadi, Sehun memang tidak pulang seperti yang Kai perintahkan. Ia malah kekeuh ingin ikut, dan jadinya sekarang ia sudah berada di rumah sakit bersama Kai.

'Pasti Kai sedih banget,' batin Sehun sambil mengusap air matanya yang ikut luruh.

🌸🌸🌸

Acara pemakaman ibunya Kai sudah selesai dan telah berjalan dengan lancar. Sekarang Kai sudah kembali ke rumahnya dan memasuki kamar sang Ibu untuk menenangkan dirinya.

Barang-barang di rumah tersebut memang sudah dipindahkan semua ke rumah nenek Kai. Sang Nenek sudah memutuskan untuk mengajak cucunya Lisa tinggal di rumahnya saja.

"Sehun, kamu pulang saja, ya? biar Kai pesanin taksi." Kai menatap Sehun yang sedari tadi selalu mengikutinya.

Hari sudah gelap. Sejak acara bermain di mall tadi pagi, Sehun memang enggan untuk pulang. Ia tetap kekeuh ingin menemani Kai. Ia mengikuti Kai sejak di rumah sakit, acara penghormatan terakhir, serta sampai acara pemakaman selesai.

"Sehun gak mau pulang. Sehun akan pulang bersama Kai saja," jawab Sehun.

"Kai gak bisa pulang dulu, Hun. Mungkin lusa Kai akan pulang. Kamu tunggu di rumah saja, ya?" ucap Kai sambil mengelus puncak kepala Sehun.

Sungguh. Sehun benar-benar telah dibuat bangga oleh sosok Kai. Di saat seperti ini, pria manis berkulit tan itu masih bisa menyampingkan perasaan sedihnya. Di saat keadaan paling menyakitkan, ia masih bisa tersenyum untuk menutupi rasa sedih hatinya.

"Sehun gak mau pulang, Kai. Sehun mau nemanin Kai aja," ucap Sehun yang masih tetap kekeuh pada pendiriannya.

"Tapi—"

"Sehun gak mau pulang Kai! Sehun maunya tetap disini!" tegas Sehun memotong ucapan Kai.

"Sehun please jangan membantah! Sekarang kamu pulang biar Kai pesanin taksi!" tegas Kai.

"Nggak!! Sehun gak mau!!"

"SEHUN KAMU HARUS PU—"

"Kai jangan pura-pura kuat gini! Sehun gak suka. Sehun tau Kai sedih, makanya Sehun gak mau pulang. Sehun mau nemenin Kai," lirih Sehun. Air matanya sudah kembali jatuh membasahi pipinya.

"Kai mau nangis 'kan? Gak papa, Kai nangis aja. Sehun juga tau hati Kai sekarang pasti sangat sedih," lanjut Sehun sambil menatap Kai sendu.

Mendengar penuturan polos Sehun, Kai tak dapat lagi menahan tangisnya yang memang sedari tadi ia tahan.

"Hiks, Sehun ...," lirih Kai sambil langsung memeluk tubuh Sehun erat.

"Maafin Kai yang udah bentak kamu," lanjut Kai sambil menghapus air mata Sehun.

"Kai juga boleh marahin Sehun kok untuk hilangin rasa sedih Kai," ucap Sehun. Tangannya juga terulur menghapus air mata Kai.

Runtuh sudah pertahanan Kai. Ia menangis sejadi-jadinya di pelukan Sehun. Menumpahkan segala rasa kesedihan yang ia rasakan saat ini.

"Kai orang yang kuat. Sehun bangga sama Kai," ucap Sehun ditengah-tengah isakan Kai.

"Kai yang sabar, ya? Kai gak boleh sedih terus. Sehun gak kuat jika liat Kai nangis kayak gini," ucap Sehun sambil mempererat pelukannya pada Kai.

"Gak papa, Kai nangis aja. Nanti Sehun temenin."

Vote and Comment, Please!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote and Comment, Please!

My Big Baby Boy | HunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang