Karena Kai yang menjadi tulang punggung keluarganya, maka Kai dengan terpaksa harus menjadi seorang baby sitter. Tapi bukan merawat anak pada seusia pada umumnya. Melainkan dia harus merawat anak di usia 18 Tahun yang sepantaran dengannya.
Mampukah...
"Sehun, hari ini kita akan pulang. Tapi, sebelum itu Kai mau ke rumah nenek Kai dulu, ya?" ucap Kai yang sedang memakai sepatunya.
"Kai yakin mau pulang hari ini? Kita gak nginep lagi di sini? Kalo Kai masih mau tinggal di sini, Sehun bakal tetap nungguin Kai kok," ujar Sehun yang sedang meminum susu coklat kotaknya.
Mereka berdua memang telah menginap di rumah Kai selama dua hari. Tentunya Kai sudah menelpon Yoona terlebih dahulu untuk meminta izin Sehun yang mau menginap di rumahnya.
Sebenarnya Kai juga diijinkan untuk tidak masuk bekerja dulu. Yoona dan suaminya tentu saja bisa memaklumi kesedihan Kai yang baru saja kehilangan sosok ibunya. Namun, Kai tidak mau terlalu lama berlarut dalam kesedihannya. Bagaimanapun juga hidupnya harus tetap berjalan, bukan?
Rumah Kai tersebut sudah diputuskan untuk dijual saja. Dan adik Kai—Lisa— juga sudah tinggal di rumah neneknya.
"Gak papa kok, lagian kita sudah tiga hari nggak pulang, bukan? Emang kamu nggak kangen sama Chanyeol hyung?"
"Walau ada Chanyeol hyung, dia gak bakal peduli sama Sehun."
"Jangan ngomong gitu. Gimanapun juga dia kakak kamu," nasehat Kai sambil mengunci pintu rumahnya.
"Ayo, kita ke rumah nenek Kai dulu. Baru setelah itu kita pulang," ujar Kai. Sehun hanya mengangguk.
🌼🌼🌼
Ceklek!
Pintu utama kediaman keluarga Oh sudah di buka lebar oleh Kai. Tentu saja Kai langsung bisa membuka pintu kayu coklat serta gagang keemasan tersebut tanpa harus memencet bell terlebih dahulu. Lagipula, untuk apa Kai memencet bell? Toh, dia bukan mau bertamu.
"Sehun, ayo masuk! Kamu sedang apa disitu?" tanya Kai saat melihat Sehun yang duduk di pinggir kolam ikan.
"Lagi liatin Turi, Kai. Dia udah dikasih makan belum ya, sama Bibi?" ucap Sehun sambil tetap memperhatikan ikan-ikan di kolam tersebut.
"Turi?"
"Iya Kai. Turi, ikan koi yang warnanya putih dan ping-ping itu."
"Iya-iya. Ayo cepat masuk!" ajak Kai dan langsung dipatuhi Sehun.
Saat Kai sudah memasuki pintu utama, ia sudah langsung berhadapan dengan Chanyeol. Sebenarnya Kai sudah merindukan sosok laknatnya ini. Sudah beberapa hari ini Kai tidak berdebat dengannya.
"Kai, kau sudah pulang?" tanya Chanyeol lembut.
Chanyeol memang telah mengetahui kabar duka yang sedang dialami oleh Kai. Niatnya ia ingin mengunjungi Kai. Tapi, ia tidak tau dimana tempat Kai berada.
"Iya hyung, aku sudah pulang," jawab Kai sambil tersenyum kecil.
Untuk sekarang biarlah Kai tidak mengatai Chanyeol dengan panggilan caplang laknat dulu dalam kata sapaannya. Bukan tidak mau adu bacot, hanya saja Kai lagi kehabisan stok debat untuk Chanyeol.
Dari wajah lesu Kai dengan mata yang sedikit membengkak tersebut membuat Chanyeol tidak tega. Namun, ia juga bangga di saat seperti ini, Kai masih bisa memperlihatkan senyumnya yang bisa menenangkan orang yang melihatnya, hingga bisa menyembunyikan kesedihannya.
"A-aku ...." ucapan Chanyeol tertahan. Ia langsung saja menubruk tubuh Kai dan memeluknya erat. Entah dapat keberanian dari mana ia ikut merasa sedih saat mendapat kabar buruk tersebut.
Tangan Kai juga spontan membalas pelukan itu. Namun, tidak erat seperti ia sedang memeluk Sehun.
Iya dong! 'kan Sehun lebih istimewa daripada Chanyeol. Haha ....
"Kai, aku turut berduka cita, ya," ucap Chanyeol sambil mengelus lembut bahu Kai.
"Iya hyung, terima kasih." Lalu Kai menarik kembali tubuhnya dari pelukan Chanyeol.
"Kalau gitu aku mau naik dulu ya, hyung. Sehun ayo!" Kai menarik Sehun yang sedari tadi hanya diam menyimak interaksi Kai dan Chanyeol.