34

3 1 0
                                    

Safira membenahi semua barang barangnya kedalam tas, bel pulang sekolag sudah berbunyi dari tadi sebagian murid pun sudah melenggang pergi meninggalkan kelas.

"lo baliknya sama rio kaya biasa kan?" tanya oliv yang berada disebelahnya.

Terkadang oliv bersikap seperti kakak ipar dan sahabat secara bersamaan membuat safira hanya terkekeh ketika oliv bersikap seperti itu, itu sangat lucu.

"heh lo jagain adik ipar plus sahabat gua ini ya kalo lecet dikit bukan pala lo aja yang ilang organ dalam lo juga bakal gua jual." ucap oliv sarkas membuat rio dengan refleks menyentuh perut dan juga kepalanya.

"kasian anak orang lo ancem" ucap safira sambil terkekeh kecil.

Tak lama devano pun datang lalu mengajak oliv untuk pulang berama meninggalkan rio dan safira yang masih sibuk dengan kegiatan masing masing.

Setelah selesai safira pun bangkit dari duduknya diikuti rio yang sedari tadi memperhatikan safira dari bangku belakang.

"yuk pulang" ajak safira diangguki oleh rio lalu mereka pun pergi ke arah parkiran.

Rio memang menyukai safira tapi tidak untuk mengambil safira dari bara ia ingin menggantikan bara ketika safira yang memintanya.

Tak masalah selama apa ia harus menunggu ia hanya ingin selalu ada ketika safira membutuhkannya. Meskipun sulit ketika harus menahan perasaannya tapi ia harus melakukannya, ia tahu safira masih menyukai bara jadi ia tak ingin mengusiknya rio hanya ingin menjaganya.

Rio memakaikan helm untuk safira dengan hati hati ia tak ingin menyakiti safira, setrlah selesai ia pun naik ke motor besarnya begitu pun safira.

Rio melajukan motornya dengan kecepatan sedang, mereka berdua pun keluar dari area sekolah yang lumayan sudah sepi.

Saat di tengah perjalanan tiba tiba ada sebuah motor yang melaju kencang ke arahnya lalu menghentikannya dengan tiba tiba membuat rio dengan cepat menghentikan motornya sedangkan safira kepalanya yang tertutupi helm terbentur cukup keras ke punggung rio membuat rio meringis pelan karna punggungnya yang terhantam helm.

"lo gpp?" tanya rio sambil membalikan badannya untuk menanyakan keadaan safira apakah ia baik baik saja atau tidak safira hanya mengangguk pelan.

Rio dan safira pun mengalihkan pandangannya ke arah motor yang baru saja berhenti didepan mereka. Baru saja rio ingin berbicara tiba tiba sang pengedara motor itu membuka helmnya lalu berjalan ke arah rio dan safira.

Itu bara.

Rio dan safira menatap bara dengan tatapan bertanya untuk apa ia mencegatnya di tengah jalan seperti ini? Apa ia sudah gila?

"turun" titah bara ketika ia sampai di depan safira yang masih tetap diam di jok belakang motor besar rio.

Safira memilih diam ia tak ingin berbicara dengan bara karna ia pun sudah muak dengan sikap bara yang selalu mementingkan wendy ketimbang dirinya.

"gua bilang turun fir" ucap bara dingin membuat atmosfer di sekitarnya menjadi terasa menyeramkan.

Safira tak mengerti apa mau bara jika memang ia ingin berbaikan denganya seharusnya bara memintanya secara baik baik tidak bersikap dingin seperti ini.

Baranya benar benar hilang entah kemana yang pasti ia lihat bukan lah bara seperti ada orang lain yang mengendalikan bara.

Safira pun turun dari motornya lalu dengan cepat bara menariknya untuk ikut dengannya safira hanya diam memilih menurut. Tapi tiba tiba dering ponsel di saku bara membuatnya menghentikan langkahnya.

Bara mengambil ponsel yang ada disakunya lalu melihat sebentar siapa yang menelponnya lalu ia pun mengangkatnya dengan cepat tanpa melepaskan genggaman tangannya pada safira.

Safira memilih diam ia nya terdiam seperti orang bodoh ia hanya mengikuti kemauan bara ia tak peduli hatinya yang sakit ketika sayup sayup ia mendengar suara wendy dari ponsel bara.

Wendy is calling

"kenapa?"

"gua pulang hari ini lo gak jadi anter gua pulang?"
.
"gua gak bisa, gua nganter safira balik hari ini"

"tapi gua balik pake apa kalo bukan lo yang anterin gua?"

"gua otw tunggu bentar"

Bara mematikan sambungan telponnya lalu melepaskan tangan safira membuat safira yang sedari tadi menunduk menahan tangisnya kini mendongkak menatap bara.

"kamu pulang sama rio hari ini, ini terakhir kalinya kamu pulang sama dia. Nanti abis nganterin wendy aku ke rumah kamu aku janji." ucap bara lembut sambil memegang kedua bahu safira yang melemas.

Meskipun bara berkata dengan lembut itu tak membuat hatinya menghangat, hatinya sudah hancur ketika bara memutuskan untuk memprioritaskan wendy ketimbang dirinya.

Tanpa menunggu jawaban dari safira bara dengan cepat melajukan motornya meninggalkan rio dan safira yang terdiam.

Safira membalikan tubuhnya lalu berjalan dengan lemas ke arah rio ia pun menaiki motor besar rio lalu terdiam, rio yang mengerti itu pun langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"kalo lo mau nangis lo bisa nangis gak perlu ditahan gua tau kok itu pasti sakit" ucap rio sambil sedikit berteriak agar safira mendengarnya.

Sore itu safira menangis dalam diam di punggung rio, ini sedikit tidak nyaman tapi safira benar benar tak bisa menahan tangisnya lagi.

SAFIRA & BARA [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang