52

6 1 0
                                    

Bara kini sedang berada di rooftop menenangkan dirinya tapi dirinya tak kunjung tenang.

Ia pun menyalakan lagu yang sering ia dengar akhir akhir ini. to my youth-bol4, lagu ini benar benar cocok untuknya dulu ia tak sengaja mendengarkan lagu ini karna lewat di fyp youtubenya.

Ia merasa agak tenang ketika mendengar lagu itu, tapi tak bisa dipungkiri ia benar benar frustasi sekarang setiap ia ingin menenangkan diri, ia malah merasa semakin tak tenang.

Ia membuka ponselnya untuk menelpon karna itu niat awalnya ketika ia pergi ke rooftop. Ia mencari nomor yang harus ia hubungi sekarang. Saat sambungan telpon itu sudah tersambung bara terdiam sejenak menenangkan dirinya sendiri.

"maksud dokter apa?" tanya bara berusaha tetap tenang.

"maafin saya, awalnya saya mau nyembunyiin ini dari kamu karna saya pengen kamu sembuh dari penyakit itu tapi karna semakin parah saya memutuskan untuk memberi tahu kamu supaya kamu tidak begitu kaget dan terus menjalani kemoterapi di rumah sakit."

"jadi saya beneran menderita stadium akhir? Bukan awal yang seperti dokter bilang bulan lalu?"

"iya bar, tapi kamu jangan nyerah kemu harus tetep kuat dan menjalani pengobatan meskipun sulit tapi setidaknya kamu bisa bertahan lebih lama."

Tut.

Bara mematikan sambungan telponnya ia tak menyangka apa yang ia terima sekarang, tak terasa air matanya keluar tanpa diminta sesekali ia menyeka air matanya.

Ya, bara memang menderita kangker otak.ia sudah di vonis beberapa bulan yang lalu tapi ia masih begitu semangat karna safira dan keluarganya ada disampingnya tapi kini?

Bara sudah tak kuat lagi, karna semua orang sudah pergi meninggalkannya terlebih lagi safira yang juga meninggalkannya membuat ia tak bisa bertahan.

Bara memang tak memberitahu semua orang tentang penyakitnya ia pikir itu lebih baik dari pada membuat semua orang khawatir, setiap kali ia mengalami mimisan ia akan pergi begitu saja meninggalkan apapun yang ia lakukan. Seringkali setelah mengantar safira ia mengalami mimisan tapi ia menghela nafas pelan bersyukur karna safira tak melihatnya.

Bara berjalan gontai ke arah pembatas yang terbuat dari beton itu ia menaikinya dengan pelan lalu merentangkan tangannya.

Sepertinya ini adalah pilihan tang terbaik untuk pergi dari pada menjadi beban untuk semua orang. Ia melangkah pelan mempertipis jaraknya dengan tempat yang tak ada pijakannya.

Brukkk.

"bara!" teriak safira yang baru saja datang dengan keadaan acak acakan, ia berlari sekuat tenaga kesini.

Bara menolehkan dirinya ke arah safira lalu menatap safira dengan tersenyum seperti tak ada yang terjadi membuat hati safira benar benar sakit elihat senyum palsu itu.

"turun bar plis jangan lakuin hal bodoh." ucap safira sambil berjalan mendekat ke arah bara.

"stop fir atau gak aku loncat" intrupsi bara membuat safira mau tak mau memberhentikan langkahnya.

Bara melirik ke arah bawah ternyata semua orang sudah berkumpul meneriaki bara untuk tak melakukan hal bodoh. Bara menatap safira yang terdiam lagi.

"ini yang terbaik buat aku, kamu dan mereka semua fir." ucap bara sambil tersenyum ke arah safira.

Tes.

Darah dari hidungnya keluar lagi tapi kali ini bara tak akan menyekanya, ia ingin safira melihatnya ia ingin safira juga tahu keadaannya sekarang ia juga ingin safira merasakan sakit yang ia rasakan.

Safira menutup mulutnya terkejut karna melihat aliran darah yang keluar dari hidung bara semakin banyak.

"bar hidung kamu berdarah!" ucap safira panik lalu berlari ke arah bara dengan cepat.

Tapi bara tetap lah bara ia akan menepati janjinya kali ini. Ia benar benar menjatuhkan tubuhnya ketika safira berlari ke arahnya.

Safira berusaha meraih tangan bara tapi ia tak berhasil. Ia melihat bara jatuh begitu saja dari atas sini membuat dirinya lemas.

"aku sayang kamu fir" gumam bara yang masih bisa safira lihat dari bibirnya. Sampai akhir pun bara tersenyum ke arahnya.

"BARAAA!!!" teriak safira ketika bara terjatuh dengan begitu kerasnya membuat tubuhnya berbenturan dengan aspal yang ada dibawah sana.

Aaaaaa

Teriakan dari semua murid dan guru terdengar di semua penjuru sekolah ketika melihat tubuh bara yang terlihat hampa itu terjatuh mengenai aspal dengan cukup keras.

Safira terdiam gemetar tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi, ia pun berlari sekuat tenaga turun dari balkon ke bawah dengan cepat.

Setelah berlari secepat yang ia bisa ia pun berlari ke arah bara yang sudah terkapar lemas di sana. Ia memeluk bara dengan erat tak peduli seberapa banyak darah yang mengenai bajunya.

Tasya dan tasyi sudah terjatuh dalam pelukan rio dan rangga menangis tak kuasa dengan apa yang terjadi sedangkan devano menelpon ambulan untuk cepat datang.

SAFIRA & BARA [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang