38

3 1 0
                                    

Bara berniat pergi setelah beberapa menit terdiam di kamar safira dan memperhatikan wajah safira yang tampak begitu letih.

Ia bangkit dari duduknya tapi ketika ia ingin melangkahkan kakinya ada tangan kecil yang mencekal pergelangan tangannya menahan agar ia tak pergi kemana pun.

"bara" ucap safira lemah membuat bara membalikan tubuhnya lalu mendudukan dirinya lagi di samping tubuh safira yang terasa kaku.

Bara menatapnya dengan tatapan khawatir begitu pun dengan safira yang kini sudah terduduk dan menatapnya sendu.

Sebenarnya safira tak bisa tidur sedari tadi karna memang pikirannya dipenuhi oleh bara. Ia pun bangun ketika mendengar suara bel rumah berbunyi lalu mengintip dari celah pintu kamarnya ternyata itu bara, seseorang yang sedari tadi ia tunggu.

Ketika melihat bara yang sudah mendapatkan izin dari rangga dengan terburu buru safira berpura pura tidur lagi. Ia memejamkan matanya dan membiarkan bara memperhatikannya tanpa berniat untuk membuka matanya.

Tapi pertahanannya runtuh ketika bara mendengar isak tangis yang tertahan dari bara pada akhirnya ia membuka matanya lalu mencegah pacarnya itu untuk tidak pergi.

Pada kenyataannya mereka berdua sama sama membutuhkan satu sama lain untuk menyembuhkan luka yang mereka buat bersama tapi karna ego mereka terlalu besar untuk melakukan itu membuat luka itu semakin membesar jika pun sembuh makan dipastikan akan meninggalkan bekas luka.

Bara menarik safira kedalam dekapannya lalu menaruh dagunya di atas kepala safira. Akhirnya mereka berdua menangis bersama menyalurkan kekesalan amarah rasa rindu secara beramaan.

Bara melonggarkan dekapannya agar safira bisa mondongkak menatapnya, bara tersenyum manis lalu menghapus jejak air mata yang tertinggal di pipi mulus milik safira.

"maafin aku" ucap bara merasa bersalah atas apa yang ia lakukan kepada safira selama hampir 2 minggu ini.

Safira melepaskan dirinya dari dekapan bara lalu menghapus jejak air mata yanng juga ada di pipi bara.

"aku juga minta maaf gak berusaha buat jelasin ke kamu aku malah ngejauh." ucap safira penuh dengan penyesalan ia pun menundukan kepalanya membuat bara langsung menangkupkan pipi safira dengan kedua tangannya.

"lupain aja ya aku gak mau masalah kemarin nyiksa kita lagi, cukup dua minggu kita sama sama nyakitin diri kita, kedepannya jangan" ucap bara lembut membuat safira mengangguk patuh.

Mereka berdua pun terdiam cukup lama karna bingung harus bagaimana, perang dingin antara mereka berdua mrmbuat keadaan saat ini canggung tapi mereka berdua sama sama berusaha untuk terlihat bias saja.

Bara mengusap pelan surai hitam legam milik safira membuat safira makin tersenyum, sikap manis bara yang tak ia rasakan selama 2 minggu ini akhirnya ia rasakan, rindu yang selama ini ia tahan akhirnya meluap begitu saja bersaman dengan langit yang makin menggelap.

"udah makankan?"

"udah tadi sebelum tidur bang dev beliin aku pizza" jawab safira membuat bara mengangguk mengerti.

"yaudah kamu tidur lagi ya?" ucap bara sedangkan safira hanya mengangguk patuh ia pun menidurkan tubuhnya dikasur nyaman miliknya lalu tertidur.

Setelah melihat safira tertidur dengan nyaman bara memutuskan untuk pulang karna ini sudah benar benar malam orangtuanya pasti mencari dia meskipun dia laki laki, wajar jika pulang malam tapi tetap saja ia tak ingin membuat keluarganya khawatir.

Malam ini bulan terlihat sangat cerah seakan ikut merasakan perasaan bara dan safira yang kemball menghangat, tak perlu memberi penjelasan untuk berbaikan mereka hanya harus saling mengerti.

Mereka sama sama saling membutuhkan itulah mengapa dengan mudahnya mereka berbaikan. Saling mengerti dan saling percaya adalah sebuah kunci kesuksesan dalam sebuah hubungan.

SAFIRA & BARA [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang