51

4 0 0
                                    

Setelah kepergian safira kekelas bara menghela nafas pelan sesekali meringis karna tubuhnya benar benar terasa ngilu.

Ia menatap langit langit putih itu dengan tatapan nanar, apa yang harus ia lakukan sekarang? Semua orang membencinya untuk hal yang tak pernah ia lakukan. Bara memejamkan matanya mengingat apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

Flashback on

Setelah pulang mengantar safira sehabis makan makan direstoran yang devano sewa bara terfikir untuk mengecek keadaan wendy ia pun sedikit khawatir karna wendy tak mengabarinya sama sekali setelah pulang dari rumah sakit.

Ia pun pergi ke rumah wendy dengan motor besarnya, sesampainya disana ia turun lalu memencet bel rumah wendy yang tampak agak sepi.

Ting tong.

Pintu terbuka menampakan wendy yang berantakan ia tak mengerti mengapa tapi tiba tiba wendy langsung menciumnya membuat ia sedikit terkejut lalu langsung mendorongnya hingga wendy menjauh.

"lo apa apan sih wen?" tanya bara suaranya agak meninggi karna menahan marah.

Bukannya menjawab wendy malah memeluknya erat seakan bara adalah milik safira ia benar benar lupa diri sekarang.

Bara semakin terkejut dengan wendy yang tiba tiba memeluknya ia berusaha melepaskan diri tapi wendy malah memeluknya semakin erat terpaksa bara menggunakan tenaganya untuk melepaskan diri dari pelukan wendy.

"lo gila wen" ucap bara lalu lebih memilih pergi meninggalkan wendy yang terdiam tapi salah satu sudut bibirnya terangkat.

Bara pergi dengan motor besarnya takut ada hal hal yang wendy lakukan lagi ia memilih untuk mengambil jalan yang aman. Lagi pula ia hanya milik safira.

Flashback off.

Bara menghela nafas kasar entah sudah yang keberapa kali ia melakukan itu tapi menghela nafas membuatnya sedikit lebih tenang.

Tiba tiba ponselnya berderin ada seseorang yang mengiriminya pesan yang pasti bukan safira karna deringannya berbeda. Ia pun membuka ponselnya dan melihat apa isi pesan itu.

Bara mengerutkan keningnya ketika membaca pesan itu lalu tiba tiba setetes darah jatuh ke aras layar ponselnya membuat bara buru buru menyekanya dengan tanganya. Ia pun keluar dari uks secara terburu buru mencari tempat yang aman untuk menelpon seseorang.

-----

Setelah safira selesai membeli bubur untum bara ia pun bergegas untuk pergi ke uks takut bara menunggunya terlalu lama.

Sejenak ia melupakan masalah yang terjadi antar dirinya dan bara. Ia benar benar menghawatirkan keadaan bara sekarang terlebih lagi tasya bilang kalau bara sudah tak tinggal di rumahnya dan tidur entah dimana.

Safira menghela nafas sejenak sebelum masuk keruangan yang serba putih itu. Ia pun membuka pintunya secara perlahan takut bara sedang tertidur dan terganggu olehnya.

Ia berjalan ke arah berangkar yang ditutupi oleh tirai disekelilingnya. Ia membukanya ia mengerutkan keningnya ketika tak mendapati bara disana.

Ia menaruh buburnya di nakas kecil yang ada disana dan membuka semua tirai yang menutupi brangkar itu dan mencari kesemua sudut ruangan bahkan hingga ke kamar mandi kecil yang ada disana. Tapi nihil ia tak melihat keberadaan bara.

Ia panik takut bara dibully lagi entah dimana. Ia berlari pergi mencari bara keseluruh wilayah sekolah berharap menemukan leleaki dengan tubuh jangkung itu.

Ia beberapa kali menelpon ponsel lelaki itu tapi tak ada jawaban hanya jawaban dari operator yang menjawabnya membuat ia memasukan ponselnya lagi kedalam saku.

Saat berlari ia berpapasan dengan devano dkk lalu devano pun mencekalnya ketika ia hendak pergi lagi.

"kenapa?" tanya devano kepada safira yang wajahnya sudah panik membuat yang lain kebingungan.

"bara ilang" jawab safira cepat ia berfikir dimana ia bisa menemukan bara saat ini, semua daerah sekolah sudah ia telusuri tapi ia tak menemukan bara. Ah safira lupa ada satu tempat yang belum bara kunjungi.

Rooftop.

SAFIRA & BARA [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang