Let's get it!
JaemRen in your areah~
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Tok tok tok!
"Njun Njun main yok!"
Dua makhluk bergender sama yang sedang asik tidur harus terusik karena suara cempreng dari luar apartemen. Juga ketukkan pintu tak sabaran, ingin segera dibukakan pintu untuk masuk ke dalam.
"Uh, Na buka sana. Aku masih mengantuk." Renjun menggumam pelan dengan mata tertutup. Ia tak ingin membuat mimpinya berhenti di tengah jalan, sedang bagus soalnya. Kalau buruk ya tubuh bongsor Jaemin yang akan menjadi pasak tinju dadakan. Ya karena Renjun kalau sedang takut di alam mimpinya bukannya menangis malah memukul sekitarnya brutal.
Dan Jaemin dengan senang hati menenangkan. Kecil mungil begitu tenaganya tak bisa dianggap main-main. Pernah Jaemin bangun-bangun seluruh tubuhnya seperti habis dipukuli, remuk.
"Tapi kan bukan namaku yang dipanggil." Jaemin membalas dengan mata tertutup juga.
Dasar duo mageran!
"Nanti boleh minta sesuatu." Penawaran Renjun membuat Jaemin berpikir sejenak, kira-kira hal bagus apa yang akan diminta nanti.
"Tapi jangan menolak lho."
Renjun mengangguk pelan. Tapi malah semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Jaemin. Dingin soalnya, tadi malam hujan deras.
"Lepas dulu tangannya, aku tidak bisa bergerak."
Setelah membukakan pintu dengan wajah bantalnya, secara tidak santai tubuhnya malah disenggol begitu saja oleh sang tamu. Membuat Jaemin berdecak, kira-kira siapa yang bertamu. Berusaha membuka kelopak matanya yang terasa sulit. Beruntung tadi saat dirinya meraba-raba dinding menuju pintu ia tak jatuh.
"Lonjonnya mana? Kok jamet yang nampak?"
Oh ternyata teman perempuannya Renjun.
Sebelum menjawab pertanyaan, Jaemin menguap pelan. Dan malah membuat teman Renjun juga ikut menguap.
"Kenapa aku jadi ikut-ikutan?"
"Ywa mwana saywa tahu, saywa kan tempe," balas Jaemin disela menguapnya.
"Ck menyebalkan sekali, cepat mana Lonjonnya? Padahal kemarin sudah aku bilangin kalau ingin main."
Kening Jaemin mengerut tak suka. Kenapa Renjun tak ijin dulu dengannya?
"Renjun kok tidak ijin?"
"Lho, situ siapa ya?"
"Saya kekasih Renjun."
"Oh, belum suami."
"Anda kok nyolot?"
"Ish, ada apa ini ribut-ribut?" Renjun jadi terusik sendiri karena pertikaian makhluk berbeda gender itu. Dengan mata seperempat ia memaksa untuk memeriksa siapa yang datang.
"Nampak juga kau, ayo temenenin aku main, kemarin sudah ku-chat, lho." Giliran Renjun yang mengerutkan dahinya.
"Hah? Chat apa?"
Memutar bola matanya malas, teman Renjun merogoh saku celananya, membukakan roomchat semalam.
"Nih."
Jaemin yang penasaran ikut melihat.
"Pantas saja, masih centang dua abu."
Sekarang malah giliran teman Renjun yang dahinya mengerut. "Masa sih?" Menarik kembali ponselnya, menatapnya lamat. "Eh iya, lho Njun, kok tidak dibaca?" tanyanya dengan nada kesal. "Padahal aku sudah cantik begini."
"Dih salahnya tidak teliti, sudah sana hush hush seperti tak punya teman yang lainnya saja." Bukan Renjun yang bicara melainkan Jaemin. Ia kan tidak ingin waktu libur ini malah kekasihnya dipinjam orang.
"Situ Lonjon?"
"Bukan, saya suaminya."
"Ck, ayo Njun pergi, keburu siang nih, nanti panas."
Renjun memijit kepalanya. Ia kenapa sih sampai tak membuka chat dari temannya?
Ah iya, kemarin karena terlalu lelah setelah pergi menonton, Renjun langsung tidur begitu saja. Jadi tak sempat membuka chat.
"Seperti tidak dulu, aku malas. Ajak Donghyuck saja."
"Huh, kalau minggu ini tidak ya jadi minggu depan. Bye!" Sedikit kesal karena dirinya juga tidak teliti dan Renjun yang ternyata masih muka bantal tak ada persiapan sama sekali.
"Pundungan dih," ejek Jaemin yang langsung mendapat tatapan datar dari Renjun.
"Mohon untuk Tuan Na Jaemin supaya mengaca."
Tak merasa bersalah, menampilkan deretan giginya.
"Oiya, tadi kan Injunnie bilang aku boleh meminta sesuatu jika yang membukakan pintu—"
"Apa permintaanmu?" potong Renjun cepat. Sepertinya ia menyesal sudah memberikan penawaran pada Jaemin, ia cukup tahu isi kepala Jaemin walau hanya melihat senyum penuh arti itu.
Mendekatkan wajahnya di telinga Renjun membuat si empu risih.
"Geli Jaem."
"Iya, dengar dulu." Renjun menurut, lalu setelan mendengar bisikan Jaemin langsung membuat tangan jenjangnya reflek memukul kepala Jaemin.
"Kau gila ya?"
Wajah sumigrah Jaemin langsung berubah lesu. "Tadi katanya aku boleh meminta sesuatu."
"Ya tapi kan tidak itu juga, bagaimana kalau Mamaku tahu? Bisa dicoret dari KK."
"Lho dulu pernah tak apa kan?"
Renjun mendelik. "Iya itu karena saat itu kau mabuk kopi! Untung saja tidak kebablasan."
"Ayolah Injunnie, sekali saja, ung? Kau tidak kasihan padaku yang terus bermain sendiri?"
Renjun mati-matian menghindari aegyo Jaemin.
Karena tak tahan dengan tingkah Jaemin, Renjun dengan berat hati mengangguk.
"Yeee! Sayang Injunnie~" Memeluk erat sekali sampai Renjun sesak nafas.
"Tapi jangan sampai inti!"
"Tenang saja, percaya saja sama aku."
"Aku pegang perkataanmu."
Tbc
A/n ya semoga aja Jaemin nepatin omongannya ( ̄^ ̄)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fluffy • JaemRen✔
Fanfiction[Follow me before read] Manis manis asem pahit . . . Terkadang nyerempet ke 'itu', tapi ya sudahlah. Check aja. Ini buku bxb, jadi jangan salah lapak! Started : Sun, 21 March '21 Finished : - Thu, 6 May '21 [Ending] - Fri, 7 May '...