Rumah

3.9K 584 3
                                    

Okayy, masih lanjut~ aw


Let's get it!

JaemRen in your areah~

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


"Jaem, mampir ke rumahku dulu," kata Renjun pelan, namun langsung terdengar oleh Jaemin yang fokus ke jalanan.


"Oke."


Sesampainya di kediaman Keluarga Huang, Jaemin memasukkan sepeda motornya setelah pagar dibuka oleh security yang kini hanya tersenyum ramah. Juga membatin dengan apa yang dilihatnya saat ini.


"Dasar anak muda."


Sekiranya begitulah.


Jaemin mematikan mesin motor. Sedikit kesusahan karena ia juga harus menahan berat badan Renjun.


"Ayo turun."


Renjun malah menggeleng pelan di dada Jaemin.


"Ei, Injunnie manja sekali~" Jaemin tertawa pelan saat dirinya tak sengaja melihat wajah merah padam kekasihnya yang langsung segera disembunyikan. "Ulululu."


"Aku bukan bayi."


"Iya iya."


Jaemin turun dari motor lalu menaiki lima tangga.


"Baba dan mama di rumah?"


Renjun menggeleng pelan.


"Tidak di rumah atau tidak tahu?"


"Tidak tahu."


Jaemin mengangguk pelan.


Tok...tok...tok.


"Percuma, itu kan ada bel," ujar Renjun saat tahu Jaemin malah mengetuk pintu. Yang ada keduanya harus menunggu lama, berdiri pula. Jaemin sih, Renjun mah enak saja.


"Oiya." Menggaruk tengkuknya yang tak gatal barulah menekan bel. Rumah Keluarga Huang memang besar bak istana. Sebelas duabelas dengan Keluarga Na.


Tapi Jaemin lebih suka di apartement, karena jika di rumah ia tidak bisa bermalas ria. Pasti Nyonya Na langsung menasehati anaknya supaya tidak jadi pemalas.


"Iya sebentar." Seseorang menyahuti dari dalam.


"Sore ma." Sapa Jaemin saat Nyonya Huang membukakan pintu.


"Eh, nak Jaemin. Lho Renjun kenapa?"


Renjun sedikit menoleh ke belakang, terlihat kesusahan Jaemin memiringkan tubuhnya. "Ma, aku langsung ke kamar, boleh?"


"Tidak rindu dengan Mama?" Renjun menggeleng. "Ish kau ini." Nyonya Huang mencubit pipi anaknya yang tembab bak mochi.


"Sakit ma."


"Kau sudah besar, kenapa minta digendong?"


"Mama memang dulu tidak manja dengan baba?"


"Ck kau ini, sudah sana masuk. Kasihan Jaemin, pasti berat."


"Maaa..." Renjun merengek sebal. Langsing begini dibilang berat.


"Renjun ringan kok ma, malahan lebih ringan daripada kapas."


"Kau ini bisa saja." Nyonya Huang tersenyum. Sedangkan Renjun mencebik. Ya tidak seringan itu juga.


"Aw!"


"Jaemin kenapa?"


"Eh, kaki Jaemin kesemutan."


"Aduh Renjun, lihat Jaemin sampai kesemutan."


"Ayo Jaem ke kamar."


"Dasar anak." Nyonya Huang beralih ke Jaemin—ehem calon menantu. "Yasudah Jaemin, sini masuk. Nanti bayi mama merajuk."


"Iya ma, Jaemin permisi." Sebelum melalui Nyonya Huang, Jaemin menundukkan kepala dan tersenyum.


Meskipun Rumah Keluarga Huang besar, tapi Jaemin sudah hafal letak kamar si mungil. Bagaimana tidak, kalau Jaemin kemari pasti Renjun langsung ditarik ke kamar.


Ada sesuatu yang Renjun hindari.


"ADUH MATAKU."


Baru saja dibicarakan. Penampakan susah muncul saja.


"Abaikan saja Jaem, cepat ke kamar."


"Permisi ge." Jaemin kembali melempar senyum, di depannya ada gege-nya Renjun.


"Eits tidak semudah itu."


"Sana pergi ge, ikut campur sekali masalah orang." Renjun menatap tak suka. Ia sedang malas berdebat.


"Dih, dasar bayi, sudah sana hush, kali ini kau lolos."


"KAU KINGKONG!"


Jaemin meringis. Suara keras Renjun langsung membuat telinganya terasa nyut-nyutan.


Tbc

Jaemin jadi bayik nya libur dulu, giliran Renjun 😀

Fluffy • JaemRen✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang