Dean pov.
Hari ini gantian Adam yang menjagaku dia membawakan komik keluaran terbaru yang biasa aku baca. Ibu juga butuh istirahat bahkan si om juga punya banyak kerjaan. Ini sudah hari keduaku di rumhsakit dan aku merasa bosan disana. Tidak hanya itu aku sekarang ingin sekali pergi ke toilet, ada perlu disana selain aku juga ingin mencuci muka sejak kemarin.
Aku menggeser tubuhku perlahan untuk meninggalkan ranjang tidurku. Tidak perlu pergi keluar kamar untuk mencari toilet karena kamar yang kupakai ada fasilitas toiletnya serta hanya ada satu ranjang disana. Aku tidak mau merepotkan Adam karena kulihat dia masih tertidur di sofa. Seluruh badanku terasa berat karena aku sama sekali tidak berolahraga sejak insiden kemarin. Selang infus itu juga masih terpasang dan membuatku kesulitan untuk beraktifitas. Padahal aku ingin segera pergi ke toilet.
"Ah, hanya ingin pipis saja harus seribet ini," gerutuku karena sekarang infus itu harus nyangkut di pegangan pintu toilet, karena aku panik sesegera mungkin aku berbalik tapi nyatanya selang infus itu malah melilit tubuhku. Aku masih berusaha untuk melepasnya tanpa ingin menimbulkan suara. Aku mencoba memutar tubuhku kekiri bahkan kekanan malah hasilnya nihil dan itu membuatku makin sakit karena selang infusnya tertarik dari lenganku.
Karena terus bergerak bahkan pintu itu harus berdenyit dan aku sangat perlu pergi ke toilet jadi aku membuat Adam terbangun.
"Jangan dipaksa."Adam sesegera mungkin mengembalikan nyawanya dan ingin membantuku namun karena aku juga tiba-tiba panik jarum infus itu telepas dan merobek kulitku.
"Akh...."tetesan darah kini mengotori lantai. Spontan aku ingin terduduk karena selain menahan sakit aku juga menahan hal yang ingin kulakuan dari awal.
"Sudah kubilang kan jangan dipaksa. Ngeyel ya begini jadinya."Adam kini langsung mengambil sapu tangan dari sakunya untuk membungkus luka robek disana.
"Ini darurat."Aku mendorongnya jauh dan mengabaikan infus itu yang jatuh dilantai. Aku buru-buru masuk kedalam karena sudah tidak tahan.
"Adam...."panggilku karena aku kesulitan menurunkan celanaku, untuk hal ini harga diriku kubuang jauh-jauh. Karena sudah tidak bisa ditahan rasanya tanganku jadi manti rasa hanya untuk menurunkan celana kolor yang notabennya mudah dilepas. Padahal kemarin-kemarin akupun melakukannya sendiri.
"Adam, ayolah aku ini kakakmu. Jadi panggil aku kakak, hyung, atau abang."Sela Adam yang ingin dia dihormati tapi aku memanggil bukan untuk bersikap baik dan mencoba akrab.
"Kalau tidak mau ya sudah."Aku makin kesal aku tidak bisa menahannya dan kupikir lebih baik memaksa tanganku yang cidera daripada harus menunggunya.
Keringat dinginku mulai mengucur dan perasaan diujung tombak ini akan menjadi pengalamanku kalau menahan pipis itu sungguh lebih horor daripada nonton serial kunyang.
"Iya-iya aku datang,"Dia datang dan kini ikut masuk kedalam toilet sempit itu. Wajah kita berhadapan dan Adam melihatku makin pucat disana.
"Apa kau merasa sakit?"Tanya Adam yang memang dia tipe orang yang suka panikan. Setelah analisaku beberapa hari ini. Dia lebih memilih suka memeriksa suhu tubuhku daripada memutar otak kenapa aku memintanya untuk masuk kedalam.
"Apa merasa mual. Perlu dokter?"Tanya Adam karena aku malah tambah pucat. Dia pikir aku sakit, kalau orang pergi ke toilet dia ingin apa? Tidak perlu aku menjelaskannya kan.
"Bisa tolong turunkan celanaku aku ingin pipis."Aku sungguh ingin melompat dari ujung tebing. Selain keadaan darurat aku sudah membuang jauh rasa maluku. Dan kini Adam membantuku disana setelah intruksi yang aku berikan.
"Pergilah!!'Usirku karena Adam malah masih disana.
"Teruskan saja yang ingin kamu lakukan. Tidak perlu bersikap malu. Kita sama-sama pria juga." Adam masih setia menungguku. Dia memegangi bajuku tetapi aku sempat meliriknya tapi nyatanya dia menoleh kearah lain. Bagus itu, jadi aku tidak perlu merasa risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
akward (bxb) End 20 Jan 2021/ 23 Feb 2021
HumorPeople who understand us are people who have experienced the same pain. There's Dean, a little man who is struggling to overcome the psychological problems that occur as a result of his parents' separation. Tristan who must face the reality of the b...